Larangan Keras Bagi Seorang Muslim Menerima Perkataan yang Mengadu Domba
loading...
A
A
A
Muslimah, perbuatan naminah atau adu domba merupakan perbuatan yang sangat tercela . Biasanya perbuatan ini bertujuan menyebarluaskan berita yang tidak benar (fitnah) agar antar individu atau masyarakat muslim tidak saling menyukai satu sama lain, sehingga terjadi perpecahan .
Adu domba bisa jadi merupakan suatu perbuatan rekayasa yang sengaja dilakukan untuk merusak, memfitnah, atau menghancurkan orang lain serta merupakan pemicu terjadinya permusuhan. Hal ini sangat bertentangan dengan syari’at Islam. Dalam uraian ceramah Abu Yahya Badrusalam yang ditayangkan kanal televisi dakwah RaodjaTV, dijelaskan, Islam melarang keras menerima perkataan orang yang mengadu domba.
(Baca juga : Muslim Harus Memilih Jalan Hidup yang Menuju ke Surga )
Diriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ada seorang laki-laki mengadu-domba. Maka Hudzaifah radhiyallahu ‘Anhu berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu-domba.”
Menurut dai lulusan Universitas Islam Madinah yang juga pendiri kanal jaringan dakwah ini, mengadu domba ini misalnya seseorang mendatangi si A untuk menjelek-jelekkan si B, lalu datang ke si B untuk menyampakain ucapan si A kepada si B. Sehingga akhirnya terjadilah permusuhan antara si A dan si B.
(Baca juga : Karena Keistimewaannya, Perempuan Dianjurkan Belajar Ilmu Fiqih )
Berkata Abu Hatim bahwa kewajiban para manusia semuanya adalah menjauhi pemikiran tentang sebab yang akan menjerumuskan kepada permusuhan diantara manusia. Dan berusaha untuk memecah-belah kalimat mereka.
Maka tidak boleh seorang pun berpikir bagaimana caranya supaya manusia atau lawan atau siapapun yang selama mereka merupakan kaum muslimin -di mana mereka adalah manusia-manusia yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-, bahkan kepada seluruh manusia pun tidak diperbolehkan. Baik dia seorang muslim ataupun diluar Islam. Tidak diperbolehkan untuk mengadu-domba di antara mereka.
Maka dari itulah, mengadu-domba adalah merupakan sifat tercela, sifat orang-orang yang ingin berbuat kerusakan di muka bumi, sifat orang-orang yang dia suka sekali melihat apabila saudaranya bermusuhan. Karena dari itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengancam dengan ancaman yang berat (tidak masuk surga).
(Baca juga : Inilah Amalan-amalan yang Dapat Memperpanjang Umur )
Orang yang berakal tidak akan tenggelam berpikir dalam perkara tersebut. Karena terkadang semuanya dari pikiran. Ketika kita memikirkan tentang kejelekan Si Fulan, terkadang ada pikiran-pikiran yang buruk untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan jangan menerima orang yang datang kepada kita dan menceritakan tentang keburukan orang lain yang tujuannya tentu untuk mengadu-domba antara kita dengan dia. Karena kita tahu bagaimana perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang yang mengadu-domba dan demikian pula akibat buruknya setelah itu. Kewajiban kita adalah untuk menolak kalau ada orang yang datang kepada kita dan mengatakan Si Fulan begini, begini, begini, begini, tidak usah kita dengarkan. Sehingga kita menutup pintu adu-domba dan diadu-domba tentunya.
(Baca juga : Walk Out dari Paripurna saat PSI Bicara, Gerindra: Buat Gaduh Saja Mereka )
Al-Kuraizy berkata bahwa siapa yang suka mengadu-domba, tidak aman dari bisanya terhadap teman-temannya. Artinya kalau kita tahu ada orang yang pekerjaannya suka mengadu-domba, tugas kita menjauhinya. Karena orang ini seperti kala jengking ataupun ular yang memiliki bisa. Kalau ternyata dia bisa mengadu-domba orang lain, dia bisa mengadu-domba teman-temannya sendiri.
Maka kalau kita tahu orang ini suka mengadu-domba, kita tinggalkan dia, tidak perlu kita jadikan dia sebagai teman kita.
Seperti banjir yang tiba-tiba datang di waktu malam, tidak tahu dari mana ia datangnya. Artinya kalau kita punya teman seperti itu, terkadang kita tidak tahu, tahu-tahu kita sudah terpengaruh oleh ucapan-ucapannya tersebut. Akhirnya kita memusuhi sebagian saudara-saudara kita.
