Lagi, 100.000 Pasukan Persia Tewas di Jalula, Sisanya Terdesak Lari ke Iran
loading...
A
A
A
PASUKAN Persia yang lari dalam kekalahan sudah sampai di Jalula --sekitar 40 mil utara Mada'in . Sebuah daerah kecil di perbatasan Irak dan Iran , sekitar 185 km sebelah tenggara Baghdad sekarang. Daerah ini adalah basis pertahanan terakhir Kerajaan Sasan dalam menghadapi kaum muslimin. (
)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " memaparkan di sana mereka melihat persimpangan jalan ke berbagai jurusan di Iran. Mereka berkata satu sama lain: "Kalau kalian berpencar, tidak akan dapat berkumpul lagi. Tempat ini dapat menceraiberaikan kita. Mari kita berkumpul untuk memerangi pasukan Arab itu. Kalau kita yang menang, itulah yang kita harapkan; kalau kebalikannya, kita sudah menjalankan tugas kita dan tanggung jawab kita."
Sementara itu, dalam perjalanannya ke Hulwan, eks Kaisar Persia Yazdigird sudah mengadakan pertemuan dengan stafnya, pembantu-pembantu dan pasukannya dari berbagai daerah. Ia menunjuk Mehran (Mahran ar-Razi) memimpin mereka ke Jalula. Dia sendiri tinggal di tempat yang baru itu sambil mengirimkan bala bantuan berupa pasukan dan bahan makanan kepada mereka. ( )
Mereka kemudian bertemu dengan sisa-sisa tentara yang dulu di Mada'in. Di Jalula, mereka menggali sebuah parit besar di sekitar kota itu lalu dipasang kawat berduri di sekelilingnya. Mereka menyiapkan sejumlah pasukan, perlengkapan dan alat-alat pengepungan. Selanjutnya mereka saling berikrar dan berjanji tidak akan lari. Pasukan Muslimin akan mereka usir sampai habis tuntas dari Persia.
Berita-berita ini sampai kepada Pimpinan Pasukan Muslim Sa’ad bin Abi Waqqash yang berada di Istana Kisra . Berita ini pun disampaikan kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah .
Dalam balasannya Umar menulis kepada Sa’ad agar ia mengirim Hasyim bin Utbah ke Jalula dengan 12.000 anggota pasukan. Qa'qa' bin Amr supaya ditempatkan di barisan depan, dan menunjuk lagi yang akan menempati masing-masing sayap kanan dan sayap kiri serta pengawal barisan belakang masing-masing menurut namanya. ( )
Anggota pasukan itu sudah banyak berkumpul dan sudah beristirahat. Semangat mereka memang sudah menyala dan sudah siap tempur, sesudah mereka beristirahat satu bulan menikmati segala karunia Allah berupa hasil rampasan perang yang melimpah banyaknya, yang tak pernah mereka alami sebelumnya.
Kemenangan di Jalula
Tatkala sampai di Jalula, Hasyim melihat pihak Persia sudah memperkuat diri di sana dan akan mempertahankannya mati-matian. Hasyim mulai mengadakan pengepungan. Tetapi bukan pengepungan itu saja yang akan memaksa mereka menyerah.
Bala bantuan buat mereka terus-menerus datang dari Hulwan, demikian juga bala bantuan buat pasukan Muslimin datang terus-menerus dari Mada'in. Itu sebabnya proses pengepungan berjalan sampai delapan puluh hari.
Sementara itu pasukan Persia sudah keluar dari kubu pertahanannya untuk menghadapi pihak Muslimin, tetapi mereka dapat dipukul mundur kembali ke bentengnya. ( )
Pihak Persia yakin kalau mereka bertahan semangat dan kekuatan mereka akan hilang. Jumlah kekuatan mereka yang dua kali jumlah pihak Muslimin tak akan ada gunanya.
Suatu hari pagi-pagi sekali Mehran, komandan Persia, memerintahkan penyerangan besar-besaran terhadap pasukan Muslimin. Ibn Kasir mengatakan: "Mereka terlibat dalam suatu pertempuran sengit yang tak pernah terjadi seperti itu sebelumnya, sehingga barisan pemanah kedua pihak habis binasa, tombak mereka masing-masing pun patah berjatuhan. Mereka menggunakan pedang dan tabbarzin.
Waktu tiba saat zuhur, pasukan Muslimin melakukan salat dengan isyarat. Satuan-satuan Majusi (Persia) terus berdatangan silih berganti. Ketika itu Qa'qa' bin Amr bertanya kepada anggota-anggota pasukannya: "Kaum Muslimin! Takutkah kalian apa yang kalian lihat ini?"
Mereka menjawab: "Ya, kita sudah letih, sebaliknya mereka sudah sempat beristirahat."
