Bagaimana Cara Mengetahui Selesainya Masa Haid?

Senin, 23 November 2020 - 12:27 WIB
loading...
Bagaimana Cara Mengetahui Selesainya Masa Haid?
jika perempuan tersebut yakin bahwa dia telah suci kemudian darah keluar lagi, maka darah itu dihukumi sebagai darah haid, selama darah kedua tersebut tidak keluar selama sebulan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Sebagai seorang muslimah, terkadang kita bingung menentukan masa awal dan masa akhir haid atau siklus bulanan ini. Bahkan ketika yakin sudah selesai dan melakukan salat, ternyata masih keluar lendir atau flek coklat dan bisa berlangsung beberapa hari kemudian setelah darah haid tidak keluar lagi.

(Baca juga : Lakukan Amalan Ini Sebelum Memulai Aktivitas, Pahalanya Berlimpah )

Bagaimana sebenarnya menentukan tanda berakhirnya haid menurut syariat ? Dan kapan harus melaksanakan thaharah (bersuci) untuk melaksanakan ibadah wajib kembali? Secara umum, ketika perempuan muslimah mengalami haid atau menstruasi maka tanda sucinya adalah berhentinya darah haid tersebut. Baik darah haidnya sedikit maupun banyak. Dikutip dan diterjemahkan dari islamqa berdasarkan Fatwa Syaikh Shalih Al-Munajjid, berikut cara menentukan masa selesainya haid seorang perempuan.

Pertama, mayoritas ulama berpendapat masa haid minimal adalah sehari-semalam dan maksimal 15 hari.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya 'Majmu’ Fatawa' berpendapat bahwa tidak ada batasan minimal maupun maksimal untuk masa haid, namun jika muncul darah yang ciri khasnya seperti yang diketahui (sebagai darah haid) maka itulah masa haid, baik sedikit maupun banyak.

(Baca juga : Perempuan-Perempuan yang Dinantikan Neraka )

Kemudian ia juga mengatakan, “Allah mengaitkan banyak hukum yang berlaku ketika haid. Dan Allah tidak memberikan batasan. Baik batasan minimal dan maksimal. Tidak pula batas hari suci antara dua masa haid. Padahal itu menyeluruh di masyarakat dan mereka butuh penjelasan batasan itu”.”

Beliau melanjutkan lagi,

والعلماء منهم من يحدُّ أكثرَه وأقلَّه ، ثمَّ يختلفون في التحديد ، ومنهم من يحد أكثره دون أقله والقول الثالث أصح : أنَّه لا حدَّ لا لأقله ولا لأكثره

“Di antara ulama, ada yang menetapkan batas masa haid maksimal dan minimal. Namun mereka berbeda pendapat tentang berapa rincian batas tersebut. Ada pula ulama yang memberi batas maksimal masa haid, namun tidak memberi batas minimal masa haid. Ulama lain berpendapat – dan inilah pendapat yang benar – bahwa tidak ada batas minimal dan tidak ada batas maksimal masa haid.” (Majmu’ Fatawa, 19:237)

(Baca juga : Romantisme Cinta Atikah dan Abdullah )

Kedua, ada darah yang disebut istihadhah.

Cirinya berbeda dengan darah haid. Hukumnya pun berbeda dengan darah haid. Darah istihadhah bisa dibedakan dengan darah haid melalui empat hal:

1. Warna: darah haid berwarna merah gelap, sedangkan darah istihadhah berwarna merah segar (merah darah).
2. Kekentalan: darah haid lebih kental, sedangkan darah istihadhah lebih encer.
3. Bau: darah haid berbau amis, sedangkan darah istihadhah tidak amis karena dia adalah darah yang mengalir di pembuluh darah.
4. Kering/tidak: Darah haid tidak mengering jika telah keluar, sedangkan darah istihadhah akan mengering karena dia adalah darah dari pembuluh.

