Menakjubkan! Begini Kecerdasan Imam Syafi'i Menjawab Celaan
loading...
A
A
A
Ustaz Muhammad Syafi'ie el-Bantanie
Penulis 52 buku, Founder Ekselensia Tahfizh School
Jalan dakwah tidak mungkin rata dan sepi tantangan. Mestilah ia berkelok, mendaki, dan penuh ujian. Di jalan dakwah , celaan hampir pasti jadi sarapan. Maka, tak perlu galau dan lemah harapan. Tunjukanlah sikap terbaik sebagai jawaban.
Bagi sesiapa yang menempuh jalan dakwah , patutlah kiranya belajar dari Imam Syafi'i (150-204 Hijriyah) cara menghadapi celaan. Siapa yang tidak mengenal Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i ? Kealiman ilmunya, keluhuran akhlaknya, keistiqamahan ibadahnya, dan kesantunan tutur katanya, membuat Imam Syafi'i mendapat penghormatan tinggi dari umat Islam pada zaman itu.
( )
Rupanya kemasyhuran Imam Syafi'i membuat beberapa tokoh tidak suka. Bahkan, sebagian santri kemarin sore sangat berani mengkritisi dan mencela Imam Syafi'i . Puncaknya, mereka melakukan persekusi majlis ilmu Imam Syafi'i . Seorang tokoh di antara mereka menantang debat Imam Syafi'i dan melontarkan ungkapan-ungkapan kurang beradab.
Apa sikap Imam Syafi'i ? Terpancing kah beliau dengan provokasi tersebut? Imam Syafi'i menyikapinya dengan tenang, tetap santun, namun menghentak logika. Ulama besar, peletak dasar ilmu Ushul Fiqh ini menjawab dengan sebait syair.
قل بما شئت فى مسبة عرضي، فسكوتي عن اللئيم جواب
ما انا عادم الجواب، ولكن مامن الاسد ان تجيب الكلاب
"Katakanlah sekehendak hatimu dalam mencela kehormatanku. Sebab diamku terhadap para pencela merupakan jawaban. Bukannya aku tidak mampu menjawab tantangan kalian. Namun, tidaklah pantas seekor singa memenuhi undangan bertarung seekor anjing."
( )
Dari Imam Syafi'i kita belajar untuk tidak menghabiskan waktu dan energi berdebat dengan orang-orang yang memang dasarnya tidak suka. Mereka bukan berdebat untuk menemukan kebenaran. Melainkan, berdebat untuk menjatuhkan. Jika pun terpaksa harus berdebat, maka berdebatlah dengan cara yang baik dan santun. "Idfa' billati hiya ahsan" yang artinya berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
( )
Wallahu A'lam
Penulis 52 buku, Founder Ekselensia Tahfizh School
Jalan dakwah tidak mungkin rata dan sepi tantangan. Mestilah ia berkelok, mendaki, dan penuh ujian. Di jalan dakwah , celaan hampir pasti jadi sarapan. Maka, tak perlu galau dan lemah harapan. Tunjukanlah sikap terbaik sebagai jawaban.
Bagi sesiapa yang menempuh jalan dakwah , patutlah kiranya belajar dari Imam Syafi'i (150-204 Hijriyah) cara menghadapi celaan. Siapa yang tidak mengenal Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i ? Kealiman ilmunya, keluhuran akhlaknya, keistiqamahan ibadahnya, dan kesantunan tutur katanya, membuat Imam Syafi'i mendapat penghormatan tinggi dari umat Islam pada zaman itu.
( )
Rupanya kemasyhuran Imam Syafi'i membuat beberapa tokoh tidak suka. Bahkan, sebagian santri kemarin sore sangat berani mengkritisi dan mencela Imam Syafi'i . Puncaknya, mereka melakukan persekusi majlis ilmu Imam Syafi'i . Seorang tokoh di antara mereka menantang debat Imam Syafi'i dan melontarkan ungkapan-ungkapan kurang beradab.
Apa sikap Imam Syafi'i ? Terpancing kah beliau dengan provokasi tersebut? Imam Syafi'i menyikapinya dengan tenang, tetap santun, namun menghentak logika. Ulama besar, peletak dasar ilmu Ushul Fiqh ini menjawab dengan sebait syair.
قل بما شئت فى مسبة عرضي، فسكوتي عن اللئيم جواب
ما انا عادم الجواب، ولكن مامن الاسد ان تجيب الكلاب
"Katakanlah sekehendak hatimu dalam mencela kehormatanku. Sebab diamku terhadap para pencela merupakan jawaban. Bukannya aku tidak mampu menjawab tantangan kalian. Namun, tidaklah pantas seekor singa memenuhi undangan bertarung seekor anjing."
( )
Dari Imam Syafi'i kita belajar untuk tidak menghabiskan waktu dan energi berdebat dengan orang-orang yang memang dasarnya tidak suka. Mereka bukan berdebat untuk menemukan kebenaran. Melainkan, berdebat untuk menjatuhkan. Jika pun terpaksa harus berdebat, maka berdebatlah dengan cara yang baik dan santun. "Idfa' billati hiya ahsan" yang artinya berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
( )
Wallahu A'lam
(rhs)