Panduan Salat Malam di Bulan Ramadhan dan Bacaannya
loading...
A
A
A
Qiyamul Lail adalah salat malam yang dikerjakan setelah salat fardhu Isya hingga terbit fajar. Di bulan Ramadhan, salat malam ini disebut dengan istilah Qiyam Ramadhan di antaranya salat Tarawih, Witir, Tahajjud dan salat sunnah lainnya.
Qiyam Ramadhan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan Rasulullah mengingat fadhillahnya yang luar biasa. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang salat malam di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap ridha Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ulama Saudi Arabia, Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid menjelaskan panduan bacaan saat Qiyam Ramadhan . Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bacaannya salat malam, terkadang bacaannya pendek dan terkadang panjang. Terkadang Nabi membaca pada satu rakaat sekitar (Surat ya ayyuhal muzzammil) yaitu dua puluh ayat. Terkadang lima puluh ayat. Dan beliau berkata:
من صلى في ليلة بمائة آية لم يكتب من الغافلين (وفي حديث آخر) .. بمائتي آية فإنه يُكتب من القانتين المخلصين.
"Barangsiapa salat malam dengan membaca seratus ayat, maka tidak akan ditulis sebagai golongan orang-orang yang lalai." Dalam hadits lain; "... dengan dua ratus ayat, maka dia akan ditulis di antara (golongan) orang-orang qanitin (ta'at beribadah) yang ikhlas". (Baca Juga: Anjuran Berjamaah Saat Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam membaca waktu Qiyam ketika dalam kondisi sakit tujuh Surat panjang yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf dan At-taubah.
Dalam kisah salat Hudzaifah bin Al-Yaman di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam satu rakaat surat Al-Baqarah kemudian An-Nisaa' kemudian Ali Imran. Dan beliau membacanya dalam kondisi tenang dan pelan.
Terdapat riwayat dengan sanad paling sahih, Umar radhiallahu'anhu memerintahkan Ubay bin Ka'ab radhiallahu'anhu (mengimami) orang-orang dalam salat dengan sebelas rakaat di bulan Ramadhan. Saat itu Ubay membaca dua ratus (ayat), sampai orang yang di belakangnya bersandar dengan tongkat karena lamanya berdiri. Mereka baru selesai salat menjelang fajar.
Juga terdapat riwayat sahih dari Umar radhiallahu’anhu bahwa beliau mengundang para qurra (pembaca Al-Qur'an), lalu meminta yang paling cepat bacaanya untuk membaca tiga puluh ayat, yang pertengahan membaca dua puluh lima ayat, dan yang lambat, dua puluh ayat. (Baca Juga: Selain Puasa, Inilah Amalan Utama di Bulan Ramadhan)
Kesimpulannya, kata Syeikh Muhammad bin Shalih kalau seseorang salat (qiyam) seorang diri, dipersilakan baginya memanjangkan bacaan sesuai keinginannya, begitu juga jika bersamanya orang sepakat. Semakin panjang bacaannya, semakin baik. Namun, jangan sampai terlalu panjang hingga seluruh malam semuanya untuk salat dan tersisa sedikit sekali. Sebagai upaya meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda: "Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad".
Adapun kalau dia salat (sebagai) imam, maka dia dibolehkan memperpanjang (salat) yang tidak sampai memberatkan orang yang ada di belakangnya. Berdasarkan sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا قام أحدكم للناس فليخفف الصلاة ، فإن فيهم الصغير والكبير وفيهم الضعيف ، والمريض ، وذا الحاجة ، وإذا قام وحده فليُطل صلاته ما شاء .
"Jika jika seseorang menjadi imam salat, maka ringankan shalatnya. Karena di sana ada anak kecil, orang tua, dan juga ada orang lemah, orang sakit dan orang yang mempunyai keperluan. Kalau dia salat sendiri, maka silakan panjangkan salatnya sesukanya."
Waktu Qiyamul Lail
Waktu qiyamul-lail dimulai setelah salat Isya hingga fajar. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلاَةً ، وَهِيَ الْوِتْرُ ، فَصَلُّوْهَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الْفَجْرِ
"Sesungguhnya Allah memberikan kalian bekal berupa shalat. Yaitu (salat) Witir, maka salatlah antara Isya hingga shalat fajar." (Baca Juga: Rahasia Salat Malam di Bulan Ramadhan, Mestikah Diawali dengan Tidur?)
Salat di pengujung malam lebih baik bagi yang mudah melakukannya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ خَافَ أَن لاَ يَقُوْمَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ ، وَمَنْ طَمَعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ ، فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ.
"Siapa yang khawatir tidak dapat menunaikan salat di pengujung malam, maka salat witirlah di awal malam. Dan siapa yang dapat menunaikannya di pengujung malam, maka hendaklah dia salat Witir di akhir malam. Karena salat akhir malam itu disaksikan (Malaikat) dan itu adalah yang paling baik."
