Wasiat dan Syair Pembelaan Abu Thalib kepada Nabi Muhammad

Selasa, 10 November 2020 - 14:51 WIB
loading...
A A A
Jauh sebelum kejadian di atas, orang-orang kafir Quraisy sudah berkali-kali menghimbau Abu Thalib baik dengan bujuk rayu, maupun dengan ancaman kekerasan. Orang-orang kafir Quraisy pernah mengancam Abu Thalib dengan kata-kata:

"Hai Abu Thalib, engkau orang yang sudah lanjut usia, terhormat dan mempunyai kedudukan terpandang… Kami telah berkali-kali meminta kepadamu supaya engkau melarang putera saudaramu terus menerus berda'wah, tetapi engkau tidak mau melarangnya… Kami tidak dapat lagi menahan kesabaran mendengar orangtua kami dicerca, tuhan-tuhan kami dicela, dan orang-orang arif kami dijelek-jelekkan... Silakan engkau pilih… Apakah engkau bersedia mencegah Muhammad supaya tidak terus menerus menyerang kami, atau, kamilah yang akan bertindak memerangi dia, termasuk engkau sekaligus, sampai salah satu pihak binasa…"

Mendengar ancaman itu, Abu Thalib tetap keukeuh membela Nabi Muhammad. Melalui syairnya dengan tegas Abu Thalib menjawab:

"Aku tahu bahwa agama Muhammad, agama terbaik bagi segenap manusia. Demi Allah, hai Muhammad, mereka tak akan dapat menyentuhmu, sebelum aku terkapar berkalang tanah."

Pada suatu hari Abu Thalib sedang duduk santai di rumah. Tiba-tiba datang Rasulullah kelihatan sedih dan kesal. Setelah duduk, Rasulullah segera menyampaikan persoalannya.

Mendengar keterangan beliau, Abu Thalib segera mengerti, bahwa orang-orang kafir Quraisy telah berhasil membujuk salah seorang yang berperangai jahat di kalangan mereka melemparkan kotoran ternak dan gumpalan darah beku ke atas kepala Rasulullah. Pelemparan itu dilakukan, di saat Nabi Muhammad sedang sujud bermunajat ke hadirat Allah Ta'la.

Dengan tidak menunggu waktu lagi Abu Thalib bangkit. Dengan tangan kanan membawa pedang terhunus dan tangan kiri menggandeng Nabi Muhammad SAW, ia berangkat mendatangi gerombolan Quraisy yang telah mengganggu Nabi.

Setiba di depan gerombolan itu, Abu Thalib berhenti sejenak. Diperhatikannya gerak-gerik gerombolan itu. Seorang demi seorang mereka mundur. Rupanya di luar perkiraan mereka, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang kembali bersama pamannya.

Abu Thalib terus berteriak kepada gerombolan itu: "Demi Allah, yang Muhammad beriman kepada-Nya. Jika ada seorang dari kalian yang berani melawan, akan kupersingkat umurnya dengan pedang ini!"

Dalam membela dan melindungi Rasulullah dari marabahaya keteguhan Abu Thalib dapat diandalkan benar. Keteguhannya itu tercermin juga dari syair-syair yang diucapkannya sendiri:

Janganlah kalian sulut api pengobar perang,
Yang akibat-pahitnya akan ditelan semua orang!
Demi Allah, Muhammad tak nanti 'kan kuserahkan
Kepada tangan pencetus bencana mengerikan.
Kenalkah kalian siapa Hasyim,
Ksatria yang pernah berpesan,
Agar kami berani berperang dengan semangat jantan?
Kami bukan pejuang-pejuang yang jemu perang,
Tak'kan kami sesali yang gugur di medan juang!
Kubela Rasul, utusan Penguasa Maha Kuasa,
Pembawa amanat berkilauan laksana kilat bercahaya,
Kubela dan kulindungi utusan Tuhan Ilahi,
Karena ia manusia kesayanganku sendiri,
Kulindungi ia dari serangan musuh-musuhnya,
Laksana gadis kulindungi dari gangguan pria!
Hai Abu Ya'la,
Teguh dan sabarlah dalam agama Muhammad,
Nyatakan dirimu terang-terangan sebagai muslim yang mantap,
Bulatkan tekad mendampingi pembawa kebenaran Tuhan,
Betapa riang hatiku mendengar engkau beriman,
Janganlah engkau menjadi kafir tidak bertuhan,
Jadikan dirimu pembela Rasul dan pembela Tuhan,
Tunjukkan agamamu di mata Qureiys terang-terangan,
Katakanlah: Muhammad bukan si tukang sihir!
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2131 seconds (0.1#10.140)