Wasiat dan Syair Pembelaan Abu Thalib kepada Nabi Muhammad

Selasa, 10 November 2020 - 14:51 WIB
loading...
Wasiat dan Syair Pembelaan Abu Thalib kepada Nabi Muhammad
Ilustrasi/Ist
A A A
JAUH sebelum kenabian, Abu Thalib sudah mendapat bocoran bahwa keponakannya, Muhammad , adalah Rasul akhir zaman. Ini terjadi ketika Abu Thalib mengajak Muhammad dalam ekspedisi dagang ke Syam bersama kafilah Quraisy. Kala itu, Muhammad masih berumur 12 tahun. ( )

Kafilah tersebut bertemu dengan Buhaira . Menurut sejumlah peneliti, pertemuan antara Abu Thalib dan Muhammad dengan rahib atau pendeta Buhaira itu terjadi di dalam kuil pendeta Buhaira yang ada di Busra. Di tempat ini, terdapat sebuah tempat ibadah ( gereja ) yang diyakini banyak orang sebagai gereja Buhaira. Tempat tersebut berada di dekat kawasan Roman Theatre, yang dibangun pada masa pemerintah Romawi (Rum), oleh kaisar Julianus pada tahun 513-512 sebelum Masehi (SM).

Kala itu Buhaira melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad. ''Apa hubunganmu dengan anak kecil itu?'' tanya pendeta ini kepada Abu Thalib.

Abu Thalib menjawab bahwa Muhammad adalah anaknya. Buhaira membantahnya, ''Ia bukan anakmu, dan semestinya anak itu tidak memiliki ayah yang masih hidup.''

Abu Thalib menjawab, ''Ia keponakanku (anak saudaraku). Ayahnya telah meninggal ketika ibunya masih mengandung.''

''Bawalah segera pulang anak itu, dan jagalah ia dari orang-orang Yahudi . Demi Allah, jika mereka melihatnya dan mengetahui anak itu seperti yang aku ketahui, maka mereka akan menyakitinya. Putra saudaramu ini akan mengemban tugas yang sangat agung," ujar Buhaira kepada Abu Thalib. ( )

Abu Thalib lalu membawa pulang Muhammad kembali ke Makkah , demikian diceritakan Ibnu Hisyam dalam kitab al-Sirah al-Nabawiyyah.

Abu Thalib adalah tokoh terpandang, dicintai, dihormati dan disegani oleh penduduk Makkah. Beliau dihormati bukan semata-mata karena kedudukannya, tetapi lebih-lebih karena budi pekertinya yang luhur, jiwanya yang besar, kepribadiannya yang tinggi dan tindakannya yang senantiasa adil.

Pembela Rasul
Pada saat kenabian, Abu Thalib gigih membela Rasulullah . Dengan kekuatan sendiri ia memikul beban membela Nabi Muhammad SAW dari tantangan-tantangan dan perlawanan orang-orang kafir Quraisy. Satu beban yang tak pernah dipikul oleh paman-paman serta keluarga atau kerabat Nabi Muhammad yang lain.

Al Hamid Al Husaini dalam bukunya berjudul " Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib RA " menulis penilaian yang semacam itu terhadap Abu Thalib, diterima bulat oleh para sejarawan dari segala mazhab . "Abu Thalib berbuat demikian didorong oleh pandangannya yang luas, penglihatan hati dan fikirannya yang tajam, tekad serta semangatnya yang tak terpatahkan," tuturnya.

Suatu kali, Abu Thalib melihat puteranya Ali secara diam-diam bersembahyang di belakang Rasulullah. Diamatinya putera yang masih muda belia itu telah menjadi pengikut Nabi Muhammad. ( )

Begitu melihat ayahnya Ali segera menghadap kepadanya, kemudian berkata: "Ayah, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku mempercayai dan membenarkan agama yang dibawa olehnya dan aku bertekad hendak mengikuti jejaknya!"

Mendengar pernyataan puteranya yang terus terang tanpa dibikin-bikin, Abu Thalib berkata: "Sudah pasti ia mengajakmu ke arah kebajikan, oleh karena itu tetaplah engkau bersama dia!"

Di lain waktu Abu Thalib melihat puteranya sedang berdiri di sebelah kanan Nabi Muhammad SAW yang siap menunaikan sembahyang. Dari kejauhan Abu Thalib melihat puteranya yang seorang lagi yaitu Ja'far. Ja'far segera dipanggil, kemudian diperintahkan: "Bergabunglah engkau menjadi sayap putera pamanmu di sebelah kiri, dan bersembahyanglah bersama dia!" ( )

Wasiat
Abu Thalib seorang pemimpin yang mempunyai kebijaksanaan tinggi. Ia tidak bersitegang leher mempertahankan kebekuan zaman dan tidak menghalang-halangi hadirnya masa mendatang yang lebih cemerlang. Kebijaksanaan yang tinggi itu tercermin benar dari wasiat yang diucapkannya pada detik-detik menjelang ajalnya, ditujukan kepada orang-orang Quraisy:

"…Wahai orang-orang Quraisy. Kuwasiatkan agar kalian senantiasa mengagungkan rumah itu (Ka'bah). Sebab di sanalah tempat keridhoan Tuhan dan sekaligus juga merupakan tiang penghidupan… Eratkanlah hubungan silaturrahmi, janganlah sekali-kali kalian putuskan. Jauhilah perbuatan zalim… Betapa banyaknya sudah generasi-generasi terdahulu hancur binasa karena zalim...!

"Wahai orang-orang Quraisy. Sambutlah dengan baik orang yang mengajak ke jalan yang benar, dan berikanlah pertolongan kepada setiap orang yang membutuhkan... Sebab dua perbuatan terpuji itu merupakan kemuliaan bagi seseorang, selagi ia masih hidup dan sesudah mati…

Hendaknya kalian selalu berkata benar dan setia menunaikan amanat…!

"Kuwasiatkan kepada kalian supaya berlaku baik terhadap Muhammad. Sebab ia orang yang paling terpercaya di kalangan Quraisy dan tidak pernah berdusta…!

Apa yang kuwasiatkan kepada kalian, semuanya telah terhimpun padanya. Kepada kita ia datang membawa misi yang sebenarnya dapat diterima oleh hati-sanubari, tetapi diingkari dengan ujung lidah, hanya karena takut akan tidak disukai orang lain.

Demi Allah, aku seakan-akan dapat melihat bahwa orang-orang Arab lapisan bawah, orang-orang yang hidup terlunta-lunta, dan orang-orang yang lemah tidak berdaya, sudah siap menyambut baik seruannya, membenarkan tutur-katanya, dan menjunjung tinggi misi yang di bawanya. Bersama mereka itulah Muhammad mengarungi ancaman gelombang maut!
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7343 seconds (0.1#10.140)