Kisah Guru Imam Junaid Al-Baghdadi Menjadi Pengemis di Pasar

Rabu, 02 Desember 2020 - 08:35 WIB
loading...
Kisah Guru Imam Junaid Al-Baghdadi Menjadi Pengemis di Pasar
Kisah wali besar yang juga guru Imam Junaid Al-Baghdadi menjadi pengemis di pasar patut dijadikan hikmah dan pelajaran. Foto ilustrasi/Ist
A A A
Imam Junaid Al-Baghdadi rahimahullah (220-298 Hijriyah) adalah seorang ulama besar yang bermukim di Baghdad. Nama lengkapnya Al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid Abu Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Nahawandi Al-Baghdadi As-Syafi'i.

Beliau lahir di Nihawand, Persia, tetapi keluarganya bermukim di Baghdad, tempat ia belajar hukum Islam mazhab Syafi'i , dan akhirnya menjadi qadi kepala di Baghdad. Beliau mempelajari ilmu fiqih kepada Abu Tsur al-Kalbi yang merupakan murid langsung dari Imam Asy-Syafi'i.

(Baca Juga: Kisah Ulama Besar Imam Junaidy Saat Bertemu Bahlul Beperilaku Gila)

Al-Junaid mempelajari ilmu tasawuf dari pamannya sendiri, Syaikh As-Sari as-Saqti hingga akhirnya menjadi ulama yang memiliki banyak murid dan pengikut. Dikisahkan, ada seorang wali besar sekaligus guru Imam Junaid Al-Baghdadi . Beliau adalah Syaikh Imam Abu Ishaq Annuri rahimahullah.

Suatu hari, murid Imam Junaid Al-Baghdadi memergoki Syaikh Imam Abu Ishaq sedang meminta-minta di pasar. Melihat itu, mereka merasa malu dan dengan cepat melaporkan kejadian itu kepada Imam Junaid Al-Baghdadi .

"Wahai Imam Junaid , kami merasa malu sebab melihat guru engkau, Syaikh Imam Abu Ishaq Annuri sedang mengemis di pasar," keluh murid Imam Junaid Al-Baghdadi.

Mendapat aduan dari muridnya itu, Imam Junaid tidak kaget. Sebab Beliau berkeyakinan bahwa yang dilakukan Syaikh Abu Ishaq Annuri itu merupakan usaha agar orang-orang bersedekah kepadanya dan mendapatkan pertolongan dari Allah. Selain itu mereka dapat selamat di dunia dan akhirat karena terhindar dari sifat kikir serta bakhil.

( )

"Sekarang saya mau bersedekah kepada Syaikh Annuri, saksikanlah oleh kalian apa yang akan terjadi," jawab Imam Junaid.

Tidak lama kemudian Imam Junaid langsung menimbang emas sebanyak 100 dinar dan dilebihi 1 genggaman. Setelah itu Beliau menyuruh santrinya untuk pergi ke pasar dan memberikan timbangan emas itu kepadaSyaikh Annuri.

"Wahai Imam, kami mau bersedekah, silakan ambil ini," ucap santri Imam Junaid.

Sedekah itu langsung diterima oleh Syaikh Annuri. Kemudian menyuruh santri itu agar mencari timbangan untuk menimbang sedekah yang diberikan. Setelah diketahui jumlah sedekahnya berjumlah 100 dinar lebih 1 genggam, Syaikh Annuri hanya mengambil segenggam saja dan mengembalikan sisanya yang berjumlah 100 dinar.

Santri Imam Junaid pun pulang dan melaporkan kejadian itu serta mengembalikan emas 100 dinar. Sambil menangis, Imam Junaid berkata kepada para santrinya: "Itulah Ahli Hikmah, hanya mengambil hak Allah dan mengembalikan hak manusia."

Di dalam Kitab Salalim Al-Fudhola yang merupakan syarah dari Kifayatul Atqiya' dijelaskan bahwa orang faqir terbagi menjadi tiga macam.
1. Orang faqir yang tidak meminta-minta dan tidak mau menerima pemberian orang lain.
2. Orang faqir yang tidak meminta-minta tapi jika diberi orang lain dia akan menerima.
3. Orang faqir yang meminta pemberian dari orang lain.

Di akhirat kelak, orang faqir pertama akan masuk kelompok Ruhaniyyin, orang faqir kedua bersama Muqorrobin dan orang faqir ketiga bersama Ashodiqin.

Sumber:
Kitab Salalim Al-Fudhola, Syarah dari Kifayatul Atqiya'

( )

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5915 seconds (0.1#10.140)