Kisah Tragis Kaum Rass: Jadi Batu Hitam Dihimpit Dua Bukit

Senin, 11 Mei 2020 - 15:04 WIB
loading...
A A A
Kaum Rass berkumpul di sekitar sumur sambil merayakan kematian sang utusan Allah. Setan gembira melihat Kaum Rass yang sukses menyiksa Nabi. Ia pun kembali pada pohon sanaubar yang telah kering itu dan berkata, “Lihatlah hukuman yang aku berikan pada penyihir yang telah merebut hidupku dan kini aku kembali pada orang-orang yang memujaku.”

Saat itu pula, murka Allah datang. Allah menimpakan azab yang pedih kepada Kaum Rass. Allah memindahkan bukit Al-Harits dan bukit Al-Huwairits dari Thaif kepada mereka sehingga mereka dibenamkan di bawah kedua bukit tersebut dan tidak ada satupun rakyat dari kaum tersebut yang bertahan hidup.

Anal Seks
Lain lagi cerita Al-Kisa’i. Ia berpendapat penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass. Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.

As-Sadi mengatakan, Allah membinasakan Penduduk Rass karena mereka menggauli wanita pada duburnya dan mereka tidak beriman kepada nabi mereka, Hanzhalah bin Shafwan.

Setelah kekufuran dan kesesatan mereka bertambah-tambah, Jibril berteriak kepada mereka dengan sekali teriakan sehingga mereka berubah menjadi batu hitam, begitu juga barang-barang dan binatang ternak mereka.

As-Sadi menambahkan bahwa setelah Dzul Qarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.

Menurut Al-Kisa’i, di kota tersebut ada sebuah gunung tinggi yang bernama Gunung Falaj. Gunung tersebut dijadikan tempat berlindung oleh ‘Anqa’ yang sangat besar. Apabila binatang itu terbang, ia bisa menutupi matahari seperti layaknya awan.

Lehernya seperti leher unta, mempunyai empat sayap: dua panjang dan dua lagi pendek. Bulunya berwarna-warni, suka mengangkat kuda, unta, gajah yang mati, dan binatang yang lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke gunung tempat berdiamnya.

Ketika binatang itu kian membahayakan, suka menyambar anak manusia yang masih kecil, lalu dibawa ke gunung dan mereka dijadikan santapan bagi anak-anaknya yang baru menetas dari telurnya, maka penduduk kota tersebut mengadukannya kepada nabi mereka, Hanzhalah bin Shafwan.

Atas pengaduan tersebut, Nabi Hanzhalah berdoa agar Allah membinasakan ‘Anqa’. Dia berdoa, “Ya Allah, matikanlah binatang tersebut dan putuskanlah keturunannya.”

Setelah itu, binatang tersebut jatuh dari langit dan kemudian terbakar bersama anak-anaknya hingga tak ada lagi wujudnya.

Sebagian orang Arab mengingkari keberadaan binatang bernama ‘Anqa’ ini. Menurutnya, itu hanyalah sebuah cerita yang dikarang oleh orang-orang Arab. Dalam hal ini ada sebuah syair:

Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman.
Mereka tidak bisa dijadikan sahabat,
tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan.
Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga,
raksasa, ‘Anqa’, dan sahabat yang sempurna.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3076 seconds (0.1#10.140)