"Tidak," kata Qa'qa' lagi. "Kita serang mereka dan kita harus bersungguh-sungguh dalam mengejar mereka, sampai nanti Allah yang menjatuhkan keputusan kepada kita. Mari kita serbu mereka sehingga serbuan satu orang dapat menyusup ke tengah-tengah mereka!"
Sekarang ia mulai menyerbu dan yang lain juga ikut maju. Qa'qa' sendiri sudah memantapkan serangannya dengan memimpin satu pasukan yang terdiri atas para kesatria dan pahlawan-pahlawan pilihan hingga mencapai pintu parit, dan berlangsung sampai gelap malam. ( )
Qa'qa' melihat pasukannya sudah ada yang mulai menyudahi pertempuran karena hari sudah menjelang malam. Tetapi kemudian terdengar suara memanggil-manggil: "Hai pasukan Muslimin, mau ke mana kalian!? Lihatlah pemimpinmu sudah di pintu parit! Marilah kita maju bersama. Untuk memasukinya sekarang sudah tak ada lagi rintangan."
Ketika itu pasukan Muslimin meneruskan pertempuran menghadapi musuhnya dengan begitu keras mengingatkan mereka pada kerasnya "malam yang geram" hanya saja ini lebih cepat.
Sesudah mereka sampai di pintu parit dan melihat Qa'qa' sudah menguasainya, sementara melihat pasukan Persia yang terpukul mundur ke kanan dan ke kiri karena untuk kembali ke kota sudah terhalang oleh parit, ketika itulah pasukan Muslimin menyergap mereka di segenap penjuru. Akibatnya dari pasukan mereka yang terbunuh ketika itu 100.000 orang, dan yang masih ada lari hendak menuju Hulwan, dekat Iran. Tetapi Qa'qa' terus mengejar mereka dan berhasil menyusul Mehran di Khaniqin. Orang ini dibunuhnya. ( )
Sedangkan Fairuzan lari terus dengan memacu kudanya ke Hulwan. Ia melaporkan kepada Kaisar Persia Yazdigird mengenai bencana yang menimpa Jalula, dan saat itu juga Yazdigird lari ke Ray.
Ketika Qa'qa' kemudian memasuki kota Hulwan, pasukan pe-ngawal kota sempat mengadakan perlawanan sengit, tetapi sesudah itu mereka dapat dipukul mundur. Sekarang pasukan Muslimin memasuki kota dan berhasil mengumpulkan rampasan perang, menawan dan menarik jizyah dari mereka serta dari kampung-kampung dan daerah- daerah sekitarnya.(Bersambung)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " memaparkan di sana mereka melihat persimpangan jalan ke berbagai jurusan di Iran. Mereka berkata satu sama lain: "Kalau kalian berpencar, tidak akan dapat berkumpul lagi. Tempat ini dapat menceraiberaikan kita. Mari kita berkumpul untuk memerangi pasukan Arab itu. Kalau kita yang menang, itulah yang kita harapkan; kalau kebalikannya, kita sudah menjalankan tugas kita dan tanggung jawab kita."
Sementara itu, dalam perjalanannya ke Hulwan, eks Kaisar Persia Yazdigird sudah mengadakan pertemuan dengan stafnya, pembantu-pembantu dan pasukannya dari berbagai daerah. Ia menunjuk Mehran (Mahran ar-Razi) memimpin mereka ke Jalula. Dia sendiri tinggal di tempat yang baru itu sambil mengirimkan bala bantuan berupa pasukan dan bahan makanan kepada mereka. ( )
Mereka kemudian bertemu dengan sisa-sisa tentara yang dulu di Mada'in. Di Jalula, mereka menggali sebuah parit besar di sekitar kota itu lalu dipasang kawat berduri di sekelilingnya. Mereka menyiapkan sejumlah pasukan, perlengkapan dan alat-alat pengepungan. Selanjutnya mereka saling berikrar dan berjanji tidak akan lari. Pasukan Muslimin akan mereka usir sampai habis tuntas dari Persia.
Berita-berita ini sampai kepada Pimpinan Pasukan Muslim Sa’ad bin Abi Waqqash yang berada di Istana Kisra . Berita ini pun disampaikan kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah .
Dalam balasannya Umar menulis kepada Sa’ad agar ia mengirim Hasyim bin Utbah ke Jalula dengan 12.000 anggota pasukan. Qa'qa' bin Amr supaya ditempatkan di barisan depan, dan menunjuk lagi yang akan menempati masing-masing sayap kanan dan sayap kiri serta pengawal barisan belakang masing-masing menurut namanya. ( )
Anggota pasukan itu sudah banyak berkumpul dan sudah beristirahat. Semangat mereka memang sudah menyala dan sudah siap tempur, sesudah mereka beristirahat satu bulan menikmati segala karunia Allah berupa hasil rampasan perang yang melimpah banyaknya, yang tak pernah mereka alami sebelumnya.
