Al-Idrisi sang Pemandu Marcopolo, Ibnu Batutta, dan Colombus

Sabtu, 04 Desember 2021 - 09:58 WIB
loading...
Al-Idrisi sang Pemandu Marcopolo, Ibnu Batutta, dan Colombus
The Book Of Roger: Peta yang akurat kerja sama antara Al-Idrisi dan Roger II (Ilustrasi Ist)
A A A
Para penjelajah dunia macam Marcopolo, Ibnu Batutta, dan Christopher Columbus boleh jadi akan kandas meraih ambisi tanpa alat yang diciptakan oleh Al-Idrisi. Alat itu adalah peta yang akurat. Asal tahu saja, penciptaan peta seperti yang sekarang gampang diperoleh itu awalnya merupakan mega proyek yang memakan waktu 15 tahun.



Karya besar ini dimulai pada tahun 1138 M. Al-Idrisi yang oleh orang Barat dipanggil Edrisi atau Dreses, melakukan sebuah pertemuan istimewa dengan raja Kristen penguasa Sicilia, Raja Roger II.

Sicilia adalah sebuah daerah bekas kekuasaan kaum Muslimin, yang kemudian menjadi kerajaan Kristen.

Raja Roger II memiliki ambisi untuk membuat peta dunia yang akurat. Peta tersebut harus dapat menjadi acuan bagi siapapun, khususnya dirinya untuk melakukan ekspedisi pelayaran ataupun hanya untuk mengenal wilayah-wilayah baru.

Lantaran itu, ia kemudian memanggil para ilmuan Kristen di sekitarnya. Para sarjana Barat ternyata masih bertumpu pada hal-hal mistis dan tradisional dalam membuat peta.

Tak ada jalan lain bagi Raja Roger II untuk memenuhi ambisinya. Ia pun meminta bantuan kepada ilmuwan Islam.

Ilmuwan Muslim yang mendapat undangan kehormatan dari Raja Roger II itu bernama Al-Idrisi. Dia adalah geografer dan kartografer (pembuat peta) termasyhur di abad ke-12 M.

Kepopuleran Al-Idrisi dalam dua bidang ilmu sosial itu telah membuat sang raja yang beragama Nasrani itu kepincut. Apalagi, Raja Roger II sangat tertarik dengan studi geografi.

Selama ini, Roger II hanya mendengar sejumlah tempat dari banyak pelancong yang datang dan pergi di pelabuhan Sicilia. Namun ia tidak mampu membayangkan dengan pasti tempat-tempat yang dimaksud.

Masalah yang paling mendasar mengapa Roger II – dan mungkin banyak lagi orang pada masa itu di Eropa – tidak bisa membayangkan konstalasi geografi, sebab mereka belum bisa memastikan, bentuk bumi atau dunia ini seperti apa.

Keyakinan purba masih menyatakan bahwa dunia ini berbentuk datar. Sehingga tidak mengherankan bila banyak ahli geografi Roger II, yang sebelumnya ditugaskan untuk membuat peta dunia, menyisipkan unsur-unsur mitologi di tempat-tempat yang tidak diketahui itu.



Peta Dunia yang Pertama
Roger II dan Al-Idrisi ternyata memiliki minat dan ambisi yang sama tentang geografi. Al Idrisi menangkap peluang untuk memuaskan ambisi keilmuannya, ketika penguasa Sicilia menawarkannya kerja sama untuk membuat satu proyek ambisius, yaitu membuat peta dunia yang pertama paling akurat di muka bumi.

Proyek ini menjadi visible untuk dikerjakan mengingat, Roger II memiliki komitmen dan biaya, maupun sumber daya lainnya untuk mendukung pekerjaan ini. Dan salah satu yang tak kalah penting, informasi ataupun referensi tentang tempat-tempat ini juga banyak bertebaran di Sicilia, yang saat itu merupakan pusat bertemunya banyak peradaban besar di dunia, baik Islam, Kristen, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah.

"Secara khusus, ini adalah titik di mana budaya Arab dan Kristen bertemu dan menciptakan lanskap sosial yang unik," tulis Brady Hibbs dalam The Book of Roger.

Dalam pertemuan yang bersejarah itu, Roger II meminta Al-Idrisi untuk membuat peta yang tidak hanya secara akurat menandai lokasi semua tanah asing yang diketahui, namun juga memberikan deskripsi umum tentang sumber daya, susunan ekonomi, budaya, dan adat istiadat di semua tempat yang diinformasikan secara akurat. Tujuannya, agar hasil karya tersebut dapat menjadi standar acuan bagi siapapun yang ingin menjelajahi wilayah-wilayah tersebut.

Al-Idrisi dan Roger II bersepakat proyek pembuatan peta dunia itu akan diselesaikan dalam tempo 15 tahun. Guna mewujudkan ambisinya, didirikanlah akademi geografer yang dipimpin Raja Roger II dan Al-Idrisi.

Brady Hibbs mengatakan mega-proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan 12 sarjana, sebanyak 10 orang di antaranya adalah ilmuwan Muslim.

Hal ini sangat wajar, mengingat hasil-hasil laporan para pelancong Muslim memang lebih akurat dan relevan untuk digunakan daripada data dan informasi dari para pelaut Barat yang umumnya bercampur dengan mitologi dan fiksi.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4690 seconds (0.1#10.140)