Hauqalah, Kalimat Ringan Khasiatnya Tak Terbayangkan

Rabu, 13 Mei 2020 - 17:15 WIB
loading...
Hauqalah, Kalimat Ringan...
Banyak hadis yang berkaitan dengan kalimat hauqala ini. Semuanya menjelaskan tentang manfaat kalimat ini jika dibaca dengan penuh kesadaran dan penghayatan. Ilustrasi/Ist
A A A
LAFAL Lā haula wa lā quwwata illā billāh atau sering disebut hauqalah merupakan sebuah pengakuan keterbatasan manusia atas kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lā haula wa lā quwwata illā billāh bermakna, “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.” Merupakan bentuk kepasrahan kepada Allah secara totalitas. Bahwa diri ini tidak memiliki daya dan kekuatan kecuali semua itu berasal dari sumber kekuatan utama, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

عن ابن عباس رضي الله عنهما أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ؛ فَإِنَّهَا مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ… فَإِنَّهَا تَدْفَعُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ بَابًا مِنَ الضُّرِّ، أَدْنَاهَا الْهَمَّ وَالْفَقْر. أخرجه الطبراني وابن عساكر

Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah mengucapkan Lā haula wa lā quwwata illā billāh, karena kalimat itu merupakan perbendaharaan surga. Dan kalimat itu menolak (menutup) 99 pintu kemudharatan, yang paling rendah adalah kesedihan dan kefakiran.”

Riwayat tersebut berkenaan dengan asbabun nuzul surah At-Thalaq ayat 3 yang berbunyi:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Alkisah, suatu hari Auf bin Malik menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Anakku ditawan musuh, ibunya pun sangat sedih. Apa yang harus aku lakukan wahai Rasulullah?”. Nabi SAW bersabda, “hendaklah kamu dan isterimu memperbanyak ucapan hauqalah, yaitu laa haula wa laa quwwata illa billah.”

Isteri Auf pun berkata, “Alangkah baiknya perintah dan saran Rasulullah itu.” Kemudian mereka memperbanyak bacaan tersebut. Sehingga tanpa disangka-sangka, suatu ketika musuh yang menawan anak mereka itu lengah. Si anak pun berhasil melarikan diri dari tawanan musuh sambil membawa beberapa ekor kambing milik sang musuh tadi. Atas hal itu, turunlah ayat di atas. (HR. Ibnu Mardawaih).

Ucapan hauqalah adalah salah satu bentuk ucapan zikir yang diajarkan oleh baginda Nabi SAW. Efeknya, seorang Mukmin yang memperbanyak zikir tersebut, maka ia akan memperoleh pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.

Bahkan Rasulullah SAW mengibaratkan bacaan hauqalah ini laksana harta kekayaan surga. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits dari Abi Musa, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Maukah kamu aku tunjukkan harta kekayaan dari sekian kekayaan Surga ?” Aku jawab: “Tentu wahai Rasul!” Beliau bersabda: “wa laa haula wa laa quwwata illaa billah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kalimat ini begitu ringan diucapkan namun khasiatnya sungguh tak terbayangkan. Tentu dalam mengucapkan semua kalimat thayyibah haruslah disertai dengan rasa mendekatkan diri kepada Allah. Menyadari dengan sepenuh hati akan posisi diri di hadapan Sang Maha Agung dan Maha Mengawasi. Tanpa ada rasa yang demikian maka ucapan itu hanyalah sekadar ucapan tanpa membekas dalam hati.

Dalam redaksi yang lain juga ada tambahan al’‘aliyyil azhīmi. Lengkapnya lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi:“Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.”

Syekh M Nawawi Al-Bantani menyebutkan, “Salah satu keistimewaan lafal hauqalah adalah apa yang disebutkan di dalam Fawaidus Syarji, yaitu hadis riwayat Ibnu Abid Dunya dengan sanad tersambung hingga Rasulullah SAW bahwa ia bersabda, ‘Siapa saja yang membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi setiap hari sebanyak 100 kali, maka ia selamanya takkan ditimpa oleh kefakiran,’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 5).

Menurut Syaikh Nawawi, hauqalah merupakan lafal yang baik dibaca ketika seseorang tengah dirundung kesulitan dan kebuntuan.

