Waspada Ghibah Model Ini! Tanpa Disadari Kita Sering Melakukannya
loading...
A
A
A
Dalam Islam, ketika seseorang telah membicarakan tentang hal-hal pribadi atau masalah seseorang dapat dikatakan ghibah. Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Rasulullah, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Jadi, ghibah adalah membicarakan sesuatu hal yang tidak disukai dari diri seseorang. Caranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku tertentu dari orang yang dibicarakan dengan tujuan untuk mengolok-ngolok, dan lain-lain.Ghibah termasuk perbuatan dosa besar, perbuatan buruk, sebab bisa merugikan orang lain. Ghibah pun akan mendapat balasan yakni masuk neraka.
(Baca juga : Istri pun Manusia Biasa, Jangan Paksakan Seperti Bidadari Surga )
Seperti dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya :
“Muflis (orang yang bangkrut) umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian di akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim & Ahmad).
Betapa besar bahaya daripada dosa ghibah ini. Disamping menginjak-injak harga diri saudaranya sesama muslim tanpa hak, juga akan menjadi beban berat di hari kiamat kelak (bila orang yang dighibahi tidak memaafkan).
(Baca juga : Setan Senang Melihat Orang Beriman Bersedih )
Di saat sedikit pahala amat dibutuhkan untuk menambah beratnya timbangan amal kebaikan, tiba-tiba datang orang yang pernah dighibahi, kemudian dia menuntut untuk mengambil pahala kebaikan kita, sebagai tebusan atas kezaliman yang pernah kita lakukan kepadanya. Bila amalan kebaikan tidak mencukupi sebagai tebusan, maka amalan buruknya akan dibebankan kepada kita.
Dan tahukah muslimah, ghibah itu adalah salah satu jerat setan untuk menjebak manusia. Salah satu kesenangan setan adalah menjebak kaum perempuan. Maka tak heran, bila orang yang paling sering berghibah adalah kaum Hawa ini. Dalam faktanya, ghibah itu ternyata banyak modelnya, bahkan berghibah yang tanpa disadari sedikitpun oleh yang melakukannya.
(Baca juga : Mengapa Jodoh Tak Kunjung Datang? )
Padahal sejatinya itu adalah dosa ghibah. Hanya saja dipoles lebih halus dan kreatif, sehingga tidak disadari sebagai ghibah. Boleh dikatakan bahwa ini adalah model ghibah terselubung. Menukil ceramah Ustadz Ahmad Anshori,Lc,dai alumnus Universitas Islam Madinah,inilah model-model ghibah tanpa sadar (terselubung) tersebut, berikut di antaranya:
1. Seseorang yang menggunjing untuk memeriahkan obrolan
Dia menyadari kalau ghibah ini tidak diteruskan, orang yang dia ajak bicara akan bosan, obrolan menjadi hambar. Untuk itu, dia jadikan ghibah sebagai pemeriah obrolan. Agar lebih manis dan tahan lama obrolannya. Barangkali dia berkilah untuk memupuk keakraban dan membahagiakan saudaranya (yang sedang dia ajak ngobrol).
2. Mengumpat saudaranya di hadapan orang lain
Hal itu dllakukan untuk mengesankan bahwa dirinya adalah orang yang tidak suka ghibah, padahal sejatinya dia sedang menghibahi saudaranya.
Sebagai contoh perkataan ini,” Bukan tipe saya suka ngomongin aib orang. Saya nda’ biasa ngomongin orang kecuali yang baiknya saja. Cuma, saya ingin berbicara tentang dia apa adanya… Sebenarnya dia itu orangnya baik. Cuma yaa itu.. dia itu begini dan begini (dia sebutkan kekurangannya).”
Padahal sejatinya bermaksud untuk menjatuhkan harga diri saudaranya yang ia umpat. Sungguh ironi, apakah dia kira Allah akan tertipu dengan tipu muslihat yang seperti ini, sebagaimana ia telah berhasil menipu manusia?
(Baca juga : Gegara Covid-19, Menkeu Akui Jumlah Orang Miskin Bakal Membeludak )
3. Menyebutkan kekurangan dengan niatan untuk mengangkat martabat dan merendahkan kedudukan orang yang dia ghibahi.
Seperti perkataan seorang, “Dari kelas satu SMA sampai kelas tiga, rapornya selalu merah. Kalau saya alhamdulillah, walaupun nggak pernah rangking satu, tapi masuk tiga besar terus.” Padahal ada maksud terselubung dari ucapan itu. Yaitu untuk mengangkat martabatnya dan menghinakan kedudukan orang lain. Orang yang seperti ini sudah jatuh tertimpa tangga pula; dia sudah melakukan ghibah, disamping itu, dia juga berbuat riya’.
