Sering-seringlah Menangis di Dunia
loading...
A
A
A
Menangis sering kali diidentikkan dengan sifat cengeng, rapuh, ataupun lebay. Orang menangis tak jarang dianggap sebagai orang yang lemah pribadi ataupun imannya. Padahal, menangis dalam Islam dapat diartikan sebagai proses ataupun bentuk penghayatan dan pendalaman ibadah yang sedang dilakukan.
Menangis semacam itulah yang sering dipraktikkan oleh para Nabi dan Rasul serta para ulama dalam mendekatkan diri kepada Rabb-nya. Jika tangisan tumpah karena Allah, ia termasuk perbuatan mulia . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan salah satunya tangisan karena Allah adalah seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi dan tiba-tiba meneteskan air mata. Artinya, menangis dalam kesunyian lebih memungkinkan timbulnya keikhlasan dalam diri.
(Baca juga : Batasan-batasan Aurat Orang Tua dan Anak )
Lain halnya ketika tangisan tumpah di tempat keramaian , atau ketika mendengarkan lagu cengeng, tentu saja tangisan tersebut tidak ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, melainkan lebih disebabkan oleh suasana sedih. Untuk itu, mari kita hiasi mata ini dengan tangisan mesra karena Allah. Tangisan yang akan membawa pada kebahagiaan di akhirat kelak.
Inilah salah satu nasihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat kita butuhkan didalam kehidupan kita di dunia.
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا
“Demi Dzat yang dari Muhammad berada di tanganNya, kalaulah kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawanya.” (HR Imam Bukhari)
(Baca juga : Tercelanya Takhbib dan Bahaya yang Mengancamnya )
Dalam hadis ini, menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Nabi Shallallahu ‘slaihi wa sallam mengatakan bahwa jika kita mengetahui apa yang beliau ketahui. Apa yang beliau ketahui? Yaitu tentang dahsyatnya azab kubur, tentang dahsyatnya hari kiamat, tentang dahsyatnya api neraka, tentang mengerikannya azab Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya kalian akan lebih banyak menangis dari pada tertawa.
Ini menunjukkan bahwa kita sebagai seorang hamba penting dan wajib sekali untuk betul-betul mengetahui tentang hakikat kehidupan akhirat. Karena di akhirat adalah merupakan hakikat hidup kita. Kita di dunia tidak akan lama, kita di dunia sementara.
(Baca juga : Dahsyatnya Permusuhan Setan Terhadap Manusia dalam Perihal Pakaian )
Allah Ta'ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Dan setiap jiwa pasti akan merasakan kematian itu.” (QS. Ali-Imran : 185)
Sebagai manusia, kita akan mengalami fase setelah kehidupan dunia, yaitu fase alam kubur. Kemudian fase kebangkitan dari alam kubur menuju padang mahsyar. Di sanalah kita akan diadili oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita akan diberikan kenikmatan atau diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, azab yang pedih, na’udzubillah..
(Baca juga : Waspada!, Indonesia Akan Resesi Panjang Dibanding Krisis Moneter 1998 )
Ustadz lulusan Universitas Islam Madinah ini mengingatkan, untuk inilah kita berpikir, untuk itulah kita mempersiapkan diri. Oleh karena itulah ketika ada seorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata:
مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
“Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat itu terjadi?”
(Baca juga : Hari Santri, PBNU Ajak Santri Berdoa Indonesia Segera Bebas Pandemi )
Menangis semacam itulah yang sering dipraktikkan oleh para Nabi dan Rasul serta para ulama dalam mendekatkan diri kepada Rabb-nya. Jika tangisan tumpah karena Allah, ia termasuk perbuatan mulia . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan salah satunya tangisan karena Allah adalah seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi dan tiba-tiba meneteskan air mata. Artinya, menangis dalam kesunyian lebih memungkinkan timbulnya keikhlasan dalam diri.
(Baca juga : Batasan-batasan Aurat Orang Tua dan Anak )
Lain halnya ketika tangisan tumpah di tempat keramaian , atau ketika mendengarkan lagu cengeng, tentu saja tangisan tersebut tidak ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, melainkan lebih disebabkan oleh suasana sedih. Untuk itu, mari kita hiasi mata ini dengan tangisan mesra karena Allah. Tangisan yang akan membawa pada kebahagiaan di akhirat kelak.
Inilah salah satu nasihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat kita butuhkan didalam kehidupan kita di dunia.
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا
“Demi Dzat yang dari Muhammad berada di tanganNya, kalaulah kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawanya.” (HR Imam Bukhari)
(Baca juga : Tercelanya Takhbib dan Bahaya yang Mengancamnya )
Dalam hadis ini, menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Nabi Shallallahu ‘slaihi wa sallam mengatakan bahwa jika kita mengetahui apa yang beliau ketahui. Apa yang beliau ketahui? Yaitu tentang dahsyatnya azab kubur, tentang dahsyatnya hari kiamat, tentang dahsyatnya api neraka, tentang mengerikannya azab Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya kalian akan lebih banyak menangis dari pada tertawa.
Ini menunjukkan bahwa kita sebagai seorang hamba penting dan wajib sekali untuk betul-betul mengetahui tentang hakikat kehidupan akhirat. Karena di akhirat adalah merupakan hakikat hidup kita. Kita di dunia tidak akan lama, kita di dunia sementara.
(Baca juga : Dahsyatnya Permusuhan Setan Terhadap Manusia dalam Perihal Pakaian )
Allah Ta'ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Dan setiap jiwa pasti akan merasakan kematian itu.” (QS. Ali-Imran : 185)
Sebagai manusia, kita akan mengalami fase setelah kehidupan dunia, yaitu fase alam kubur. Kemudian fase kebangkitan dari alam kubur menuju padang mahsyar. Di sanalah kita akan diadili oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita akan diberikan kenikmatan atau diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, azab yang pedih, na’udzubillah..
(Baca juga : Waspada!, Indonesia Akan Resesi Panjang Dibanding Krisis Moneter 1998 )
Ustadz lulusan Universitas Islam Madinah ini mengingatkan, untuk inilah kita berpikir, untuk itulah kita mempersiapkan diri. Oleh karena itulah ketika ada seorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata:
مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
“Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat itu terjadi?”
(Baca juga : Hari Santri, PBNU Ajak Santri Berdoa Indonesia Segera Bebas Pandemi )