Surah Al-Waqi'ah: Rahasia Pembuka Pintu Rezeki
loading...
A
A
A
Ustaz Muhammad Syafi'ie el-Bantanie
Penulis 52 Buku, Founder Ekselensia Tahfizh School
Allah Maha Pemberi rezeki. Sangat mudah bagi Allah untuk memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka bagi hamba-Nya yang Dia kehendaki. Apa sih yang sulit bagi Allah? Tidak ada! Segalanya mudah bagi Allah. Jika Allah telah berkehendak kun (terjadi), fayakun (maka terjadi). Tidak ada yang bisa menghalangi.
Ketika Allah berkehendak melapangkan rezeki seorang hamba, maka tidak ada yang bisa mencegah sampainya rezeki tersebut kepada si hamba itu. Mesti ada saja jalannya. Dan, sungguh Allah Maha Kreatif untuk membuka jalan-jalan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki. (Baca Juga: Keutamaan Surah Al-Waqi'ah Dapat Mencegah Kemiskinan)
Karena itu, yang terpenting adalah bagaimana kita membentuk diri agar termasuk orang-orang yang dikehendaki Allah diberikan kelapangan rezeki . Dalam hal ini, mengamalkan membaca Surat Al-Waqi’ah insya Allah dapat membuka jalan-jalan rezeki. Gantungkan harapan hanya kepada Allah, Dzat yang melapangkan rezeki.
"Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki, dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Al-Isra [17]: 30).
Namun demikian, perlu dipahami bahwa hal ini bukan berarti kita bermalas-malasan dalam berusaha atau berikhtiar ala kadarnya, dan hanya mengamalkan membaca Al-Waqi'ah . Sungguh, tidaklah demikian. Kita tetap dituntut bekerja dan berikhtiar dengan maksimal sesuai kemampuan kita. Ini adalah kewajiban kita sebagai manusia. Adapun mengamalkan Al-Waqi'ah , insya Allah akan mempermudah ikhtiar yang kita lakukan, dan mempercepat tercapainya harapan, berupa rezeki berlimpah dan berkah.
Hadis Keutamaan Membaca Al-Waqi'ah
Al-Hafizh Ibnu Asakir menerangkan bahwa sanad Hadisnya adalah As-Surriy bin Yahya Asy-Syaibaniy meriwayatkan Hadis yang diperoleh dari Syuja’ bahwa Abu Zhabiyah berkata, "Ketika Abdullah bin Mas'ud sakit, ia dijenguk oleh Sayyidina Utsman bin 'Affan.
Utsman bertanya, "Apa yang kau rasakan?"
"Dosa-dosaku", terang Abdullah bin Mas'ud.
"Apa yang engkau inginkan?" tanya Utsman lagi.
"Rahmat Tuhanku", jawab Abdullah bin Mas'ud.
"Apakah engkau ingin aku panggilkan dokter untukmu",
"Tidak perlu," ujar Abdullah bin Mas’ud.
"Apakah engkau ingin aku memberikan sesuatu bagimu?" tanya Utsman lagi.
"Aku tidak membutuhkannya", ujar Abdullah bin Mas'ud.
"Mungkin untuk bekal putri-putrimu sepeningalmu", tutur Utsman.
Abdullah bin Mas'ud menjawab: "Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Aku telah memerintahkan putri-putriku membaca surat Al-Waqi'ah setiap malam. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi'ah setiap malam, maka dia tidak akan ditimpa kemiskinan."
Syeikh Nashirudin Al-Albani, pakar Hadis kontemporer, dalam bukunya "Silsilah Hadis Dha'if", menerangkan bahwa Hadis tentang keutamaan membaca Surat Al-Waqi'ah berkualitas dha'if (lemah). Syuja’ dan As-Surry diragukan kualitas ke-tsiqah-annya (Dalam Ilmu Hadis, salah satu kriteria menentukan sebuah Hadis itu shahih, hasan, atau dha'if adalah para perawi harus tsiqah. Tsiqah mengandung arti dua aspek, yaitu memiliki kemampuan hafalan yang baik (dhabit) dan memiliki karakter atau akhlak terpuji).
Lantas, bagaimana menyikapinya? Imam Ahmad bin Hanbal , ulama penulis Kitab Hadis Musnad Imam Ahmad, menerangkan bahwa Hadis dha'if yang terkait fadhailul a’mal (keutamaan sebuah amalan) boleh diamalkan. Yang dimaksud Hadis dha'if tidak diperbolehkan menjadi hujjah yaitu dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan istinbath hukum. Dalam hal ini, tidak diperbolehkan berijtihad untuk menetapkan status hukum suatu masalah dengan berlandaskan pada Hadis dha'if. Adapun menjadikannya sebagai hujjah bagi amalan baik itu diperbolehkan.