“Diriwayatkan di dalam hadis juga bahwa bila kebimbangan hinggap di hati seseorang lalu ia membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi sebanyak 300 kali, niscaya Allah membukakan jalan keluar baginya, maksudnya Allah mengurangi beban kesulitannya. Hal ini disebutkan oleh guru kami, Syekh Yusuf dalam hasyiyah Mi’raj-nya,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 5).

Lafal hauqalah ini merupakan bacaan baik atau kalimah thayyibah yang memang seharusnya dilazimkan oleh lidah kita sebagai umat Islam. Dengan kelaziman pada bacaan lafal ini, kita berharap Allah membuka jalan keluar atas kebuntuan masalah yang tengah kita hadapi.

Menutup 99 Pintu Kemudharatan
Kalimat hauqala merupakan bagian dari perbendaharaan surga. Dan manfaatnya adalah dapat menolak atau menutup pintu kemudharatan atau sesuatu yang dapat membahayakan.

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa kemudharatan (keburukan) itu ada 99 pintu, di mana yang paling rendah adalah merasa gelisah dan juga merasa fakir.

Merasa gelisah berarti merasa galau dalam hati disebabkan oleh masalah yang sedang menimpanya. Atau kekahawatiran yang berlebihan terhadap sesuatu yang akan dialaminya.

Maka dengan mengucapkan kalimat hauqala ini dengan sepenuh hati akan menjadikan rasa galau tersebut menjadi sirna. Karena akan dapat mengembalikan suasana hati untuk senantiasa pasrah terhadap keadaan apapun yang menimpa.

Semua itu akan dijalaninya dengan penuh optimis dan prasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alhamdulillahi ‘ala kulli haal segala puji bagi Allah atas setiap keadaan.

Merasa fakir juga demikian. Khawatir terhadap kefakiran yang akan dialaminya. Seolah rezeki Allah akan berhenti atau semakin merasa kecil saja anugerah yang diberikan kepada kita. Padahal jika jatah rezeki sudah habis tentu seseorang akan meninggal dunia, karena sudah tidak ada lagi jatah rezekinya. ( )

Demikian pula jika mengalami kesempitan rezeki, maka hal itu bukanlah sebagai seolah hukuman baginya. Akan tetapi hal itu adalah bagian dari sesuatu yang harus diambil hikmah untuk terus taat kepada Allah, tanpa juga harus berkurang ketaatan kepada-Nya. (

Sehingga kalimat laa haula walaa quwwata illaa billah merupakan kalimat ‘sakti’ untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan ini.

Sungguh tatkala seorang hamba mampu bersandar kepada Allah dengan sebenar-benarnya bersandar, maka kebahagiaanlah yang akan dirasakan dan jauh dari rasa gundah-gulana atau geliasah atau dalam bahasa sekarang adalah galau.

Dalam hal ini sebagaimana firman Allah:

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (QS at Taubah: 129).

Banyak hadis yang berkaitan dengan kalimat hauqala ini. Semuanya menjelaskan tentang manfaat kalimat ini jika dibaca dengan penuh kesadaran dan penghayatan.

Dan itulah wujud dari sekian banyak bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, tinggal bagaimana seorang hamba mampu memanfaatkan dengan baik semua ijazah wirid yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkn Imam Thabrani dan Ibnu ‘Asakir yang lain yang juga bersumber dari Abu Hurairah. Rasulullah bersabda: “Wa man abtha’a ‘anhu rizkuhu falyuktsir min qauli laa haula walaa quwwata illa billah. Barang siapa yang merasa mulai sempit rezekinya maka perbanyaklah membaca laa haula wa laa quwwata illa billah.

Mencermati kekuatan dan keutamaan zikir tersebut, maka seberat dan sebesar apa pun masalah atau problematika hidup yang menimpa diri kita, tentu ada jalan keluarnya. Tak terkecuali, kesulitan demi kesulitan yang dihadapi bangsa kita saat ini. Oleh sebab itu,selain memerlukan langkah-langkah strategis yang bersifat teknis, kekuatan zikir kepada Allah tidak bisa diabaikan.

Sebab ziki-zikir yang kita amalkan, seperti zikir hauqalah yang diajarkan Rasulullah SAW di atas sejatinya dapat memudahkan turunnya pertolongan dari Allah. Pertolongan dan kebaikan (rezeki) yang tidak disangka-sangka.
Walla'alam
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2444 seconds (0.1#10.140)