Mana yang lebih baik, salat awal malam dengan berjamaah atau salat akhir malam sendirian? Maka salat berjamaah (meskipun di awal malam) lebih baik. Karena hal tersebut dinilai Qiyamul-Lail secara sempurna. Seperti inilah yang amalan para sahabat yang berlaku di masa Umar radhiallahu’anhu.
Qiyam Ramadhan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan Rasulullah mengingat fadhillahnya yang luar biasa. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang salat malam di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap ridha Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ulama Saudi Arabia, Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid menjelaskan panduan bacaan saat Qiyam Ramadhan . Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bacaannya salat malam, terkadang bacaannya pendek dan terkadang panjang. Terkadang Nabi membaca pada satu rakaat sekitar (Surat ya ayyuhal muzzammil) yaitu dua puluh ayat. Terkadang lima puluh ayat. Dan beliau berkata:
من صلى في ليلة بمائة آية لم يكتب من الغافلين (وفي حديث آخر) .. بمائتي آية فإنه يُكتب من القانتين المخلصين.
"Barangsiapa salat malam dengan membaca seratus ayat, maka tidak akan ditulis sebagai golongan orang-orang yang lalai." Dalam hadits lain; "... dengan dua ratus ayat, maka dia akan ditulis di antara (golongan) orang-orang qanitin (ta'at beribadah) yang ikhlas". (Baca Juga: Anjuran Berjamaah Saat Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam membaca waktu Qiyam ketika dalam kondisi sakit tujuh Surat panjang yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf dan At-taubah.
Dalam kisah salat Hudzaifah bin Al-Yaman di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam satu rakaat surat Al-Baqarah kemudian An-Nisaa' kemudian Ali Imran. Dan beliau membacanya dalam kondisi tenang dan pelan.
Terdapat riwayat dengan sanad paling sahih, Umar radhiallahu'anhu memerintahkan Ubay bin Ka'ab radhiallahu'anhu (mengimami) orang-orang dalam salat dengan sebelas rakaat di bulan Ramadhan. Saat itu Ubay membaca dua ratus (ayat), sampai orang yang di belakangnya bersandar dengan tongkat karena lamanya berdiri. Mereka baru selesai salat menjelang fajar.
Juga terdapat riwayat sahih dari Umar radhiallahu’anhu bahwa beliau mengundang para qurra (pembaca Al-Qur'an), lalu meminta yang paling cepat bacaanya untuk membaca tiga puluh ayat, yang pertengahan membaca dua puluh lima ayat, dan yang lambat, dua puluh ayat. (Baca Juga: Selain Puasa, Inilah Amalan Utama di Bulan Ramadhan)
Kesimpulannya, kata Syeikh Muhammad bin Shalih kalau seseorang salat (qiyam) seorang diri, dipersilakan baginya memanjangkan bacaan sesuai keinginannya, begitu juga jika bersamanya orang sepakat. Semakin panjang bacaannya, semakin baik. Namun, jangan sampai terlalu panjang hingga seluruh malam semuanya untuk salat dan tersisa sedikit sekali. Sebagai upaya meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda: "Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad".
Adapun kalau dia salat (sebagai) imam, maka dia dibolehkan memperpanjang (salat) yang tidak sampai memberatkan orang yang ada di belakangnya. Berdasarkan sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا قام أحدكم للناس فليخفف الصلاة ، فإن فيهم الصغير والكبير وفيهم الضعيف ، والمريض ، وذا الحاجة ، وإذا قام وحده فليُطل صلاته ما شاء .
"Jika jika seseorang menjadi imam salat, maka ringankan shalatnya. Karena di sana ada anak kecil, orang tua, dan juga ada orang lemah, orang sakit dan orang yang mempunyai keperluan. Kalau dia salat sendiri, maka silakan panjangkan salatnya sesukanya."
Waktu Qiyamul Lail
Waktu qiyamul-lail dimulai setelah salat Isya hingga fajar. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلاَةً ، وَهِيَ الْوِتْرُ ، فَصَلُّوْهَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الْفَجْرِ
"Sesungguhnya Allah memberikan kalian bekal berupa shalat. Yaitu (salat) Witir, maka salatlah antara Isya hingga shalat fajar." (Baca Juga: Rahasia Salat Malam di Bulan Ramadhan, Mestikah Diawali dengan Tidur?)
Salat di pengujung malam lebih baik bagi yang mudah melakukannya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ خَافَ أَن لاَ يَقُوْمَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ ، وَمَنْ طَمَعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ ، فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ.
"Siapa yang khawatir tidak dapat menunaikan salat di pengujung malam, maka salat witirlah di awal malam. Dan siapa yang dapat menunaikannya di pengujung malam, maka hendaklah dia salat Witir di akhir malam. Karena salat akhir malam itu disaksikan (Malaikat) dan itu adalah yang paling baik."
Mana yang lebih baik, salat awal malam dengan berjamaah atau salat akhir malam sendirian? Maka salat berjamaah (meskipun di awal malam) lebih baik. Karena hal tersebut dinilai Qiyamul-Lail secara sempurna. Seperti inilah yang amalan para sahabat yang berlaku di masa Umar radhiallahu’anhu.