(Baca juga : Tahun Depan Pemda Bakal Menjaring Banyak CPNS )

Jika seorang perempuan mengalami haid, dia tidak boleh salat. Akan tetapi, bila dia mengalami istihadhah, dia tetap wajib salat; dia cukup membersihkan darah istihadhah tersebut (misalnya mengganti pembalut atau pakaian yang terkena darah istihadhah, pen.) dan berwudhu setiap hendak salat, jika darah istihadhah tersebut tetap keluar ketika waktu salat berikutnya tiba. Meskipun darah tersebut keluar selama mengerjakan salat, tidaklah membatalkannya.

Pada dasarnya setiap darah yang keluar dari farji adalah darah haid kecuali bila darah yang keluar terus menerus hampir selama satu bulan penuh — dan ini adalah penadapat Syaikhul Islam. Atau darah yang keluar lebih dari 15 hari — dan ini adalah pendapat jumhur ulama. Maka tatkala itu disebut sebagai istihadhah.

(Baca juga : Mabes TNI Tidak Perintahkan Copot Baliho Habib Rizieq, Kapendam Jaya Bilang Begini )

Ketiga, perempuan bisa mengenali berhentinya haid melalui salah satu di antara dua cara:

1. Telah keluar cairan putih, yaitu cairan berwarna putih yang keluar dari rahim sebagai tanda telah selesainya masa haid (darah haid telah berhenti).
2. Keringnya farji (sama sekali tidak ada lagi darah yang keluar), (tanda ini bisa digunakan) bila wanita tersebut tidak memiliki kebiasaan keluar cairan putih.

Contoh caranya, dia meletakkan kapas pada farjinya. Jika kapas itu tetap bersih, artinya dia telah suci. Dengan demikian, dia wajib mandi suci dan mengerjakan salat (ketika waktu salat fardhu tiba). Namun jika di kapas ada bekas merah, kuning (keruh), atau coklat, maka janganlah dia salat dulu, (karena itu artinya dia masih dalam masa haid).

(Baca juga : Ganjil Genap Ditiadakan, Polda Metro Tetap Berlakukan Tilang E-TLE )

Ada beberapa perempuan pernah diutus untuk menemui Aisyah untuk bertanya. Mereka membawa kapas. Pada kapas itu ada warna kuning. Kemudian Aisyah berkata,

لا تعجلن حتى ترين القصة البيضاء

“Jangan terburu-buru (suci) sampai kamu melihat al-qasshah al-baidha’.” (HR. Bukhari secara mu’allaq. Juga diriwayatkan oleh Malik, no. 130)

Al-qasshah al-baidha’ bisa maknanya cairan putih sebagai penanda berhentinya haid. Bisa juga maknanya kapas masih terlihat putih, setelah digunakan untuk memeriksa jalan keluar darah haid.

(Baca juga : KH Abdul Latif Madjid, Imam Besar Salawat Wahidiyah Kediri Wafat )

Jika muncul lagi cairan kuning atau cairan keruh setelah dia suci maka cairan susulan tersebut tidak perlu dihiraukan. Dia tidak boleh meninggalkan shalat dan dia tidak perlu mandi suci lagi, karena dia tidak wajib mengulangi mandi suci lagi dan dia juga tidak dalam keadaan junub.

Dalilnya adalah hadis dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha,

كنا لا نعد الصفرة والكدرة بعد الطهر شيئاً

“Kami tidak menghiraukan cairan kuning atau cairan keruh yang keluar setelah masa suci.” (HR. Abu Daud, no. 307; Bukhari, no. 320 namun Bukhari tidak menyebut lafal “setelah masa suci”)

Jika cairan keruh atau cairan kuning itu keluar bersambung dengan darah haid (yaitu keluar setelah darah merah) maka berarti perempuan tersebut masih dalam masa haid.

(Baca juga : Kisah Khabib Nurmagomedov Kini Hidup Damai Jadi Petani di Desa )

Keempat, jika perempuan tersebut yakin bahwa dia telah suci kemudian darah keluar lagi (artinya, yang keluar itu adalah darah berwarna merah, bukan sekadar cairan kuning atau cairan keruh.) maka darah itu dihukumi sebagai darah haid, selama darah kedua tersebut tidak keluar selama sebulan.

Wallahu A’lam.
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2315 seconds (0.1#10.140)