Sekilas Tak Masuk Akal, Inilah Mukasyafah yang Dialami Para Wali (1)
loading...
A
A
A
Mukasyafah adalah ketersingkapan rahasia Ilahi yang tersembunyi (ghaib). Mukasyafah berasal dari kata "kasyafa-yaksyifu" berarti menyingkap atau menampilkan.
Mukasyafah ini hanya diberikan kepada orang-orang yang mencapai makam wara', zuhud, tawakkal dan ridha. Mereka adalah kaum sholihin, para waliyullah (wali), ulama sufi.
(Baca Juga: Salah Satu Ciri Waliyullah Lisannya Senantiasa Berzikir)
Perlu diketahui, keberadaan para wali Allah di muka bumi bukanlah sesuatu yang aneh dan mustahil. Ada banyak dalil yang menjelaskan hal itu. Allah Ta'ala berfirman: "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS Yunus Ayat 62-64)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhya Allah Ta'ala berfirman: 'Siapa yang memusuhi wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi." (HR Al-Bukhari).
Berikut beberapa Mukasyafah yang dialami para Waliyullah dikutip dari pendahuluan Kitab "Al-Tabaqat Al-Kubra" karya Imam 'Abdul Rauf Al-Munawi dan juga dalam Kitab "Mawaqi’ Al-Nujum karya "Syaikh Al-Akbar".
Ada wali yang mampu menyingkap alam gaib, hingga dinding dan kegelapan tidak menghalanginya untuk melihat apa yang dilakukan orang-orang di dalam rumah mereka.
Ada wali yang ketika berjumpa dengan pezina, pemabuk, pencuri, pencela, atau orang yang suka berbuat zalim, ia melihat goresan tanda hitam pada anggota tubuh mereka yang melakukan maksiat. Imam Ali Abi Ya'zi, guru Ibnu 'Arabi, termasuk wali yang menempati maqam ini. Mukasyafah ini khusus bagi orang yang bersifat wara' (orang yang benar-benar menjauhi maksiat dan syubhat).
Ada wali yang jika ada orang yang ribut atau diam di majelisnya, ia mengetahui derajat dan apa yang akan terjadi dengan orang itu. Kenyataannya sesuai dengan apa yang dikatakan wali itu, dan ia selamanya tidak akan salah.
Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki ribut di majelis Abu Madyan, lalu orang itu disuruh keluar. Abu Madyan berkata: "Kamu akan melihat keadaannya setahun kemudian." Sebagian orang yang hadir meminta penjelasan, lalu Abu Madyan berkata, "Ia akan menganggap dirinya Imam Mahdi." Dua puluh tahun kemudian, apa yang dikatakan Abu Madyan terjadi. Kemampuan ini berasal dari ilmu ladunni.
Ada wali yang tatkala bangun tidur, di hadapannya sudah tersedia minuman dari madu, susu, dan air, lalu ia meminumnya.Ada wali yang mampu mengetahui alam ruhani yang berbeda dengan alam fisik, tetapi ia tidak menggelutinya.
Ada wali yang mampu mengetahui rahasia batu-batu mineral, dan semacamnya. Ia mengetahui khasiat, rahasia, dan bahaya dari batu-batu itu.(Baca Juga: Begini Ciri-ciri Wali Allah Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani)
Ada wali yang dianugerahi maqam bisa memahami Allah dan mendengar tanda-tanda kekuasaan-Nya, sehingga ia bisa mendengar ucapan benda-benda mati. Apakah kemampuan itu termasuk hal yang biasa atau luar biasa tergantung pada tingkatan pemahaman terhadap ucapan benda mati.
Yang termasuk hal luar biasa ada dua macam. Pertama, merujuk pada orang yang mendengarnya, yakni kemampuan memahami hakikat ucapan benda mati. Kedua, merujuk pada ucapan benda-mati itu sendiri melalui karamah, misalnya bertasbihnya kerikil di telapak tangan sebagian sahabat. Apabila seorang hamba memperoleh maqam ini, maka ia akan mendengar semua benda mati bertasbih dengan bahasa yang jelas seperti bahasa manusia.
Ada wali yang dianugerahi kemampuan menyingkap dunia tumbuh-tumbuhan. Semua tumbuhan dan rumput memberitahukan kepada wali itu sari-sari yang dikandungnya baik yang berbahaya atau yang berkhasiat. Tumbuh-tumbuhan itu berkata, "Hai hamba Allah, khasiatku begini dan bahayaku begini."
Ada wali yang dikaruniai kemampuan bergaul dengan binatang. Binatang-binatang mengucapkan salam kepadanya dengan bahasayang jelas dan memberitahunya tentang khasiat-khasiat yang dikandungnya.
Ada wali yang diberi kemampuan menyibak perjalanan hidup orang yang masih hidup, rahasia-rahasia yang diberikan kepada orang itu sesuai dengan keadaannya, dan bagaimana perkembangan ibadahnya dalam perjalanan hidupnya itu.
Ada wali yang diberi kemampuan melihat hal-hal yang tidak mungkin melalui jentera dan merubah yang kasar menjadi lembut dan sebaliknya. Kemudian, ada wali yang diberi kemampuan meramalkan hal-hal jelek yang akan terjadi, lalu ia meminta dihindarkan sehingga ia tidak terkena hal buruk itu. Ada juga wali yang diberi kemampuan ilmu astrologi dan cara-cara yang sistematis dan menyeluruh.