Imam Ibnu Hajar Al-Ashqalani, ulama ahli Hadis dan penulis Kitab Hadis Riyadh Ash-Shalihin, juga menerangkan bahwa Hadis dha'if yang terkait fadhailul a'mal boleh diamalkan. ( )
Penulis 52 Buku, Founder Ekselensia Tahfizh School
Allah Maha Pemberi rezeki. Sangat mudah bagi Allah untuk memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka bagi hamba-Nya yang Dia kehendaki. Apa sih yang sulit bagi Allah? Tidak ada! Segalanya mudah bagi Allah. Jika Allah telah berkehendak kun (terjadi), fayakun (maka terjadi). Tidak ada yang bisa menghalangi.
Ketika Allah berkehendak melapangkan rezeki seorang hamba, maka tidak ada yang bisa mencegah sampainya rezeki tersebut kepada si hamba itu. Mesti ada saja jalannya. Dan, sungguh Allah Maha Kreatif untuk membuka jalan-jalan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki. (Baca Juga: Keutamaan Surah Al-Waqi'ah Dapat Mencegah Kemiskinan)
Karena itu, yang terpenting adalah bagaimana kita membentuk diri agar termasuk orang-orang yang dikehendaki Allah diberikan kelapangan rezeki . Dalam hal ini, mengamalkan membaca Surat Al-Waqi’ah insya Allah dapat membuka jalan-jalan rezeki. Gantungkan harapan hanya kepada Allah, Dzat yang melapangkan rezeki.
"Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki, dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Al-Isra [17]: 30).
Namun demikian, perlu dipahami bahwa hal ini bukan berarti kita bermalas-malasan dalam berusaha atau berikhtiar ala kadarnya, dan hanya mengamalkan membaca Al-Waqi'ah . Sungguh, tidaklah demikian. Kita tetap dituntut bekerja dan berikhtiar dengan maksimal sesuai kemampuan kita. Ini adalah kewajiban kita sebagai manusia. Adapun mengamalkan Al-Waqi'ah , insya Allah akan mempermudah ikhtiar yang kita lakukan, dan mempercepat tercapainya harapan, berupa rezeki berlimpah dan berkah.
Hadis Keutamaan Membaca Al-Waqi'ah
Al-Hafizh Ibnu Asakir menerangkan bahwa sanad Hadisnya adalah As-Surriy bin Yahya Asy-Syaibaniy meriwayatkan Hadis yang diperoleh dari Syuja’ bahwa Abu Zhabiyah berkata, "Ketika Abdullah bin Mas'ud sakit, ia dijenguk oleh Sayyidina Utsman bin 'Affan.
Utsman bertanya, "Apa yang kau rasakan?"
"Dosa-dosaku", terang Abdullah bin Mas'ud.
"Apa yang engkau inginkan?" tanya Utsman lagi.
"Rahmat Tuhanku", jawab Abdullah bin Mas'ud.
"Apakah engkau ingin aku panggilkan dokter untukmu",
"Tidak perlu," ujar Abdullah bin Mas’ud.
"Apakah engkau ingin aku memberikan sesuatu bagimu?" tanya Utsman lagi.
"Aku tidak membutuhkannya", ujar Abdullah bin Mas'ud.
"Mungkin untuk bekal putri-putrimu sepeningalmu", tutur Utsman.
Abdullah bin Mas'ud menjawab: "Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Aku telah memerintahkan putri-putriku membaca surat Al-Waqi'ah setiap malam. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi'ah setiap malam, maka dia tidak akan ditimpa kemiskinan."
Syeikh Nashirudin Al-Albani, pakar Hadis kontemporer, dalam bukunya "Silsilah Hadis Dha'if", menerangkan bahwa Hadis tentang keutamaan membaca Surat Al-Waqi'ah berkualitas dha'if (lemah). Syuja’ dan As-Surry diragukan kualitas ke-tsiqah-annya (Dalam Ilmu Hadis, salah satu kriteria menentukan sebuah Hadis itu shahih, hasan, atau dha'if adalah para perawi harus tsiqah. Tsiqah mengandung arti dua aspek, yaitu memiliki kemampuan hafalan yang baik (dhabit) dan memiliki karakter atau akhlak terpuji).
Lantas, bagaimana menyikapinya? Imam Ahmad bin Hanbal , ulama penulis Kitab Hadis Musnad Imam Ahmad, menerangkan bahwa Hadis dha'if yang terkait fadhailul a’mal (keutamaan sebuah amalan) boleh diamalkan. Yang dimaksud Hadis dha'if tidak diperbolehkan menjadi hujjah yaitu dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan istinbath hukum. Dalam hal ini, tidak diperbolehkan berijtihad untuk menetapkan status hukum suatu masalah dengan berlandaskan pada Hadis dha'if. Adapun menjadikannya sebagai hujjah bagi amalan baik itu diperbolehkan.
Imam Ibnu Hajar Al-Ashqalani, ulama ahli Hadis dan penulis Kitab Hadis Riyadh Ash-Shalihin, juga menerangkan bahwa Hadis dha'if yang terkait fadhailul a'mal boleh diamalkan. ( )