Berakhlak yang Baik Menjadi Pemberat Timbangan
loading...
A
A
A
Sesungguhnya disyari’atkan bagi setiap muslim untuk berakhlak yang baik . Karena di antara tujuan diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata, Rasulullah bersabda;
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ.
”Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
(Baca juga : Nasehat Syaikh Al-Utsaimin Tentang Pakaian Muslimah )
Seorang yang baik akhlaknya menunjukkan kesempurnaan imannya. Dan mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
”Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud )
Ustadz Dr. Irfan Yuhadi, M.S.I, dai dari konsultasiislam menjelaskan, akhlak yang baik juga merupakan pemberat timbangan kebaikan.
(Baca juga : Nasehat Menghadapi Ujian dan Fitnah Akhir Zaman )
Sebagaimana sabda Rasulullah ,
أَثْقَلُ شَيْءٌ فِي الْمِيْزَانِ اَلْخُلُقُ الْحَسَنُ
”Sesuatu yang lebih berat di timbangan adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad. Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam As-Silsilah Ash-Shahihah Juz 2 : 876)
Menurutnya, akhlak yang baik meliputi akhlak kepada Allah Ta'ala dan akhlak kepada sesama manusia. Berikut uraiannya:
(Baca juga : Pertemuan Mengharukan Dua Saudara Sepersusuan )
A. Akhlak Kepada Allah Ta'ala
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa akhlak yang baik kepada Allah mencakup tiga hal, antara lain :
1. Menerima berita yang datang dari Allah dengan cara membenarkannya
Apapun berita yang datang dari Allah Ta'ala, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, baik yang mampu dicerna dengan akal maupun tidak, maka berita tersebut harus diterima. Allah Ta'ala berfirman;
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيْثًا.
“Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?” (HR. Ahmad)
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ.
”Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
(Baca juga : Nasehat Syaikh Al-Utsaimin Tentang Pakaian Muslimah )
Seorang yang baik akhlaknya menunjukkan kesempurnaan imannya. Dan mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
”Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud )
Ustadz Dr. Irfan Yuhadi, M.S.I, dai dari konsultasiislam menjelaskan, akhlak yang baik juga merupakan pemberat timbangan kebaikan.
(Baca juga : Nasehat Menghadapi Ujian dan Fitnah Akhir Zaman )
Sebagaimana sabda Rasulullah ,
أَثْقَلُ شَيْءٌ فِي الْمِيْزَانِ اَلْخُلُقُ الْحَسَنُ
”Sesuatu yang lebih berat di timbangan adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad. Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam As-Silsilah Ash-Shahihah Juz 2 : 876)
Menurutnya, akhlak yang baik meliputi akhlak kepada Allah Ta'ala dan akhlak kepada sesama manusia. Berikut uraiannya:
(Baca juga : Pertemuan Mengharukan Dua Saudara Sepersusuan )
A. Akhlak Kepada Allah Ta'ala
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa akhlak yang baik kepada Allah mencakup tiga hal, antara lain :
1. Menerima berita yang datang dari Allah dengan cara membenarkannya
Apapun berita yang datang dari Allah Ta'ala, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, baik yang mampu dicerna dengan akal maupun tidak, maka berita tersebut harus diterima. Allah Ta'ala berfirman;
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيْثًا.
“Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?” (HR. Ahmad)