[Baca Juga: Apakah Seorang Wali Dapat Mengetahui Kewalian Dirinya? (Bagian 2)]
Wallahu A'lam
(Bersambung)!
Mukasyafah ini hanya diberikan kepada orang-orang yang mencapai makam wara', zuhud, tawakkal dan ridha. Mereka adalah kaum sholihin, para waliyullah (wali), ulama sufi.
(Baca Juga: Salah Satu Ciri Waliyullah Lisannya Senantiasa Berzikir)
Perlu diketahui, keberadaan para wali Allah di muka bumi bukanlah sesuatu yang aneh dan mustahil. Ada banyak dalil yang menjelaskan hal itu. Allah Ta'ala berfirman: "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS Yunus Ayat 62-64)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhya Allah Ta'ala berfirman: 'Siapa yang memusuhi wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi." (HR Al-Bukhari).
Berikut beberapa Mukasyafah yang dialami para Waliyullah dikutip dari pendahuluan Kitab "Al-Tabaqat Al-Kubra" karya Imam 'Abdul Rauf Al-Munawi dan juga dalam Kitab "Mawaqi’ Al-Nujum karya "Syaikh Al-Akbar".
Ada wali yang mampu menyingkap alam gaib, hingga dinding dan kegelapan tidak menghalanginya untuk melihat apa yang dilakukan orang-orang di dalam rumah mereka.
Ada wali yang ketika berjumpa dengan pezina, pemabuk, pencuri, pencela, atau orang yang suka berbuat zalim, ia melihat goresan tanda hitam pada anggota tubuh mereka yang melakukan maksiat. Imam Ali Abi Ya'zi, guru Ibnu 'Arabi, termasuk wali yang menempati maqam ini. Mukasyafah ini khusus bagi orang yang bersifat wara' (orang yang benar-benar menjauhi maksiat dan syubhat).
Ada wali yang jika ada orang yang ribut atau diam di majelisnya, ia mengetahui derajat dan apa yang akan terjadi dengan orang itu. Kenyataannya sesuai dengan apa yang dikatakan wali itu, dan ia selamanya tidak akan salah.
Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki ribut di majelis Abu Madyan, lalu orang itu disuruh keluar. Abu Madyan berkata: "Kamu akan melihat keadaannya setahun kemudian." Sebagian orang yang hadir meminta penjelasan, lalu Abu Madyan berkata, "Ia akan menganggap dirinya Imam Mahdi." Dua puluh tahun kemudian, apa yang dikatakan Abu Madyan terjadi. Kemampuan ini berasal dari ilmu ladunni.
Ada wali yang tatkala bangun tidur, di hadapannya sudah tersedia minuman dari madu, susu, dan air, lalu ia meminumnya.Ada wali yang mampu mengetahui alam ruhani yang berbeda dengan alam fisik, tetapi ia tidak menggelutinya.
Ada wali yang mampu mengetahui rahasia batu-batu mineral, dan semacamnya. Ia mengetahui khasiat, rahasia, dan bahaya dari batu-batu itu.(Baca Juga: Begini Ciri-ciri Wali Allah Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani)
Ada wali yang dianugerahi maqam bisa memahami Allah dan mendengar tanda-tanda kekuasaan-Nya, sehingga ia bisa mendengar ucapan benda-benda mati. Apakah kemampuan itu termasuk hal yang biasa atau luar biasa tergantung pada tingkatan pemahaman terhadap ucapan benda mati.
Yang termasuk hal luar biasa ada dua macam. Pertama, merujuk pada orang yang mendengarnya, yakni kemampuan memahami hakikat ucapan benda mati. Kedua, merujuk pada ucapan benda-mati itu sendiri melalui karamah, misalnya bertasbihnya kerikil di telapak tangan sebagian sahabat. Apabila seorang hamba memperoleh maqam ini, maka ia akan mendengar semua benda mati bertasbih dengan bahasa yang jelas seperti bahasa manusia.
Ada wali yang dianugerahi kemampuan menyingkap dunia tumbuh-tumbuhan. Semua tumbuhan dan rumput memberitahukan kepada wali itu sari-sari yang dikandungnya baik yang berbahaya atau yang berkhasiat. Tumbuh-tumbuhan itu berkata, "Hai hamba Allah, khasiatku begini dan bahayaku begini."
Ada wali yang dikaruniai kemampuan bergaul dengan binatang. Binatang-binatang mengucapkan salam kepadanya dengan bahasayang jelas dan memberitahunya tentang khasiat-khasiat yang dikandungnya.
Ada wali yang diberi kemampuan menyibak perjalanan hidup orang yang masih hidup, rahasia-rahasia yang diberikan kepada orang itu sesuai dengan keadaannya, dan bagaimana perkembangan ibadahnya dalam perjalanan hidupnya itu.
Ada wali yang diberi kemampuan melihat hal-hal yang tidak mungkin melalui jentera dan merubah yang kasar menjadi lembut dan sebaliknya. Kemudian, ada wali yang diberi kemampuan meramalkan hal-hal jelek yang akan terjadi, lalu ia meminta dihindarkan sehingga ia tidak terkena hal buruk itu. Ada juga wali yang diberi kemampuan ilmu astrologi dan cara-cara yang sistematis dan menyeluruh.
[Baca Juga: Apakah Seorang Wali Dapat Mengetahui Kewalian Dirinya? (Bagian 2)]
Wallahu A'lam
(Bersambung)!
(rhs)