Kisah Rasulullah SAW Bersama 10.000 Pasukan Bebaskan Mekkah di Bulan Ramadhan
loading...
A
A
A
"Abu'l-Fadzl!" gilir Abu Sufyan menyahut.
"Abu Sufyan, kasihan engkau!" kata Abbas. "Rasulullah berada di tengah-tengah rombongan itu. Apa jadinya Quraisy kalau mereka memasuki Makkah dengan kekerasan."
"Apa yang harus kita perbuat!" kata Abu Sufyan. "Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu."
Oleh Abbas ia dinaikkannya di belakang bagal dan diajaknya berangkat bersama-sama, sedang kedua temannya disuruhnya kembali ke Makkah. Oleh karena ketika melihat bagal itu mereka sudah mengenalnya, dibiarkannya ia dengan penumpangnya itu lalu di hadapan mereka, di tengah-tengah sepuluh ribu orang yang sedang memasang api unggun, yang sengaja dipasang untuk menimbulkan kegentaran dalam hati penduduk Makkah.
Akan tetapi ketika bagal itu lalu di depan api unggun Umar bin'l-Khattab , dan Umar melihatnya, sekaligus ia mengenal Abu Sufyan dan diketahuinya pula bahwa Abbas hendak melindunginya. Cepat-cepat ia pergi ke kemah Nabi dan dimintanya kepada Nabi supaya batang leher orang itu dipenggal.
"Rasulullah," kata Abbas. "Saya sudah melindunginya."
Menghadapi situasi semacam itu dan waktu sudah malam pula, dan setelah terjadi perdebatan yang kadang sengit juga antara Umar dan Abbas, Rasulullah berkata: "Bawalah dia dulu ke tempatmu, Abbas. Pagi-pagi besok bawa kemari."
Keesokan harinya, bilamana Abu Sufyan sudah dibawa lagi menghadap Nabi dan disaksikan oleh pembesar-pembesar dari kalangan Muhajirin dan Anshar - terjadi dialog demikian ini:
Nabi: "Kasihan kamu Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunya sekarang engkau harus mengetahui, bahwa tak ada Tuhan selain Allah!?"
Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Aku memang sudah menduga, bahwa tak ada tuhan selain Allah, itu sudah mencukupi segalanya."
Nabi: "Kasihan engkau Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunya engkau harus mengetahui, bahwa aku Rasulullah!?"
Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Tetapi mengenai hal ini, sungguh sampai sekarang masih ada sesuatu dalam hatiku."
Sekarang Abbas campur tangan. Ia bicara dengan ditujukan kepada Abu Sufyan, supaya ia mau menerima Islam dan bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah dan bahwa Rasulullah pesuruhNya- sebelum batang lehernya dipenggal. Menghadapi hal ini buat Abu Sufyan tak ada jalan lain ia harus menerima. Sekarang Abbas menghadapkan pembicaraannya kepada Nabi SAW: "Rasulullah," katanya. "Abu Sufyan orang yang gila hormat. Berikanlah sesuatu kepadanya."
"Ya," kata Rasulullah "Barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan, orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya orang itu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat."
Islamnya Abu Sufyan itu tidak akan mengurangi kewaspadaan dan kesiap-siagaan Rasulullah dalam menyiapkan diri hendak memasuki Makkah. Kalau kemenangan yang di tangan Tuhan itu memang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tapi Tuhan akan memberikan pertolongan hanya kepada orang yang sudah mengadakan persiapan, dan dalam segala hal dan setiap saat berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Oleh karena itu diperintahkannya supaya Abu Sufyan ditahan dulu di sela wadi, pada sebuah jalan masuk gunung ke Makkah, sehingga bila nanti pasukan Muslimin lewat, ia akan melihatnya sendiri, dan dapat pula dengan jelas ia melaporkan kepada golongannya, supaya jangan timbul perlawanan yang bagaimanapun bentuknya, apabila ia dapat cepat-eepat kembali kepada mereka kelak.
Bilamana kemudian kabilah-kabilah itu lewat di hadapan Abu Sufyan, yang sangat mempesonakan hatinya ialah batalion serba hijau yang mengelilingi Rasulullah, yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, dan yang tampak hanyalah pakaian besi.
Setelah mengetahui keadaan itu Abu Sufyan berkata: "Abbas, kiranya takkan ada orang yang sanggup menghadapi mereka itu. Abu'l-Fadzl, kerajaan kemenakanmu ini kelak akan menjadi besar!"
Sesudah itu kemudian ia dibebaskan pergi menemui golongannya dan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka: "Saudara-saudara Quraisy! Rasulullah sekarang datang dengan kekuatan yang takkan dapat kamu lawan. Tetapi barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat!"