4. Mengumpat karena dorongan hasad
Setiap kali ada orang yang menyebutkan kebaikan saudaranya, diapun berusaha untuk menjatuhkannya dengan menyebutkan kekurangan-kekurannya. Orang seperti ini telah terjurumus ke dalam dua dosa besar sekaligus; dosa ghibah dan dosa hasad.
5. Menyebutkan kekurangan orang lain, untuk dijadikan bahan candaan
Dia sebutkan aib-aib saudaranya, supaya orang-orang tertawa. Dan lebih parah lagi, bila yang dijadikan bahan candaan adalah kekurangan guru atau ustadznya.
(Baca juga : Polisi Selidiki Paguyuban yang Ubah Lambang Negara dan Cetak Uang Sendiri )
6. Terkadang ghibah juga muncul dalam bentuk ucapan keheranan
Sebenarnya ada terselebung motif menjatuhkan kedudukan orang lain. Semisal ucapan,”saya heran sama dia.. dari tadi dijelaskan oleh ustadznya tapi tidak faham-faham.” atau ucapan lainnya yang semisal.
7. Mengumpat dengan ungkapan yang seakan-akan mengesankan rasa kasihan
Orang yang mendengarnya menyangka bahwa dia sedang merasa kasihan dengan orang yang ia maksudkan. Padahal sejatinya dia sedang mengumpat saudaranya. Seperti ucapan,” Saya kasihan sama dia. Sudah miskin, tapi tidak mau ikut gotong royong. Kalau ada pengajian juga nda’ pernah datang.. dan seterusnya”
8. Mengumpat saat sedang mengingkari suatu maksiat
Seperti perkataan seorang ketika melihat anak-anak muda yang sedang main gitar di poskamling, “Kalian ini masih muda. Gunakanlah waktu kalian untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Supaya masa depan kalian lebih cerah, dan kalian bisa memetik buah manisnya nanti di masa tua. Jangan seperti anaknya pak lurah itu, kerjaannya hanya main kartu, gitaran, minum-minuman….” atau ucapan yang semisal.
(Baca juga : Demokrat Nilai Penundaan Proyek IKN Keputusan Bijak )
Demikianlah beberapa praktek ghibah yang sering terjadi dan tidak disadari. Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita dari dosa tersebut. Aamiin.
Wallahu A'lam
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Rasulullah, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Jadi, ghibah adalah membicarakan sesuatu hal yang tidak disukai dari diri seseorang. Caranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku tertentu dari orang yang dibicarakan dengan tujuan untuk mengolok-ngolok, dan lain-lain.Ghibah termasuk perbuatan dosa besar, perbuatan buruk, sebab bisa merugikan orang lain. Ghibah pun akan mendapat balasan yakni masuk neraka.
(Baca juga : Istri pun Manusia Biasa, Jangan Paksakan Seperti Bidadari Surga )
Seperti dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya :
“Muflis (orang yang bangkrut) umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian di akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim & Ahmad).
Betapa besar bahaya daripada dosa ghibah ini. Disamping menginjak-injak harga diri saudaranya sesama muslim tanpa hak, juga akan menjadi beban berat di hari kiamat kelak (bila orang yang dighibahi tidak memaafkan).
(Baca juga : Setan Senang Melihat Orang Beriman Bersedih )
Di saat sedikit pahala amat dibutuhkan untuk menambah beratnya timbangan amal kebaikan, tiba-tiba datang orang yang pernah dighibahi, kemudian dia menuntut untuk mengambil pahala kebaikan kita, sebagai tebusan atas kezaliman yang pernah kita lakukan kepadanya. Bila amalan kebaikan tidak mencukupi sebagai tebusan, maka amalan buruknya akan dibebankan kepada kita.
Dan tahukah muslimah, ghibah itu adalah salah satu jerat setan untuk menjebak manusia. Salah satu kesenangan setan adalah menjebak kaum perempuan. Maka tak heran, bila orang yang paling sering berghibah adalah kaum Hawa ini. Dalam faktanya, ghibah itu ternyata banyak modelnya, bahkan berghibah yang tanpa disadari sedikitpun oleh yang melakukannya.
