Alquran sebagai Lautan Ilmu
loading...
A
A
A
Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah
Alquran merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Diturunkan pada bulan Ramadhan dan hampir setiap tahun umat Islam memperingati turunnya Alquran melalui momen Nuzululquran.
Kita tidak berdebat soal kapan persisnya Alquran diturunkan, tetapi bahwa Alquran al-Karim itu diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW pada bulan Ramadan, saat wahyu pertama itu, QS Al-‘Alaq, ditrunkan. Bertahun-tahun kita memperingati peristiwa Nuzululquran, sekarang bagaimana mengurai makna yang mendalam tentang hal ini? Bagaimana pula kita bumikan Alquran ini dalam kehidupan sehari-hari?
Dalam QS Al-Baqarah: 185 disebutkan, Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, di dalamnya terkandung hidayah bagi muslim dalam menjalani kehidupan agar selamat dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bahkan, redaksi yang termaktub di dalam ayat tersebut tidak terbatas untuk umat Islam, tetapi juga seluruh spesies manusia.
QS Al-Baqarah ayat 2 menyebutkan, ”menjadi petunjuk bagi manusia.” yang artinya Alquran itu merupakan wahyu yang universal, bersifat umum, yang akan menjadi guidance kehidupan umat manusia. Kenapa manusia memerlukan petunjuk? Karena manusia itu sudah diberikan fitrah di dalam dirinya yakni fitrah beragama dan bertuhan.
Artinya, siapa pun manusia di dunia ini, bahkan mereka yang mengaku ateis secara formal pun di dalam dirinya ada jiwa bertuhan. Kita tak pernah membayangkan seorang ateis di kala hidupnya gundah, ada banyak pertarungan yang kemudian akal tak bisa menjangkaunya, lalu ada banyak peristiwa besar dalam kehidupannya, di situlah sesungguhnya dia akan mencari sesuatu yang metafisik.
Albert Einstein dan Stephen Hawking merupakan dua manusia jenius yang masih mengakui bahwa di balik luasnya alam semesta, ada sesuatu Yang Mahakuasa. Meski demikian, kalau ditinjau dalam perspektif Islam, keduanya belum dapat masuk kategori sebagai orang mukmin.
Intinya bahwa manusia diberi ilham untuk beragama, tetapi karena satu dan lain hal, dan juga lingkungan, fitrah beragama itu menjadi kecil, bahkan dinegasikan. Orang-orang kafir itu juga termasuk orang yang mengingkari fitrah beragama yang diberikan Tuhan. Di saat itulah Allah menurunkan fitrah al-munazzalah berupa kitab suci.
Alquran sebagai fitrah merupakan pembimbing untuk menyempurnakan fitrah ketuhanan yang ada dalam diri manusia. Ulama dan pemikir terkemuka dari abad ke-11 M, Abu Hamid al-Ghazali, menggambarkan Alquran sebagai lautan ilmu sekaligus hikmah yang luas.
Ketua Umum PP Muhammadiyah
Alquran merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Diturunkan pada bulan Ramadhan dan hampir setiap tahun umat Islam memperingati turunnya Alquran melalui momen Nuzululquran.
Kita tidak berdebat soal kapan persisnya Alquran diturunkan, tetapi bahwa Alquran al-Karim itu diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW pada bulan Ramadan, saat wahyu pertama itu, QS Al-‘Alaq, ditrunkan. Bertahun-tahun kita memperingati peristiwa Nuzululquran, sekarang bagaimana mengurai makna yang mendalam tentang hal ini? Bagaimana pula kita bumikan Alquran ini dalam kehidupan sehari-hari?
Dalam QS Al-Baqarah: 185 disebutkan, Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, di dalamnya terkandung hidayah bagi muslim dalam menjalani kehidupan agar selamat dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bahkan, redaksi yang termaktub di dalam ayat tersebut tidak terbatas untuk umat Islam, tetapi juga seluruh spesies manusia.
QS Al-Baqarah ayat 2 menyebutkan, ”menjadi petunjuk bagi manusia.” yang artinya Alquran itu merupakan wahyu yang universal, bersifat umum, yang akan menjadi guidance kehidupan umat manusia. Kenapa manusia memerlukan petunjuk? Karena manusia itu sudah diberikan fitrah di dalam dirinya yakni fitrah beragama dan bertuhan.
Artinya, siapa pun manusia di dunia ini, bahkan mereka yang mengaku ateis secara formal pun di dalam dirinya ada jiwa bertuhan. Kita tak pernah membayangkan seorang ateis di kala hidupnya gundah, ada banyak pertarungan yang kemudian akal tak bisa menjangkaunya, lalu ada banyak peristiwa besar dalam kehidupannya, di situlah sesungguhnya dia akan mencari sesuatu yang metafisik.
Albert Einstein dan Stephen Hawking merupakan dua manusia jenius yang masih mengakui bahwa di balik luasnya alam semesta, ada sesuatu Yang Mahakuasa. Meski demikian, kalau ditinjau dalam perspektif Islam, keduanya belum dapat masuk kategori sebagai orang mukmin.
Intinya bahwa manusia diberi ilham untuk beragama, tetapi karena satu dan lain hal, dan juga lingkungan, fitrah beragama itu menjadi kecil, bahkan dinegasikan. Orang-orang kafir itu juga termasuk orang yang mengingkari fitrah beragama yang diberikan Tuhan. Di saat itulah Allah menurunkan fitrah al-munazzalah berupa kitab suci.
Alquran sebagai fitrah merupakan pembimbing untuk menyempurnakan fitrah ketuhanan yang ada dalam diri manusia. Ulama dan pemikir terkemuka dari abad ke-11 M, Abu Hamid al-Ghazali, menggambarkan Alquran sebagai lautan ilmu sekaligus hikmah yang luas.
(ysw)