"Abu Sufyan, kasihan engkau!" kata Abbas. "Rasulullah berada di tengah-tengah rombongan itu. Apa jadinya Quraisy kalau mereka memasuki Makkah dengan kekerasan."
"Apa yang harus kita perbuat!" kata Abu Sufyan. "Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu."
Oleh Abbas ia dinaikkannya di belakang bagal dan diajaknya berangkat bersama-sama, sedang kedua temannya disuruhnya kembali ke Makkah. Oleh karena ketika melihat bagal itu mereka sudah mengenalnya, dibiarkannya ia dengan penumpangnya itu lalu di hadapan mereka, di tengah-tengah sepuluh ribu orang yang sedang memasang api unggun, yang sengaja dipasang untuk menimbulkan kegentaran dalam hati penduduk Makkah.
Akan tetapi ketika bagal itu lalu di depan api unggun Umar bin'l-Khattab , dan Umar melihatnya, sekaligus ia mengenal Abu Sufyan dan diketahuinya pula bahwa Abbas hendak melindunginya. Cepat-cepat ia pergi ke kemah Nabi dan dimintanya kepada Nabi supaya batang leher orang itu dipenggal.
"Rasulullah," kata Abbas. "Saya sudah melindunginya."
Menghadapi situasi semacam itu dan waktu sudah malam pula, dan setelah terjadi perdebatan yang kadang sengit juga antara Umar dan Abbas, Rasulullah berkata: "Bawalah dia dulu ke tempatmu, Abbas. Pagi-pagi besok bawa kemari."
Keesokan harinya, bilamana Abu Sufyan sudah dibawa lagi menghadap Nabi dan disaksikan oleh pembesar-pembesar dari kalangan Muhajirin dan Anshar - terjadi dialog demikian ini:
Nabi: "Kasihan kamu Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunya sekarang engkau harus mengetahui, bahwa tak ada Tuhan selain Allah!?"
Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Aku memang sudah menduga, bahwa tak ada tuhan selain Allah, itu sudah mencukupi segalanya."
Nabi: "Kasihan engkau Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunya engkau harus mengetahui, bahwa aku Rasulullah!?"
Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Tetapi mengenai hal ini, sungguh sampai sekarang masih ada sesuatu dalam hatiku."
Sekarang Abbas campur tangan. Ia bicara dengan ditujukan kepada Abu Sufyan, supaya ia mau menerima Islam dan bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah dan bahwa Rasulullah pesuruhNya- sebelum batang lehernya dipenggal. Menghadapi hal ini buat Abu Sufyan tak ada jalan lain ia harus menerima. Sekarang Abbas menghadapkan pembicaraannya kepada Nabi SAW: "Rasulullah," katanya. "Abu Sufyan orang yang gila hormat. Berikanlah sesuatu kepadanya."
"Ya," kata Rasulullah "Barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan, orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya orang itu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat."
Islamnya Abu Sufyan itu tidak akan mengurangi kewaspadaan dan kesiap-siagaan Rasulullah dalam menyiapkan diri hendak memasuki Makkah. Kalau kemenangan yang di tangan Tuhan itu memang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tapi Tuhan akan memberikan pertolongan hanya kepada orang yang sudah mengadakan persiapan, dan dalam segala hal dan setiap saat berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Oleh karena itu diperintahkannya supaya Abu Sufyan ditahan dulu di sela wadi, pada sebuah jalan masuk gunung ke Makkah, sehingga bila nanti pasukan Muslimin lewat, ia akan melihatnya sendiri, dan dapat pula dengan jelas ia melaporkan kepada golongannya, supaya jangan timbul perlawanan yang bagaimanapun bentuknya, apabila ia dapat cepat-eepat kembali kepada mereka kelak.
Bilamana kemudian kabilah-kabilah itu lewat di hadapan Abu Sufyan, yang sangat mempesonakan hatinya ialah batalion serba hijau yang mengelilingi Rasulullah, yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, dan yang tampak hanyalah pakaian besi.
Setelah mengetahui keadaan itu Abu Sufyan berkata: "Abbas, kiranya takkan ada orang yang sanggup menghadapi mereka itu. Abu'l-Fadzl, kerajaan kemenakanmu ini kelak akan menjadi besar!"
Sesudah itu kemudian ia dibebaskan pergi menemui golongannya dan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka: "Saudara-saudara Quraisy! Rasulullah sekarang datang dengan kekuatan yang takkan dapat kamu lawan. Tetapi barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat!"