Subhanallah, Dia Bagaikan Bulan Purnama di Malam yang Gelap

Kamis, 16 April 2020 - 08:51 WIB
loading...
A A A
Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga.

"Assalamu'alaikum..." Tsabit mengucapkan salam.

Tak dinyana sama sekali, gadis yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik.

Ketika Tsabit masuk, istrinya mengulurkan tangan menyambutnya. Sekali lagi Tsabit terkejut. Istrinya ternyata melihat. Tidak buta.

"Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula," Tsabit membatin.

Tsabit berpikir, mengapa ayah gadis ini menyampaikan hal-hal yang bertentangan dengan kenyataan? Setelah Tsabit duduk di samping istrinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?"

"Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah," jawab wanita itu.

"Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli," ucap Tsabit.

"Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah,” jawab istrinya. “Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" tanya sang istri itu kepada suaminya.

Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Dengan lembut sang istri menjelaskan, "Aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala".

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat salehah dan wanita yang memelihara dirinya.

Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".

Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1180 seconds (0.1#10.140)