Kisah Rasulullah SAW Menegur Orang yang Tertawa Terbahak-bahak

Sabtu, 05 September 2020 - 17:42 WIB
loading...
Kisah Rasulullah SAW Menegur Orang yang Tertawa Terbahak-bahak
Nabi Muhammad SAW biasanya tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan wajahnya. Foto Ilustrasi/Ist
A A A
Ulama besar ahli fiqih dan pakar hadis kelahiran Uzbekistan, I mam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menceritakan kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) menegur orang yang tertawa terbahak-bahak. Imam Abu Laits menceritakan kisah ini dalam Kitab Tanbihul Ghafilin.

( )

Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Umar RA berkata: "Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang berbicara sambil tertawa, maka Nabi SAW berhenti di depan mereka dan memberi salam lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan." Sahabat bertanya: "Apakah yang menghancurkan kelezatan itu?" Nabi SAW menjawab: "Kematian". Kemudian Rasulullah SAW keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi SAW bersabda kepada mereka: "Ingatlah demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, andaikan kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis."

( )

Kemudian di lain hari beliau keluar dan melihat orang-orang sedang tertawa terbak-bahak sambil berbicara, maka Nabi Muhammad SAW memberi salam dan berkata: "Sesungguhnya Islam ini pada mulanya asing dan akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing pada hari kiamat." Ditanya: "Siapakah orang-orang asing itu pada hari kiamat?" Nabi SAW menjawab: "Mereka adalah yang berbuat baik di masa kerusakan manusia." (Artinya jika manusia telah rusak moralnya (akhlak) maka mereka tetap memperbaiki akhlak mereka).

Imam Abu Laits juga menceritakan riwayat dengan sanad dari Ishaq bin Manshur berkata: "Ketika Khidir akan berpisah dengan Nabi Musa 'alaihissalam maka Nabi Musa berkata: "Berilah nasihat kepadaku." Khidir berkata: "Ya Musa , jangan banyak bicara dan jangan berjalan tanpa kepentingan dan jangan tertawa tanpa sesuatu yang mentertawakan dan jangan menempelak orang yang salah dengan dosa kesalahannya dan menangislah atas dosa-dosamu sendiri, wahai putra Imran."

Ja'far bin Auf dari Mas'ud dari Auf bin Abdullah mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW biasanya tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan wajahnya. Hadis ini menunjukkan bahwa senyum itu sunnah dan tertawa terbahak-bahak itu makruh. Maka seharusnya orang yang akalnya sehat tidak tertawa berlebihan, sebab banyak orang yang tertawa di dunia kelak akan banyak menangis di akhirat.

Allah Ta'ala berfirman: "Fal yadh haku qalila wakyabku katsira yang artinya hendaklah kamu sedikit tertawa dan banyak menangis setelah menerima pembalasan dari amal perbuatan mereka." ( )

Ulama Tabi'in Imam Hasan Al-Bashri berkata: "Sungguh ajaib seseorang dapat tertawa padahal di belakangnya ada api neraka dan orang yang bersenang-senang sedang di belakangnya mengintai maut".

( )

Dikisahkan, suatu hari Hasan Al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu beliau bertanya: "Hai anak, apakah engkau sedah menyeberang shirath?" Jawabnya: "Belum." "Apakah engkau pasti akan masuk surga atau neraka?" Jawab pemuda itu: "Belum". Lalu kenapa engkau tertawa demikian?"

Maka sejak itu pemuda tersebut tidak tertawa lagi. Nasihat Imam Hasan benar-benar meresap ke dalam hatinya sehingga ia bertobat dari tertawanya. Demikianlah nasihat dari ulama yang mengamalkan ilmunya dengan benar. Hikmah yang dapat kita petik adalah larangan tertawa terbahak-bahak, karena banyak tertawa berlebihan bisa menyebabkan hati mati.(Baca Juga: 5 Kriteria Manusia yang Diberi Kabar Gembira Saat Sakaratul Maut

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1872 seconds (0.1#10.140)