Kisah Sufi: Hilali, Kutukan Badui, dan Mengapa Darwis di Istana

Senin, 23 November 2020 - 06:27 WIB
loading...
Kisah Sufi: Hilali, Kutukan Badui, dan Mengapa Darwis di Istana
Ilustrasi/Ist
A A A
Kisah-kisah berikut dinukil dari Idries Shah dalam bukunya yang berjudul The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul "Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat". ( )

HILALI DARI SAMARKAND

Hilali, ditemani lima muridnya, melakukan perjalanan jauh melintasi Asia Tengah. Dari waktu ke waktu, Hilali membuat rombongannya bertindak dalam cara beragam. Inilah beberapa petualangan mereka:

Ketika mereka mencapai Balkh dan utusan dari penduduk kota datang menyambut Guru, Hilali berkata kepada Yusuf Lang, "Kau jadilah Guru." Yusuf pun diterima dan dihormati. Laporan-laporan menyebar tentang keajaiban yang terjadi hanya dengan tinggal di bawah atap yang sama seperti orang-orang sakit. "Inilah apa yang orang-orang pikir mengenai kedarwisan, dan apa yang kita tahu tidaklah demikian," ujar Hilali.

)

Di Surkhab, rombongan memasuki kota yang semua penduduk berpakaian sama, tidak seorang pun berjalan di depan yang lain. "Manakah Guru Agung?" tanya pemimpin kota. "Akulah ia," jawab Hilali. Tiba-tiba mereka mundur sambil berseru, "Kami mengetahuinya melalui Cahaya Matanya."

"Ambil pelajaran dari ini," ujar Hilali kepada rombongannya.

Ketika memasuki Qandahar mereka diberi banyak makanan oleh Pemimpin Sardar, semua duduk melingkar. Hilali memberi perintah bahwa ia harus diperlakukan seperti murid, dan Jafar Akhundzada diperlakukan seperti Guru. Tetapi Pemimpin Sardar berkata, "Bahwasanya, rombongan ini bersinar dengan cahaya spiritual, dan apa pun yang kau katakan tentangnya, aku menganggapnya sebagai Qutub, Pusat Daya Tarik Zaman."

Semua menghormati Hilali, yang terpaksa memperkenalkan diri, Sardar meskipun penguasa, juga mempunyai kapasitas merasakan apa yang tidak dirasakan orang lain.



KUTUKAN ORANG BADUI

Suatu hari, di Oasis Kufah, seorang suku Badui yang kasar melangkahi Hasan, cucu Nabi Muhammad saw, dan mencacinya, ayahnya dan ibunya.

Hasan berkata, "Orang Badui, apakah kau perlu bantuan? Apa masalahmu?"

Tetapi si Badui, tanpa memperhatikan sama sekali, terus berteriak dan menyumpah. Hasan membawa uang dan memberikannya pada orang tersebut, dan bicara padanya lagi:

"Orang Badui, maafkan! Hanya ini yang ada di rumah ini; tetapi aku berkata, bahwa jika kami mempunyai yang lain, akan kuberikan padamu, tanpa syarat."

Ketika mendengar kata-kata ini, si Badui tertegun dan menangis, "Aku bersaksi bahwa kau benar-benar cucu Nabi. Karena aku datang ke sini untuk menguji apakah silsilahmu dan sikapmu sesuai satu dengan yang lainnya."



MENGAPA DARWIS DI ISTANA

Salah satu perintah Hadrat ibnu al-Khafif di Syiraz adalah: "Seharusnya Sufi tidak mendatangi penguasa, atau datang dengan senang hati jika diundang olehnya."

Oleh karena itu, merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan bagi dua orang calon Sufi yang tiba di rumahnya (Ibnu al-Khafif), saat mereka bercerita bahwa ia berada di istana raja.

Mereka berubah pikiran tentang kesucian sang Guru dan memutuskan berjalan di kota sebagai pengganti penghormatan mereka padanya.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2327 seconds (0.1#10.140)