Mengalami Kesulitan Hidup? Begini Nasehat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

Jum'at, 06 November 2020 - 05:00 WIB
loading...
Mengalami Kesulitan Hidup? Begini Nasehat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
Hadrat Syaikh Abdul Qadir/Foto/Ilustrasi/Ist/mhy
A A A
SYAIKH Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya yang berjudul Futuh Al-Ghaib memberi nasehat kepada seorang hamba Allah yang mengalami kesulitan hidup. "Pertama-tama ia mencoba mengatasinya dengan upayanya sendiri," kata Syaikh dalam Risalah Ketiga dalam buku tersebut. ( )

Bila gagal, nasehat Syaikh Abdul Qadir, ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada dokter . "Bila hal ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan berdo’a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian," tuturnya.

Bila ia mampu mengatasinya sendiri, kata Syaikh, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian pula bila ia berhasil karena sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.

"Kemudian bila tak juga memperoleh pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdo’a merendah diri, memuji, memohon dengan harap-harap cemas," lanjutnya. ( )

Namun, ujar Syaikh Abdul Qadir, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo’a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewakan terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.

Pada peringkat ini, menurut Syaikh, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin.( )

"Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada kemuliaandan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali karena Allah.

Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya.

Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia.

Jika melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya.

Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa mengingat-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa.

Ia bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya," demikiah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4359 seconds (0.1#10.140)