(Baca juga : Antrean Panjang Terlihat di Bank Makanan Milan Saat Krisis Memburuk )
Kewajiban orang yang berakal untuk tidak mendengarkan ucapan pengadu domba. Namun kita berusaha untuk palingkan seluruhnya kepada kebaikan.
Kalau ada orang -misalnya- datang kepada kita lalu menyebutkan tentang kejelekan si Fulan, maka kita katakan kepada dia, “Kamu itu sebetulnya pengadu-domba. Kamu ingin menjelek-jelekkan dia di depan saya. Apa kamu tidak tahu itu ghibah? Apakah kamu tidak tahu dengan pekerjaan dan perbuatan seperti itu berakibat kamu terancam masuk neraka?” Maka kita nasehati dia, kita berbuat baik kepada dia. Yaitu dengan cara apa mengingatkan bahwa itu adalah perbuatan yang tidak benar.
Dan jangan sampai keluar sikap-sikap kepada perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh orang yang berakal. Karena orang yang berakal tidak mau dijadikan domba yang diadu. Orang yang berakal adalah orang yang cerdas bahwa orang yang ingin mengadu-domba ini sebetulnya melakukan perbuatan yang tidak baik.
(Baca juga : Dipanggil Bareskrim, Jurnalis Edy Mulyadi Minta Jadwal Ulang )
Maka ketika ia menerima pengaduan tentang orang lain yang akibatnya bermusuhan, berarti itu merusak akal. Karena orang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain, biasanya tujuan terbesarnya adalah orang yang sedang diadukan. Dia berusaha bagaimana supaya orang yang dikabarkan ini betul-betul mempercayainya. Tentu hal ini akan menyebabkan akhirnya panaslah hatinya.
Makanya ketika kita merasa kesal, ketika kita mendengar ada si A menjelek-jelekkan si B, si A datang kepada kita dan menjelek-jelekkan si B dan mengatakan bahwa si B menjelek-jelekkan si A. Pasti yang terjadi kita geram. Disaat kita geram itulah, kita marah kepada dia. Disaat kita geram itulah, sering kali akal kita tidak berfungsi. Karena akal bisa tidak berfungsi saat emosi meledak.
(Baca juga : Peredaran Berita Hoax di Jateng Tak Separah DKI Jakarta, Ini Sebabnya )
Banyak orang di saat emosi meledak, akalnya tidak berfungsi. Maka di saat itu kita harus berhati-hati. Tetap kita menggunakan akal pikiran kita yang jernih. Jangan sampai terpancing. Kita harus langsung menyadari bahwa ini perbuatan pengadu-domba. Ini adalah perbuatan orang yang ingin merusak hubungan.
Wallahu A'lam
Adu domba bisa jadi merupakan suatu perbuatan rekayasa yang sengaja dilakukan untuk merusak, memfitnah, atau menghancurkan orang lain serta merupakan pemicu terjadinya permusuhan. Hal ini sangat bertentangan dengan syari’at Islam. Dalam uraian ceramah Abu Yahya Badrusalam yang ditayangkan kanal televisi dakwah RaodjaTV, dijelaskan, Islam melarang keras menerima perkataan orang yang mengadu domba.
(Baca juga : Muslim Harus Memilih Jalan Hidup yang Menuju ke Surga )
Diriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ada seorang laki-laki mengadu-domba. Maka Hudzaifah radhiyallahu ‘Anhu berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu-domba.”
Menurut dai lulusan Universitas Islam Madinah yang juga pendiri kanal jaringan dakwah ini, mengadu domba ini misalnya seseorang mendatangi si A untuk menjelek-jelekkan si B, lalu datang ke si B untuk menyampakain ucapan si A kepada si B. Sehingga akhirnya terjadilah permusuhan antara si A dan si B.
(Baca juga : Karena Keistimewaannya, Perempuan Dianjurkan Belajar Ilmu Fiqih )
Berkata Abu Hatim bahwa kewajiban para manusia semuanya adalah menjauhi pemikiran tentang sebab yang akan menjerumuskan kepada permusuhan diantara manusia. Dan berusaha untuk memecah-belah kalimat mereka.
Maka tidak boleh seorang pun berpikir bagaimana caranya supaya manusia atau lawan atau siapapun yang selama mereka merupakan kaum muslimin -di mana mereka adalah manusia-manusia yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-, bahkan kepada seluruh manusia pun tidak diperbolehkan. Baik dia seorang muslim ataupun diluar Islam. Tidak diperbolehkan untuk mengadu-domba di antara mereka.
Maka dari itulah, mengadu-domba adalah merupakan sifat tercela, sifat orang-orang yang ingin berbuat kerusakan di muka bumi, sifat orang-orang yang dia suka sekali melihat apabila saudaranya bermusuhan. Karena dari itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengancam dengan ancaman yang berat (tidak masuk surga).
