Dua Rasa Cinta
loading...
A
A
A
Disamakan, kepada Allah cinta tapi kepada selain Allah yang mereka sembah juga cinta. Padahal kata Allah:
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)
(Baca juga : Jokowi Sudah Wanti-wanti Investasi Jangan Lewati Minus 5%, Luhut Gagal )
Berkat Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab Madarijus Salikin ketika menerangkan ayat ini. Kata beliau, “Di dalam ayat ini Allah menginformasikan bahwa siapa orang yang mencintai sesuatu selain Allah seperti dia mencintai Allah berarti orang itu telah menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal cinta dan mengagungkan.”
Jadi kecintaan kepada yang lain tidak boleh menyemai kecintaan kepada Allah. Berkata Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab tafsirnya bahwa di dalam ayat ini Allah menerangkan keadaan orang-orang yang musyrik di dunia dan menerangkan adzab yang Allah akan timpakan kepada mereka di akhirat. Ketika orang musyrik menjadikan tandingan bagi Allah berupa sesembahan, berupa patung-patung, mereka mencintai patung-patung sesembahan itu seperti mereka mencintai Allah.
(Baca juga : Cuaca Jakarta Hari Ini, Waspadai Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang )
Maknanya mereka menyamakan patung sesembahan dengan Allah dalam hal cinta dan pengagungan. Seperti yang kita sudah jelaskan, orang Musyrik juga menyembah kepada Allah dengan cara mereka sendiri. Kenapa disebut Musyrik? Karena selain menyembah kepada Allah, mereka juga punya sesembahan yang lain. Mereka menyamakan cinta mereka kepada sesembahan seperti cinta mereka kepada Allah, mengagungkan sesembahan seperti pengagungan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini pula yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Kata beliau, Allah menceritakan penyamaan yang mereka lakukan dalam hal cinta. Cinta kepada Allah, juga cinta kepada berhala dengan kadar kecintaan yang sama. Ini diterangkan oleh Allah dalam surah Asy-Syu’ara ayat 97-98, berkata orang-orang musyrik nanti di akhirat:
تَاللَّـهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿٩٧﴾ إِذْ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٩٨﴾
“Demi Allah, dulu kita benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Karena kami dahulu ketika di dunia menyamakan kalian (berhala-berhala) dengan Allah Rabbul ‘Alamin.” (QS. Asy-Syu’ara : 97-98)
(Baca juga : BREAKING-Serangan Teror Guncang Wina, Total Ada 6 Lokasi )
Disamakan, termasuk dalam hal mahabbah. Adapun makna atau tafsiran ayat:
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 165)
Maknanya, lebih besar dibanding kecintaan para penyembah berhala kepada tandingan-tandingan yang mereka jadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka cinta kepada berhala-berhala, mereka mereka juga cinta kepada Allah, disamakan. Adapun orang beriman, kadar kecintaannya kepada Allah jauh lebih besar, lebih hebat, lebih kuat dibanding kecintaan orang-orang musyrik kepada berhala atau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini makna dari ayat tersebut. Sudah juga kita terangkan bahwa mahabbah kepada Allah yang disebut dengan mahabbah Al-Ubudiyah, wajib didahulukan dibanding mahabbah musytarokah. Seperti mencintai orang tua, anak-anak, istri atau suami, mencintai harta, mencintai sahabat, mencintai semua itu tidaklah terlarang. Bahkan harus. Tapi kecintaan kita kepada mereka tidak boleh lebih besar daripada cinta kita kepada Allah.
(Baca juga : Kontroversial, Studi Sebut Sekolah Bisa Dibuka karena Bukan Hotspot COVID-19 )
Siapa yang lebih mencintai makhluk, baik itu orang tua, anak-anak, pasangan hidup, bahkan harta, dibanding kecintaan kepada Allah, Allah akan turunkan adzab. Allah ancam di dalam Al-Qur’an, surah At-Taubah ayat ke-24:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)
(Baca juga : Jokowi Sudah Wanti-wanti Investasi Jangan Lewati Minus 5%, Luhut Gagal )
Berkat Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab Madarijus Salikin ketika menerangkan ayat ini. Kata beliau, “Di dalam ayat ini Allah menginformasikan bahwa siapa orang yang mencintai sesuatu selain Allah seperti dia mencintai Allah berarti orang itu telah menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal cinta dan mengagungkan.”
Jadi kecintaan kepada yang lain tidak boleh menyemai kecintaan kepada Allah. Berkata Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab tafsirnya bahwa di dalam ayat ini Allah menerangkan keadaan orang-orang yang musyrik di dunia dan menerangkan adzab yang Allah akan timpakan kepada mereka di akhirat. Ketika orang musyrik menjadikan tandingan bagi Allah berupa sesembahan, berupa patung-patung, mereka mencintai patung-patung sesembahan itu seperti mereka mencintai Allah.
(Baca juga : Cuaca Jakarta Hari Ini, Waspadai Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang )
Maknanya mereka menyamakan patung sesembahan dengan Allah dalam hal cinta dan pengagungan. Seperti yang kita sudah jelaskan, orang Musyrik juga menyembah kepada Allah dengan cara mereka sendiri. Kenapa disebut Musyrik? Karena selain menyembah kepada Allah, mereka juga punya sesembahan yang lain. Mereka menyamakan cinta mereka kepada sesembahan seperti cinta mereka kepada Allah, mengagungkan sesembahan seperti pengagungan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini pula yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Kata beliau, Allah menceritakan penyamaan yang mereka lakukan dalam hal cinta. Cinta kepada Allah, juga cinta kepada berhala dengan kadar kecintaan yang sama. Ini diterangkan oleh Allah dalam surah Asy-Syu’ara ayat 97-98, berkata orang-orang musyrik nanti di akhirat:
تَاللَّـهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿٩٧﴾ إِذْ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٩٨﴾
“Demi Allah, dulu kita benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Karena kami dahulu ketika di dunia menyamakan kalian (berhala-berhala) dengan Allah Rabbul ‘Alamin.” (QS. Asy-Syu’ara : 97-98)
(Baca juga : BREAKING-Serangan Teror Guncang Wina, Total Ada 6 Lokasi )
Disamakan, termasuk dalam hal mahabbah. Adapun makna atau tafsiran ayat:
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 165)
Maknanya, lebih besar dibanding kecintaan para penyembah berhala kepada tandingan-tandingan yang mereka jadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka cinta kepada berhala-berhala, mereka mereka juga cinta kepada Allah, disamakan. Adapun orang beriman, kadar kecintaannya kepada Allah jauh lebih besar, lebih hebat, lebih kuat dibanding kecintaan orang-orang musyrik kepada berhala atau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini makna dari ayat tersebut. Sudah juga kita terangkan bahwa mahabbah kepada Allah yang disebut dengan mahabbah Al-Ubudiyah, wajib didahulukan dibanding mahabbah musytarokah. Seperti mencintai orang tua, anak-anak, istri atau suami, mencintai harta, mencintai sahabat, mencintai semua itu tidaklah terlarang. Bahkan harus. Tapi kecintaan kita kepada mereka tidak boleh lebih besar daripada cinta kita kepada Allah.
(Baca juga : Kontroversial, Studi Sebut Sekolah Bisa Dibuka karena Bukan Hotspot COVID-19 )
Siapa yang lebih mencintai makhluk, baik itu orang tua, anak-anak, pasangan hidup, bahkan harta, dibanding kecintaan kepada Allah, Allah akan turunkan adzab. Allah ancam di dalam Al-Qur’an, surah At-Taubah ayat ke-24:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