(Baca juga : Mengapa Jodoh Tak Kunjung Datang? )
Padahal sejatinya itu adalah dosa ghibah. Hanya saja dipoles lebih halus dan kreatif, sehingga tidak disadari sebagai ghibah. Boleh dikatakan bahwa ini adalah model ghibah terselubung. Menukil ceramah Ustadz Ahmad Anshori,Lc,dai alumnus Universitas Islam Madinah,inilah model-model ghibah tanpa sadar (terselubung) tersebut, berikut di antaranya:
1. Seseorang yang menggunjing untuk memeriahkan obrolan
Dia menyadari kalau ghibah ini tidak diteruskan, orang yang dia ajak bicara akan bosan, obrolan menjadi hambar. Untuk itu, dia jadikan ghibah sebagai pemeriah obrolan. Agar lebih manis dan tahan lama obrolannya. Barangkali dia berkilah untuk memupuk keakraban dan membahagiakan saudaranya (yang sedang dia ajak ngobrol).
2. Mengumpat saudaranya di hadapan orang lain
Hal itu dllakukan untuk mengesankan bahwa dirinya adalah orang yang tidak suka ghibah, padahal sejatinya dia sedang menghibahi saudaranya.
Sebagai contoh perkataan ini,” Bukan tipe saya suka ngomongin aib orang. Saya nda’ biasa ngomongin orang kecuali yang baiknya saja. Cuma, saya ingin berbicara tentang dia apa adanya… Sebenarnya dia itu orangnya baik. Cuma yaa itu.. dia itu begini dan begini (dia sebutkan kekurangannya).”
Padahal sejatinya bermaksud untuk menjatuhkan harga diri saudaranya yang ia umpat. Sungguh ironi, apakah dia kira Allah akan tertipu dengan tipu muslihat yang seperti ini, sebagaimana ia telah berhasil menipu manusia?
(Baca juga : Gegara Covid-19, Menkeu Akui Jumlah Orang Miskin Bakal Membeludak )
3. Menyebutkan kekurangan dengan niatan untuk mengangkat martabat dan merendahkan kedudukan orang yang dia ghibahi.
Seperti perkataan seorang, “Dari kelas satu SMA sampai kelas tiga, rapornya selalu merah. Kalau saya alhamdulillah, walaupun nggak pernah rangking satu, tapi masuk tiga besar terus.” Padahal ada maksud terselubung dari ucapan itu. Yaitu untuk mengangkat martabatnya dan menghinakan kedudukan orang lain. Orang yang seperti ini sudah jatuh tertimpa tangga pula; dia sudah melakukan ghibah, disamping itu, dia juga berbuat riya’.
4. Mengumpat karena dorongan hasad
Setiap kali ada orang yang menyebutkan kebaikan saudaranya, diapun berusaha untuk menjatuhkannya dengan menyebutkan kekurangan-kekurannya. Orang seperti ini telah terjurumus ke dalam dua dosa besar sekaligus; dosa ghibah dan dosa hasad.
5. Menyebutkan kekurangan orang lain, untuk dijadikan bahan candaan
Dia sebutkan aib-aib saudaranya, supaya orang-orang tertawa. Dan lebih parah lagi, bila yang dijadikan bahan candaan adalah kekurangan guru atau ustadznya.
(Baca juga : Polisi Selidiki Paguyuban yang Ubah Lambang Negara dan Cetak Uang Sendiri )
6. Terkadang ghibah juga muncul dalam bentuk ucapan keheranan
Sebenarnya ada terselebung motif menjatuhkan kedudukan orang lain. Semisal ucapan,”saya heran sama dia.. dari tadi dijelaskan oleh ustadznya tapi tidak faham-faham.” atau ucapan lainnya yang semisal.
7. Mengumpat dengan ungkapan yang seakan-akan mengesankan rasa kasihan
Orang yang mendengarnya menyangka bahwa dia sedang merasa kasihan dengan orang yang ia maksudkan. Padahal sejatinya dia sedang mengumpat saudaranya. Seperti ucapan,” Saya kasihan sama dia. Sudah miskin, tapi tidak mau ikut gotong royong. Kalau ada pengajian juga nda’ pernah datang.. dan seterusnya”
8. Mengumpat saat sedang mengingkari suatu maksiat
Seperti perkataan seorang ketika melihat anak-anak muda yang sedang main gitar di poskamling, “Kalian ini masih muda. Gunakanlah waktu kalian untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Supaya masa depan kalian lebih cerah, dan kalian bisa memetik buah manisnya nanti di masa tua. Jangan seperti anaknya pak lurah itu, kerjaannya hanya main kartu, gitaran, minum-minuman….” atau ucapan yang semisal.
(Baca juga : Demokrat Nilai Penundaan Proyek IKN Keputusan Bijak )
Demikianlah beberapa praktek ghibah yang sering terjadi dan tidak disadari. Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita dari dosa tersebut. Aamiin.
Wallahu A'lam
(wid)