Bahaya Nifak, Lubang Tikus yang Membuat Sahabat Nabi Takut
loading...
A
A
A
Nifak jenis ini ada enam macam, yaitu: Mendustakan Rasulullah SAW, mendustakan sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah, membenci Rasulullah, membenci sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah, merasa gembira dengan kemunduran agama yang dibawa Rasulullah, tidak senang dengan kemenangan Islam.
Nifak ‘amali (perbuatan). Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi masih tetap memiliki iman di dalam hati. Nifak jenis ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama atau tidak menyebabkan murtad, namun itu merupakan wasilah (perantara) yang berpotensi mengantarkan kepada yang demikian. ( )
Pelakunya berada dalam iman dan nifak. Lalu jika perbuatan nifaknya banyak, maka akan bisa menjadi sebab yang menyeretnya ke dalam nifak yang sejati, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا، إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
Ada empat hal yang jika keempat-empatnya ada pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki salah satu karakter kemunafikan sampai ia meninggalkannya: (1) jika dipercaya ia berkhianat, (2) jika berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia memungkiri, dan (4) jika bertengkar ia melewati batas. (Muttafaq alaih dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu . HR. Al-Bukhâri, no. 34 dan Muslim, no. 207)
Terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebaikan dan keburukan, perbuatan iman dan perbuatan kufur serta nifak. Karena itu, ia berhak mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan.
Di antara sifat nifak itu adalah malas dalam melakukan salat berjama’ah di masjid. Ini termasuk sifat orang-orang munafik. Sifat nifak itu, sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya.
Para sahabat sangat takut kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifak. Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata, “Aku bertemu dengan 30 Sahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka semua takut kalau-kalau ada nifak dalam dirinya.” (Disebutkan oleh al-Bukhâri mu’alaqan dengan sighat jazm, 1/146)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Kitabul Iman mengatakan, “Cabang-cabang kemunafikan sering hinggap di hati kaum Muslimin, lalu Allah Azza wa Jalla menerima taubatnya. Terkadang hati seorang Mukmin dihampiri oleh sesuatu yang menyebabkan nifak lalu Allah menghalaunya dari Mukmin tersebut. Seorang Mukmin itu diuji dengan bisikan setan dan bisikan-bisikan kekufuran yang menyebabkan mereka gelisah.
Ada sahabat yang mengatakan, “Wahai Rasûlullâh! Sungguh seorang di antara kami merasakan sesuatu dalam dirinya yang mana dia lebih senang jatuh dari langit ke bumi daripada menceritakan apa yang dia rasakan itu.”
Rasulullah SAW bersabda, “Itulah sharihul Iman (keimanan yang murni)." (HR Imam Muslim, no. 338). Dalam riwayat lain, “Dia merasa berat untuk menceritakannya.”
Rasulullah SAW bersabda:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ
Segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan sehingga menjadi sekedar bisikan. (HR Ahmad, 1/235, no. 2097; Abu Dawud, no. 5112. Keduanya dari Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu)
Maksudnya, munculnya bisikan ini yang disertai rasa benci dan ada upaya untuk menangkalnya merupakan sharihul iman.
Sedangkan tentang pelaku nifak akbar, Allah SWT berfirman:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). [Al-Baqarah/2:18]
Nifak ‘amali (perbuatan). Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi masih tetap memiliki iman di dalam hati. Nifak jenis ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama atau tidak menyebabkan murtad, namun itu merupakan wasilah (perantara) yang berpotensi mengantarkan kepada yang demikian. ( )
Pelakunya berada dalam iman dan nifak. Lalu jika perbuatan nifaknya banyak, maka akan bisa menjadi sebab yang menyeretnya ke dalam nifak yang sejati, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا، إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
Ada empat hal yang jika keempat-empatnya ada pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki salah satu karakter kemunafikan sampai ia meninggalkannya: (1) jika dipercaya ia berkhianat, (2) jika berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia memungkiri, dan (4) jika bertengkar ia melewati batas. (Muttafaq alaih dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu . HR. Al-Bukhâri, no. 34 dan Muslim, no. 207)
Terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebaikan dan keburukan, perbuatan iman dan perbuatan kufur serta nifak. Karena itu, ia berhak mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan.
Di antara sifat nifak itu adalah malas dalam melakukan salat berjama’ah di masjid. Ini termasuk sifat orang-orang munafik. Sifat nifak itu, sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya.
Para sahabat sangat takut kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifak. Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata, “Aku bertemu dengan 30 Sahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka semua takut kalau-kalau ada nifak dalam dirinya.” (Disebutkan oleh al-Bukhâri mu’alaqan dengan sighat jazm, 1/146)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Kitabul Iman mengatakan, “Cabang-cabang kemunafikan sering hinggap di hati kaum Muslimin, lalu Allah Azza wa Jalla menerima taubatnya. Terkadang hati seorang Mukmin dihampiri oleh sesuatu yang menyebabkan nifak lalu Allah menghalaunya dari Mukmin tersebut. Seorang Mukmin itu diuji dengan bisikan setan dan bisikan-bisikan kekufuran yang menyebabkan mereka gelisah.
Ada sahabat yang mengatakan, “Wahai Rasûlullâh! Sungguh seorang di antara kami merasakan sesuatu dalam dirinya yang mana dia lebih senang jatuh dari langit ke bumi daripada menceritakan apa yang dia rasakan itu.”
Rasulullah SAW bersabda, “Itulah sharihul Iman (keimanan yang murni)." (HR Imam Muslim, no. 338). Dalam riwayat lain, “Dia merasa berat untuk menceritakannya.”
Rasulullah SAW bersabda:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ
Segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan sehingga menjadi sekedar bisikan. (HR Ahmad, 1/235, no. 2097; Abu Dawud, no. 5112. Keduanya dari Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu)
Maksudnya, munculnya bisikan ini yang disertai rasa benci dan ada upaya untuk menangkalnya merupakan sharihul iman.
Sedangkan tentang pelaku nifak akbar, Allah SWT berfirman:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). [Al-Baqarah/2:18]