Setan Selalu Gagal Mengadu-domba Keluarga Nabi Ibrahim

Rabu, 13 Mei 2020 - 02:49 WIB
loading...
Setan Selalu Gagal Mengadu-domba Keluarga Nabi Ibrahim
Anak itu kemudian ditebusnya dengan seekor domba besar yang terdapat tidak jauh dari tempat itu. Ilustrasi/Ist
A A A
AHLI sejarah Yahudi berpendapat, bahwa yang disembelih Nabi Ibrahim adalah Ishaq, bukan Ismail. Di sini kita bukan akan menguji adanya perselisihan pendapat itu. Muhammad Husein Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah menyebut dalam Qishash'l-Anbia' Syaikh Abd'l Wahhab an-Najjar berpendapat, bahwa yang disembelih itu adalah Ismail.

Argumentasi ini justru diambilnya dari Taurat sendiri bahwa yang disembelih itu dilukiskan sebagai anak Ibrahim satu-satunya. Pada waktu itu Ismail adalah anak satu-satunya sebelum Ishaq dilahirkan.

Setelah Siti Sarah melahirkan, maka anak Ibrahim tidak lagi tunggal, melainkan sudah ada Ismail dan Ishaq. Dengan mengambil cerita itu, menurut Haekal, seharusnya kisah penyembelihan dan penebusan itu terjadi di Palestina. ( )

Hal ini memang bisa terjadi demikian kalau yang dimaksudkan itu terjadi terhadap diri Ishaq. Selama itu Ishaq dengan ibunya hanya tinggal di Palestina, tidak pernah pergi ke Hijaz. ( Baca juga: Cobaan Nabi Ibrahim Menurun ke Nabi Ishaq, Susah Punya Anak )

Akan tetapi cerita yang mengatakan bahwa penyembelihan dan penebusan itu terjadi di atas bukit Mina, maka ini tentu berlaku terhadap diri Ismail . Oleh karena di dalam Qur'an tidak disebutkan nama person korban itu, maka ahli-ahli sejarah kaum Muslimin berlain-lainan pendapat.

Tentang pengorbanan dan penebusan itu kisahnya ialah bahwa Nabi Ibrahim bermimpi, bahwasanya Tuhan memerintahkan kepadanya supaya anaknya itu dipersembahkan sebagai kurban dengan menyembelihnya. Pada suatu pagi berangkatlah ia dengan anaknya. "Bila ia sudah mencapai usia cukup untuk berusaha, ia (Ibrahim) berkata: 'O anakku, dalam tidur aku bermimpi, bahwa aku menyembelihmu. Lihatlah, bagaimanakah pendapatmu?' Ia menjawab: 'Wahai ayahku. Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Jika dikehendaki Tuhan, akan kaudapati aku dalam kesabaran."

فَلَمَّاۤ اَسۡلَمَا وَتَلَّهٗ لِلۡجَبِيۡنِ‌ۚ

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). (QS As-Saffat 103)

وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ

Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! (QS As-Saffat 104)

قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ‌ ‌ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ

Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS As-Saffat 105)

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (QS As-Saffat 106)

وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS As-Saffat 107)

( )

Beberapa cerita melukiskan kisah ini dalam bentuk puisi yang indah sekali. Kisahnya, setelah Ibrahim bermimpi dalam tidurnya bahwa ia harus menyembelih anaknya dan memastikan bahwa itu adalah perintah Tuhan, ia berkata kepada anaknya itu:

"Anakku, bawalah tali dan parang itu, mari kita pergi ke bukit mencari kayu untuk keluarga kita."

Anak itupun menurut perintah ayahnya. Ketika itu datang setan dalam bentuk seorang laki-laki, mendatangi ibu anak itu seraya berkata: "Tahukah engkau ke mana Ibrahim membawa anakmu?"
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2339 seconds (0.1#10.140)