Sering-seringlah Menangis di Dunia

Kamis, 22 Oktober 2020 - 17:21 WIB
loading...
Sering-seringlah Menangis di Dunia
Salah satunya tangisan karena Allah adalah seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi dan tiba-tiba meneteskan air mata.Foto ilustrasi/ist
A A A
Menangis sering kali diidentikkan dengan sifat cengeng, rapuh, ataupun lebay. Orang menangis tak jarang dianggap sebagai orang yang lemah pribadi ataupun imannya. Padahal, menangis dalam Islam dapat diartikan sebagai proses ataupun bentuk penghayatan dan pendalaman ibadah yang sedang dilakukan.

Menangis semacam itulah yang sering dipraktikkan oleh para Nabi dan Rasul serta para ulama dalam mendekatkan diri kepada Rabb-nya. Jika tangisan tumpah karena Allah, ia termasuk perbuatan mulia . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan salah satunya tangisan karena Allah adalah seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi dan tiba-tiba meneteskan air mata. Artinya, menangis dalam kesunyian lebih memungkinkan timbulnya keikhlasan dalam diri.

(Baca juga : Batasan-batasan Aurat Orang Tua dan Anak )

Lain halnya ketika tangisan tumpah di tempat keramaian , atau ketika mendengarkan lagu cengeng, tentu saja tangisan tersebut tidak ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, melainkan lebih disebabkan oleh suasana sedih. Untuk itu, mari kita hiasi mata ini dengan tangisan mesra karena Allah. Tangisan yang akan membawa pada kebahagiaan di akhirat kelak.

Inilah salah satu nasihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat kita butuhkan didalam kehidupan kita di dunia.

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا

“Demi Dzat yang dari Muhammad berada di tanganNya, kalaulah kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawanya.” (HR Imam Bukhari)

(Baca juga : Tercelanya Takhbib dan Bahaya yang Mengancamnya )

Dalam hadis ini, menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Nabi Shallallahu ‘slaihi wa sallam mengatakan bahwa jika kita mengetahui apa yang beliau ketahui. Apa yang beliau ketahui? Yaitu tentang dahsyatnya azab kubur, tentang dahsyatnya hari kiamat, tentang dahsyatnya api neraka, tentang mengerikannya azab Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya kalian akan lebih banyak menangis dari pada tertawa.

Ini menunjukkan bahwa kita sebagai seorang hamba penting dan wajib sekali untuk betul-betul mengetahui tentang hakikat kehidupan akhirat. Karena di akhirat adalah merupakan hakikat hidup kita. Kita di dunia tidak akan lama, kita di dunia sementara.

(Baca juga : Dahsyatnya Permusuhan Setan Terhadap Manusia dalam Perihal Pakaian )

Allah Ta'ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Dan setiap jiwa pasti akan merasakan kematian itu.” (QS. Ali-Imran : 185)

Sebagai manusia, kita akan mengalami fase setelah kehidupan dunia, yaitu fase alam kubur. Kemudian fase kebangkitan dari alam kubur menuju padang mahsyar. Di sanalah kita akan diadili oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita akan diberikan kenikmatan atau diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, azab yang pedih, na’udzubillah..

(Baca juga : Waspada!, Indonesia Akan Resesi Panjang Dibanding Krisis Moneter 1998 )

Ustadz lulusan Universitas Islam Madinah ini mengingatkan, untuk inilah kita berpikir, untuk itulah kita mempersiapkan diri. Oleh karena itulah ketika ada seorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata:

مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟

“Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat itu terjadi?”

(Baca juga : Hari Santri, PBNU Ajak Santri Berdoa Indonesia Segera Bebas Pandemi )

Kata Rasulullah:

مَا أَعْدَدْتَ لَهَا

“Apa yang kamu persiapkan untuknya?”

Rasulullah tidak menjawab akan terjadi begini, begini, karena itu ilmunya hanya Allah yang Maha Tahu. Akan tetapi Rasulullah mengatakan, “Apa yang kamu persiapkan untuk hari kiamat?” Demikian pula kita, apa yang kita persiapkan untuk kematian kita? Setelah kita nanti di alam kubur kita akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir. Yang akan menjawab adalah amal kita. "Kita meninggal tidak akan membawa mobil kita yang mewah, tidak akan membawa rumah kita yang megah. Harta yang kita miliki di dunia akan diwariskan kepada anak-anak kita, yang akan kita bawa sampai kuburan nanti adalah amalan kita,"ujar pendiri dan pengisi aktif jaringan televisi dakwah ini.

(Baca juga : Perbaiki Komunikasi Publik, Pemerintah Perlu Praktikkan 3 Hal Ini )

Makanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

"Yang mengikuti mayat itu tiga, dua kembali dan satu akan bersama dia. Yang bersama dia apa itu? Yaitu amalannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Makanya kewajiban yang kita pikirkan adalah amal, amal, amal dan beramal. Jangan hanya sebatas memikirkan bagaimana bisa memiliki harta yang banyak, bagaimana hanya sebatas memikirkan bagaimana bisa meraih kedudukan yang tinggi. Demi Allah itu semuanya hanya akan fana, itu semuanya hanya akan memperberat hisab kita pada hari kiamat.

(Baca juga : Bawa Petasan, Polisi Tangkap Penyusup Dalam Massa Demo Buruh Tolak Omnibus Law )

Karena itu, orang yang di dunia banyak tertawa dan sedikit menangis, barangkali di akhirat dia akan lebih banyak menangis. Tapi orang yang di dunia dia lebih banyak menangis takut kepada Allah, maka dia akan tenang insyaAllah, dia akan tertawa bahagia melihat hasil amalannya kelak pada hari kiamat.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak akan terkumpul dua rasa aman dan dua rasa takut kepada seorang mukmin. Siapa yang merasa aman di dunia, maka diakhirat dia akan ketakutan -kata Rasulullah- Siapa yang di dunia dia ketakutan, dia takut akan adzab api neraka sehingga ia pun berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka di akhirat dia akan merasa aman.”

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1222 seconds (0.1#10.140)