Kemenangan di Jalula
Tatkala sampai di Jalula, Hasyim melihat pihak Persia sudah memperkuat diri di sana dan akan mempertahankannya mati-matian. Hasyim mulai mengadakan pengepungan. Tetapi bukan pengepungan itu saja yang akan memaksa mereka menyerah.
Bala bantuan buat mereka terus-menerus datang dari Hulwan, demikian juga bala bantuan buat pasukan Muslimin datang terus-menerus dari Mada'in. Itu sebabnya proses pengepungan berjalan sampai delapan puluh hari.
Sementara itu pasukan Persia sudah keluar dari kubu pertahanannya untuk menghadapi pihak Muslimin, tetapi mereka dapat dipukul mundur kembali ke bentengnya. ( )
Pihak Persia yakin kalau mereka bertahan semangat dan kekuatan mereka akan hilang. Jumlah kekuatan mereka yang dua kali jumlah pihak Muslimin tak akan ada gunanya.
Suatu hari pagi-pagi sekali Mehran, komandan Persia, memerintahkan penyerangan besar-besaran terhadap pasukan Muslimin. Ibn Kasir mengatakan: "Mereka terlibat dalam suatu pertempuran sengit yang tak pernah terjadi seperti itu sebelumnya, sehingga barisan pemanah kedua pihak habis binasa, tombak mereka masing-masing pun patah berjatuhan. Mereka menggunakan pedang dan tabbarzin.
Waktu tiba saat zuhur, pasukan Muslimin melakukan salat dengan isyarat. Satuan-satuan Majusi (Persia) terus berdatangan silih berganti. Ketika itu Qa'qa' bin Amr bertanya kepada anggota-anggota pasukannya: "Kaum Muslimin! Takutkah kalian apa yang kalian lihat ini?"
Mereka menjawab: "Ya, kita sudah letih, sebaliknya mereka sudah sempat beristirahat."
"Tidak," kata Qa'qa' lagi. "Kita serang mereka dan kita harus bersungguh-sungguh dalam mengejar mereka, sampai nanti Allah yang menjatuhkan keputusan kepada kita. Mari kita serbu mereka sehingga serbuan satu orang dapat menyusup ke tengah-tengah mereka!"
Sekarang ia mulai menyerbu dan yang lain juga ikut maju. Qa'qa' sendiri sudah memantapkan serangannya dengan memimpin satu pasukan yang terdiri atas para kesatria dan pahlawan-pahlawan pilihan hingga mencapai pintu parit, dan berlangsung sampai gelap malam. ( )
Qa'qa' melihat pasukannya sudah ada yang mulai menyudahi pertempuran karena hari sudah menjelang malam. Tetapi kemudian terdengar suara memanggil-manggil: "Hai pasukan Muslimin, mau ke mana kalian!? Lihatlah pemimpinmu sudah di pintu parit! Marilah kita maju bersama. Untuk memasukinya sekarang sudah tak ada lagi rintangan."
Ketika itu pasukan Muslimin meneruskan pertempuran menghadapi musuhnya dengan begitu keras mengingatkan mereka pada kerasnya "malam yang geram" hanya saja ini lebih cepat.
Sesudah mereka sampai di pintu parit dan melihat Qa'qa' sudah menguasainya, sementara melihat pasukan Persia yang terpukul mundur ke kanan dan ke kiri karena untuk kembali ke kota sudah terhalang oleh parit, ketika itulah pasukan Muslimin menyergap mereka di segenap penjuru. Akibatnya dari pasukan mereka yang terbunuh ketika itu 100.000 orang, dan yang masih ada lari hendak menuju Hulwan, dekat Iran. Tetapi Qa'qa' terus mengejar mereka dan berhasil menyusul Mehran di Khaniqin. Orang ini dibunuhnya. ( )
Sedangkan Fairuzan lari terus dengan memacu kudanya ke Hulwan. Ia melaporkan kepada Kaisar Persia Yazdigird mengenai bencana yang menimpa Jalula, dan saat itu juga Yazdigird lari ke Ray.
Ketika Qa'qa' kemudian memasuki kota Hulwan, pasukan pe-ngawal kota sempat mengadakan perlawanan sengit, tetapi sesudah itu mereka dapat dipukul mundur. Sekarang pasukan Muslimin memasuki kota dan berhasil mengumpulkan rampasan perang, menawan dan menarik jizyah dari mereka serta dari kampung-kampung dan daerah- daerah sekitarnya.(Bersambung)
(mhy)