Inilah Dosa Istri Nabi Luth sehingga Binasa Bersama Kaum Sodom
loading...
A
A
A
NABI Luth ‘alaihissalam (AS) berhijrah bersama pamannya Nabi Ibrahim AS menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina. Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada Nabi Ibrahim untuk pergi dan tinggal ke negeri Sadum atau Sodom. Selanjutnya Nabi Luth menikah di kota itu.
Kota Sodom merupakan salah satu kota di Yordania. Penduduk kota ini memiliki akhlak sangat buruk. Mereka terjangkit perilaku seks menyimpang, homoseksual. Para lelaki menyalurkan nafsu seks dengan sesama laki-laki. Perempuan dengan perempuan. Perbuatan ini tidak pernah dilakukan oleh kaum sebelum mereka. Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom. Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom. Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya. Demikianlah penduduk Kota Sodom memiliki akhlak yang sangat buruk.
Luth diutus oleh Allah menyadarkan kaum. Nabi Luth diperintahkan menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu. Berkata Nabi Luth kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al-A'raf: 80-81)
Mendengar seruan Nabi Luth, rakyat Sodom merasa terusik. Mereka berupaya menghentikan seruan itu. Mereka terus berpikir dan mencari jalan bagaimana agar Nabi berhenti berdakwah.
Ketika, sebagian kaum Luth tengah duduk berpikir, tiba-tiba datang seorang perempuan tua menghampiri mereka. "Akan kutunjukkan kepada kalian, suatu cara yang dapat menghalangi seruan Luth," ujar perempuan tua itu serius.
"Bagaimana caranya?" sambut mereka penuh harap.
"Tidak akan kukatakan hal itu, kecuali aku mendapat sekeping perak sebagai upahnya," sahut si perempuan tua terkekeh.
Salah seorang dari mereka menyerahkan sekeping perak kepada perempuan tua itu. "Kalian dapat membatalkan seruan Luth melalui isterinya," kata perempuan itu, usai menerima koin perak tersebut.
"Bagaimana caranya?" tanya mereka serentak.
"Kalian harus bekerja sama dengan istri Luth untuk menghentikan seruannya kepada kalian."
Dengan kesal, salah seorang di antara mereka berteriak. "Kami tidak ada urusan dengan istri Luth!"
Dengan wajah marah, perempuan tua itu kembali berkata: "Aku lebih mengerti hal itu daripada kalian!"
"Kalau begitu," sela salah seorang yang lain. "Apa peranan istri Luth dalam hal ini?"
"Dengar baik-baik. Peranan istri Luth sama seperti perananku bagi kalian sekarang ini," jawabnya.
"Jadi, apakah kamu berharap agar istri Luth dapat menunjukkan kami, siapa orang-orang yang dapat memenuhi keinginan kami, sebagaimana yang engkau lakukan kini?" tanya salah seorang dari mereka.
Dengan kedua mata berbinar-binar perempuan tua itu berlalu sambil bergumam, "Ya... ya..."
Bujuk Rayu
Istri Nabi Luth sedang menyelesaikan sebagian pekerjaannya ketika terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Segera ia berlari, membukakan pintu. Seorang perempuan tua tiba-tiba berada di hadapannya. Dengan tergopoh-gopoh perempuan tua itu berkata: "Hai, anakku, adakah seteguk air yang dapat menghilangkan dahaga yang kurasakan ini?"
"Silakan masuk," jawab Wa'ilah, istri Nabi Luth, dengan ramah. "Akan kuambilkan air untukmu," ujarnya, lalu masuk ke dapur.
Perempuan tua itu duduk menunggu. Tak lama Wa’ilah kembali dengan membawa gelas yang penuh berisi air. Dengan lahap, perempuan tua itu meneguk habis air itu.
"Kami hidup bersama suamiku, Luth namanya, dan dua anak perempuanku," jawab Wa’ilah ketika perempuan tua itu tentang dirinya.
Kota Sodom merupakan salah satu kota di Yordania. Penduduk kota ini memiliki akhlak sangat buruk. Mereka terjangkit perilaku seks menyimpang, homoseksual. Para lelaki menyalurkan nafsu seks dengan sesama laki-laki. Perempuan dengan perempuan. Perbuatan ini tidak pernah dilakukan oleh kaum sebelum mereka. Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom. Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom. Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya. Demikianlah penduduk Kota Sodom memiliki akhlak yang sangat buruk.
Luth diutus oleh Allah menyadarkan kaum. Nabi Luth diperintahkan menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu. Berkata Nabi Luth kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al-A'raf: 80-81)
Mendengar seruan Nabi Luth, rakyat Sodom merasa terusik. Mereka berupaya menghentikan seruan itu. Mereka terus berpikir dan mencari jalan bagaimana agar Nabi berhenti berdakwah.
Ketika, sebagian kaum Luth tengah duduk berpikir, tiba-tiba datang seorang perempuan tua menghampiri mereka. "Akan kutunjukkan kepada kalian, suatu cara yang dapat menghalangi seruan Luth," ujar perempuan tua itu serius.
"Bagaimana caranya?" sambut mereka penuh harap.
"Tidak akan kukatakan hal itu, kecuali aku mendapat sekeping perak sebagai upahnya," sahut si perempuan tua terkekeh.
Salah seorang dari mereka menyerahkan sekeping perak kepada perempuan tua itu. "Kalian dapat membatalkan seruan Luth melalui isterinya," kata perempuan itu, usai menerima koin perak tersebut.
"Bagaimana caranya?" tanya mereka serentak.
"Kalian harus bekerja sama dengan istri Luth untuk menghentikan seruannya kepada kalian."
Dengan kesal, salah seorang di antara mereka berteriak. "Kami tidak ada urusan dengan istri Luth!"
Dengan wajah marah, perempuan tua itu kembali berkata: "Aku lebih mengerti hal itu daripada kalian!"
"Kalau begitu," sela salah seorang yang lain. "Apa peranan istri Luth dalam hal ini?"
"Dengar baik-baik. Peranan istri Luth sama seperti perananku bagi kalian sekarang ini," jawabnya.
"Jadi, apakah kamu berharap agar istri Luth dapat menunjukkan kami, siapa orang-orang yang dapat memenuhi keinginan kami, sebagaimana yang engkau lakukan kini?" tanya salah seorang dari mereka.
Dengan kedua mata berbinar-binar perempuan tua itu berlalu sambil bergumam, "Ya... ya..."
Bujuk Rayu
Istri Nabi Luth sedang menyelesaikan sebagian pekerjaannya ketika terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Segera ia berlari, membukakan pintu. Seorang perempuan tua tiba-tiba berada di hadapannya. Dengan tergopoh-gopoh perempuan tua itu berkata: "Hai, anakku, adakah seteguk air yang dapat menghilangkan dahaga yang kurasakan ini?"
"Silakan masuk," jawab Wa'ilah, istri Nabi Luth, dengan ramah. "Akan kuambilkan air untukmu," ujarnya, lalu masuk ke dapur.
Perempuan tua itu duduk menunggu. Tak lama Wa’ilah kembali dengan membawa gelas yang penuh berisi air. Dengan lahap, perempuan tua itu meneguk habis air itu.
"Kami hidup bersama suamiku, Luth namanya, dan dua anak perempuanku," jawab Wa’ilah ketika perempuan tua itu tentang dirinya.