Mengapa Harus Mencintai Karena Allah Ta'ala? Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang wajib dijadikan sandaran oleh setiap muslim. Termasuk dalam hal ini adalah ketika seorang hamba mencintai sesuatu. Apa itu cinta karena Allah ?
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Munawwir dalam kitab 'al jami’ al Kabir 'beliau menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mencintai karena Allah , artinya mencintai seseorang karena ketaatan dia kepada Allah, karena agama. Semakin seorang dekat kepada Allah, semakin agamanya bagus, semakin ia shaleh, semakin ia mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya, semakin ia menjauhi perbuatan maksiat kepada Allah, semakin kita cintai karena Allah . Sebaliknya, semakin ia memaksiati Allah, semakin ia berbuat maksiat kepada Allah, maka semakin kita benci dia karena Allah.
"Makanya terkadang kita mencintai seseorang dari satu sisi, karena ketaatan dia. Tapi kita benci kepada seseorang dari sisi yang lain, karena perbuatan keburukan dia. Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, bila cinta kita bukan karena harta, bila cinta kita kepada seseorang bukan karena ikatan organisasi atau ikatan suatu lembaga, bukan karena dia mengikuti pendapat kita, kalau kita mencintai seseorang bukan karena dia menjadi pembela-pembela kita, akan tetapi karena Allah, maka ini berarti cinta kita sudah lurus,"ungkap Ustadz Abu Yahya Badrusallam, dai yang sering mengisi kajian sunnah di kanal Rodja TV ini.
Menurutnya, untuk melestarikan cinta karena Allah itu tidak mudah. Banyak sekali orang yang mencintai orang lain masih dikotori hal-hal yang sifatnya duniawi. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia satu guru dengan kita. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia membela guru dan diri kita. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu partai dengan kita, satu organisasi, atau satu kelompok dengan kita. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu hobi dengan kita. Kita mencintai seseorang juga -misalnya- karena dia dia satu daerah. Ini semua cinta-cinta yang bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"Ketika kita mencintai saudara kita, mencintai teman kita, kita harus periksa, cinta kita kepada dia kenapa? Apakah karena ada tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi? Apakah cinta kita kepada dia dikotori oleh hal-hal yang sifatnya kepentingan dunia? Maka kalau ternyata kita mencintai seseorang karena sifatnya duniawi, berarti cinta kita belum bermanfaat di sisi Allah. Karena cinta yang bermanfaat hanyalah cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala,"papar Ustadz Abu Yahya.
Oleh karena itulah, untuk menemukan orang yang mencintai kita karena Allah, sulit sekali. Dan untuk kita mencintai seseorang karena Allah terkadang seringkali dikotori oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya duniawi. Makanya Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa sallam memberikan pahala besar bagi dua orang yang saling mencintai karena Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada tujuh orang -kata Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam- yang akan diberikan oleh Allah naungan pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah.”
Siapa tujuh orang itu? Di antaranya:
“Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bekumpul karena Allah, benci pun karena Allah.”
Karena Allah murni, karena ketaatan, karena ketakwaan, bukan karena dia sepakat dengan saya dalam satu permasalahan, bukan karena dia membela saya, bukan karena dia mengikuti pendapat saya, bukan karena dia satu ikatan dengan saya, tidak sama sekali. Dan orang yang telah mencintai saudaranya karena Allah, dia akan merasakan manisnya iman. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada tiga perkara, siapa yang tiga perkara tersebut ada pada diri seseorang dia akan mendapatkan manisnya iman.”
Apa tiga perkara itu? Yang pertama:
“Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari segala-galanya.”
Yang kedua:
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Munawwir dalam kitab 'al jami’ al Kabir 'beliau menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mencintai karena Allah , artinya mencintai seseorang karena ketaatan dia kepada Allah, karena agama. Semakin seorang dekat kepada Allah, semakin agamanya bagus, semakin ia shaleh, semakin ia mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya, semakin ia menjauhi perbuatan maksiat kepada Allah, semakin kita cintai karena Allah . Sebaliknya, semakin ia memaksiati Allah, semakin ia berbuat maksiat kepada Allah, maka semakin kita benci dia karena Allah.
"Makanya terkadang kita mencintai seseorang dari satu sisi, karena ketaatan dia. Tapi kita benci kepada seseorang dari sisi yang lain, karena perbuatan keburukan dia. Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, bila cinta kita bukan karena harta, bila cinta kita kepada seseorang bukan karena ikatan organisasi atau ikatan suatu lembaga, bukan karena dia mengikuti pendapat kita, kalau kita mencintai seseorang bukan karena dia menjadi pembela-pembela kita, akan tetapi karena Allah, maka ini berarti cinta kita sudah lurus,"ungkap Ustadz Abu Yahya Badrusallam, dai yang sering mengisi kajian sunnah di kanal Rodja TV ini.
Menurutnya, untuk melestarikan cinta karena Allah itu tidak mudah. Banyak sekali orang yang mencintai orang lain masih dikotori hal-hal yang sifatnya duniawi. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia satu guru dengan kita. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- dia membela guru dan diri kita. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu partai dengan kita, satu organisasi, atau satu kelompok dengan kita. Kita mencintai seseorang karena -misalnya- satu hobi dengan kita. Kita mencintai seseorang juga -misalnya- karena dia dia satu daerah. Ini semua cinta-cinta yang bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"Ketika kita mencintai saudara kita, mencintai teman kita, kita harus periksa, cinta kita kepada dia kenapa? Apakah karena ada tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi? Apakah cinta kita kepada dia dikotori oleh hal-hal yang sifatnya kepentingan dunia? Maka kalau ternyata kita mencintai seseorang karena sifatnya duniawi, berarti cinta kita belum bermanfaat di sisi Allah. Karena cinta yang bermanfaat hanyalah cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala,"papar Ustadz Abu Yahya.
Oleh karena itulah, untuk menemukan orang yang mencintai kita karena Allah, sulit sekali. Dan untuk kita mencintai seseorang karena Allah terkadang seringkali dikotori oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya duniawi. Makanya Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa sallam memberikan pahala besar bagi dua orang yang saling mencintai karena Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ الله فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ِظلَّ ِإلاَّ ِظلَّهُ
“Ada tujuh orang -kata Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam- yang akan diberikan oleh Allah naungan pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah.”
Siapa tujuh orang itu? Di antaranya:
رَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bekumpul karena Allah, benci pun karena Allah.”
Karena Allah murni, karena ketaatan, karena ketakwaan, bukan karena dia sepakat dengan saya dalam satu permasalahan, bukan karena dia membela saya, bukan karena dia mengikuti pendapat saya, bukan karena dia satu ikatan dengan saya, tidak sama sekali. Dan orang yang telah mencintai saudaranya karena Allah, dia akan merasakan manisnya iman. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ
“Ada tiga perkara, siapa yang tiga perkara tersebut ada pada diri seseorang dia akan mendapatkan manisnya iman.”
Apa tiga perkara itu? Yang pertama:
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
“Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari segala-galanya.”
Yang kedua:
وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ،