Perlu Tekad Kuat untuk Naik Kelas di Bulan Ramadhan Tahun Ini

Kamis, 16 April 2020 - 04:25 WIB
loading...
Perlu Tekad Kuat untuk Naik Kelas di Bulan Ramadhan Tahun Ini
Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu. Ilustrasi Dok SINDOnews
A A A

ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) berfirman: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang zalim terhadap diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang muqtashid (sedang) dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” (QS. Fathir: 32)

Mengomentari ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan mengutip pendapat Ibnu Abbas RA bahwa ummat Nabi Muhammad SAW ini, dalam kaitannya dengan keimanan dan pengamalan ajaran Al-Quran terbagi menjadi tiga golongan.

Ada yang zalim, ada yang muqtashid (sedang/pertengahan) yang akan dihisab dengan hisab yang mudah, ada juga yang berprestasi yang akan masuk surga tanpa hisab.

Ibnu Katsir melanjutkan bahwa yang dimaksud dengan orang zalim adalah dia yang sangat kurang dalam melaksanakan perkara yang wajib, dan dia juga melakukan sebagian yang diharamkan oleh Allah SWT.

Orang-orang yang masuk dalam kategori muqtasid (pertengahan) adalah mereka yang mengerjakan segala kewajiban, dan berusaha meninggalkan segala hal yang diharamkan, namun terkadang mereka meninggalkan perkara-perkara yang dicintai (mustahab) dan terkadang juga mereka melakukan hal-hal yang dibenci (makruh).

Sedangkan orang yang berprestasi itu adalah mereka yang melaksanakan semua kewajiban dan semua yang disunnahkan. Mereka meninggalkan perkara yang haram dan makruh, dan mereka juga terkadang meninggalkan sebagian perkara mubah demi kesempurnaan iman.

Imam At-Thobari, menukil banyak riwayat menjelaskan bahwa orang-orang yang berprestasi dan mereka yang masuk dalam kategori muqtashid (pertengahan) tempatnya adalah di surga dengan derajat yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Sedangkan mereka yang masuk dalam katagori zalim, maka tempatnya diragukan apakah masih di surga atau di neraka.

Pakar tafsir Qatada, seperti yang dinukil oleh At-Thabari, menjelaskan bahwa manusia itu terbagi ke dalam tiga golongan, baik di dunia, ketika meninggal dunia, dan nanti di akhirat. Di dunia manusia terbagi ke dalam kelompok mukmin, munafik dan musyrik. Sedangkan ketika meninggal dunia maka sesuai dengan firman Allah swt:

Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan, dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan, dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahannam”. (QS. Al-Waqiah: 88-94)

Adapun di akhirat, maka manusia juga terbagi kedalam tiga kelompok sesuai dengan firman Allah swt:

Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu, dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu, dan orang-orang yang beriman paling dahulu”. (QS. Al-Waqiah : 810)

Menurut At-Thabari, penjelasan Qatadah ini lebih mengarah kepada sebuah kesimpulan bahwa orang-orang yang termasuk dalam katagori zalim pada ayat QS. Fathir: 32 itu tempatnya di neraka.

Namun kita juga tidak menutup mata bahwa ada juga yang berpendapat bahwa orang-orang zalim tetap berada di surga selagi mereka tidak mensyirikkan Allah SWT.

"Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dll. Walau keberadaannya di surga bisa jadi setelah sebelumnya diazab dulu di neraka," demikian kesimpulan dari At-Tahabari pada akhirnya.

Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir dalam buku berjudul "Menyambut Ramadhan" menyebut dalam kaitannya dengan ibadah Ramadhan, jika kita analogikan dengan ayat di atas, setidaknya manusia juga terbagi ke dalam tiga kelompok:


Pertama kelompok zalim. Mereka ini, menurut alumni pascasarjana Intitut PTIQ Jakarta pada konsentrasi Ilmu Tafsir ini, adalah orang-orang yang sangat kurang sekali perhatiannya terhadap ramadhan. Bagi mereka kedatangan bulan Ramadhan tidak ada yang terlalu spesial. Biasa-biasa saja, atau bahkan bagi mereka kedatangan bulan Ramadhan itu malah membawa beban baru. "Selain susahnya berpuasa juga beban kebutuhan ekonomi yang biasanya membengkak, utamanya beban Idul Fitri untuk seabrek kue-kue dan baju baru dengan model terbaru yang sangat menggoda kantong," ujarnya.

Sehingga tidak jarang karena biasa-biasa saja akhirnya mereka juga menyamakan bulan Ramadhan ini dengan bulan-bulan yang lainnya, makan dan minum di siang hari tetap berlanjut. Atau mereka berpuasa, tapi hanya sebagian saja, lalu sebagian yang lainnya mereka tinggalkan. Bisa jadi mereka bahkan berpuasa penuh selama satu bulan, namun di hari-hari mereka berpuasa itu mereka meninggalkan salat, karena terlalu banyak tidur.

Kedua, muqtashid (pertengahan). Mereka ini adalah orang-orang yang bergembira menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Rasa gembira itu semakin menjadi-jadi karena setelah itu bakal ada libur panjang dan bisa mudik ke kampung halaman. Bertemu keluarga dan sanak kerabat, selain dari kegembiraan karena kesadaran bergama bahwa di bulan Ramadhan ini waktunya untuk menghapus dosa dan mengambil banyak pahala untuk bekal di akhirat kelak.

Namun padatnya aktivitas bekerja di bulan Ramadhan ini terkadang membuat sebagian mereka lalai untuk memperbanyak ibadah lewat perkara-perkara sunnah. Terkadang beberapa kali, baik disengaja atau tidak, meninggalkan ibadah salat tarawih dan witir, atau hanya melaksanakan salat-salat fardu saja. Mungkin juga dalam satu hari itu ada rasa malas untuk membaca Al-Quran.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)