Islam Memuliakan Pemimpin yang Adil, Ini Syarat Utamanya

Senin, 16 November 2020 - 10:30 WIB
loading...
Islam Memuliakan Pemimpin yang Adil, Ini Syarat Utamanya
Sultan Abdul Hamid II (berkuasa pada 1876-1909) adalah sosok pemimpin teladan di Kekhalifahan Turki Utsmaniyah (Ottoman). Foto Ilustrasi/tangkapan Film serial Payitaht
A A A
Islam sangat memuliakan pemimpin yang adil. Dalam Hadis Nabi disebutkan bahwa Allah Ta'ala memasukkan pemimpin adil sebagai salah satu dari tujuh golongan manusia yang akan dinaungi-Nya pada Hari Kiamat .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:الإِمَامُ العَادِلُ

"...Ada tujuh golongan manusia yang akan Allah naungi dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: pemimpin yang adil ." (Muttafaq 'Alaih). (Baca Juga: Golongan Pertama yang Dinaungi Allah di Hari Kiamat)

Pertanyaannya, siapakah pemimpin yang adil itu? Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan tentang pemimpin yang adil :

وأحسن ما فسر به العادل أنه الذي يتبع أمر الله بوضع كل شيء في موضعه من غير إفراط ولا تفريط

"Tafsir terbaik tentang pemimpin yang adil adalah orang yang mengikuti perintah Allah 'Azza wa Jalla dengan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya tanpa berlebihan dan menguranginya." (Fathul Bari, 2/145, 1379H. Darul Ma’rifah Beirut)

Ustaz Farid Nu'man Hasan (Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia) menyebutkan, syarat utama pemimpin adil (Al Imam Al 'Aadil) adalah mengikuti perintah Allah Ta'ala. Perintah Allah yang paling utama adalah iman kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, bukan kufur kepada-Nya dan menyembah selain-Nya, apalagi menista wahyu-Nya. Di sisi ini, maka pemimpin kafir itu tidak mungkin adil, justru Allah menyebut mereka sebagai orang-orang zalim, sebagaimana firman-Nya:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 254)

Dari Abu Hurairah, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

"Ada tiga manusia yang doanya tidak ditolak, yaitu pemimpin yang adil , orang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang teraniaya." (HR. Ahmad No. 8043. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan: shahih)

Karena itu, di antara ajaran para salafush-shalih adalah mendoakan para pemimpin agar tetap on the track, yaitu hidayah Allah, kebaikan dan memimpin dengan keadilan. Dan, sumber keadilan yang tertinggi itu adalah Al-Quran dan As-Sunnah . ( )

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan dengan begitu apik. Beliau berkata: "Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk kewajiban agama yang paling besar, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan), di mana satu sama lain saling menguatkan."

Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan: "Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya." (HR Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amru, bahwa Nabi juga bersabda: "Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sebuah tempat di muka bumi ini melainkan mereka menunjuk seorang pemimpin di antara mereka."

Rasulullah صلى الله عليه وسلم mewajibkan seseorang memimpin sebuah perkumpulan kecil dalam perjalanan. Hal demikian juga berlaku atas berbagai perkumpulan lainnya. Karena Allah Ta'ala memerintahkan amar ma'ruf dan nahi munkar, dan yang demikian itu tidaklah sempurna melainkan dengan kekuatan dan kepemimpinan. Demikian juga kewajiban lainnya seperti Jihad, menegakkan keadilan, haji, shalat Jumat, Hari Raya, menolong orang tertindas, dan menegakkan hudud. Semua ini tidaklah sempurna kecuali dengan kekuatan dan imarah (kepemimpinan).

Oleh karena itu diriwayatkan: "Sesungguhnya Sultan adalah naungan Allah di muka bumi." Juga dikatakan: "Enam puluh tahun bersama pemimpin zalim masih lebih baik dibanding semalam saja tanpa pemimpin."

Pengalaman membuktikan itu. Oleh karenanya, para Salaf seperti Al-Fudhail bin 'Iyadh dan Ahmad bin Hanbal serta yang lain mengatakan: "Seandainya kami memiliki doa yang mustajab, niscaya akan kami doakan pemimpin." (As-Siyasah Asy Syar’iyyah, Hal 169. Mawqi' Al Islam).

(Baca Juga: Pesan Rasulullah untuk Pejabat dan Ganjaran Bagi Pemimpin Adil)

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3295 seconds (0.1#10.140)