(Baca juga : Inilah Amalan-amalan yang Dapat Memperpanjang Umur )
Orang yang berakal tidak akan tenggelam berpikir dalam perkara tersebut. Karena terkadang semuanya dari pikiran. Ketika kita memikirkan tentang kejelekan Si Fulan, terkadang ada pikiran-pikiran yang buruk untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan jangan menerima orang yang datang kepada kita dan menceritakan tentang keburukan orang lain yang tujuannya tentu untuk mengadu-domba antara kita dengan dia. Karena kita tahu bagaimana perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang yang mengadu-domba dan demikian pula akibat buruknya setelah itu. Kewajiban kita adalah untuk menolak kalau ada orang yang datang kepada kita dan mengatakan Si Fulan begini, begini, begini, begini, tidak usah kita dengarkan. Sehingga kita menutup pintu adu-domba dan diadu-domba tentunya.
(Baca juga : Walk Out dari Paripurna saat PSI Bicara, Gerindra: Buat Gaduh Saja Mereka )
Al-Kuraizy berkata bahwa siapa yang suka mengadu-domba, tidak aman dari bisanya terhadap teman-temannya. Artinya kalau kita tahu ada orang yang pekerjaannya suka mengadu-domba, tugas kita menjauhinya. Karena orang ini seperti kala jengking ataupun ular yang memiliki bisa. Kalau ternyata dia bisa mengadu-domba orang lain, dia bisa mengadu-domba teman-temannya sendiri.
Maka kalau kita tahu orang ini suka mengadu-domba, kita tinggalkan dia, tidak perlu kita jadikan dia sebagai teman kita.
Seperti banjir yang tiba-tiba datang di waktu malam, tidak tahu dari mana ia datangnya. Artinya kalau kita punya teman seperti itu, terkadang kita tidak tahu, tahu-tahu kita sudah terpengaruh oleh ucapan-ucapannya tersebut. Akhirnya kita memusuhi sebagian saudara-saudara kita.
(Baca juga : Antrean Panjang Terlihat di Bank Makanan Milan Saat Krisis Memburuk )
Kewajiban orang yang berakal untuk tidak mendengarkan ucapan pengadu domba. Namun kita berusaha untuk palingkan seluruhnya kepada kebaikan.
Kalau ada orang -misalnya- datang kepada kita lalu menyebutkan tentang kejelekan si Fulan, maka kita katakan kepada dia, “Kamu itu sebetulnya pengadu-domba. Kamu ingin menjelek-jelekkan dia di depan saya. Apa kamu tidak tahu itu ghibah? Apakah kamu tidak tahu dengan pekerjaan dan perbuatan seperti itu berakibat kamu terancam masuk neraka?” Maka kita nasehati dia, kita berbuat baik kepada dia. Yaitu dengan cara apa mengingatkan bahwa itu adalah perbuatan yang tidak benar.
Dan jangan sampai keluar sikap-sikap kepada perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh orang yang berakal. Karena orang yang berakal tidak mau dijadikan domba yang diadu. Orang yang berakal adalah orang yang cerdas bahwa orang yang ingin mengadu-domba ini sebetulnya melakukan perbuatan yang tidak baik.
(Baca juga : Dipanggil Bareskrim, Jurnalis Edy Mulyadi Minta Jadwal Ulang )
Maka ketika ia menerima pengaduan tentang orang lain yang akibatnya bermusuhan, berarti itu merusak akal. Karena orang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain, biasanya tujuan terbesarnya adalah orang yang sedang diadukan. Dia berusaha bagaimana supaya orang yang dikabarkan ini betul-betul mempercayainya. Tentu hal ini akan menyebabkan akhirnya panaslah hatinya.
Makanya ketika kita merasa kesal, ketika kita mendengar ada si A menjelek-jelekkan si B, si A datang kepada kita dan menjelek-jelekkan si B dan mengatakan bahwa si B menjelek-jelekkan si A. Pasti yang terjadi kita geram. Disaat kita geram itulah, kita marah kepada dia. Disaat kita geram itulah, sering kali akal kita tidak berfungsi. Karena akal bisa tidak berfungsi saat emosi meledak.
(Baca juga : Peredaran Berita Hoax di Jateng Tak Separah DKI Jakarta, Ini Sebabnya )
Banyak orang di saat emosi meledak, akalnya tidak berfungsi. Maka di saat itu kita harus berhati-hati. Tetap kita menggunakan akal pikiran kita yang jernih. Jangan sampai terpancing. Kita harus langsung menyadari bahwa ini perbuatan pengadu-domba. Ini adalah perbuatan orang yang ingin merusak hubungan.
Wallahu A'lam
(wid)