Inilah Alasan Mengapa Seorang Muslim Wajib Berbaik Sangka pada Allah SWT

Jum'at, 25 Desember 2020 - 05:43 WIB
loading...
Inilah Alasan Mengapa Seorang Muslim Wajib Berbaik Sangka pada Allah SWT
Seorang hamba yang mengingat Allah, maka Allah mengingat hamba itu lebih daripada hamba itu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Foto ilustrasi/ist
A A A
Di antara akhlak muslim adalah berhusnudzan (senantiasa berbaik sangka) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini merupakan nikmat yang sangat tinggi nilainya . Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengikuti persangkaan hamba terhadap diriNya. Dan tentunya adab seorang hamba kepada penciptanya adalah berbaik sangka, tidak berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ustadz Abu Ihsan Al Atsary dalam ceramah yang diunggah di laman facebooknya menjelaskan, berbaik sangka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Rabb yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang memperlakukan secara adil hamba-hambaNya, yang memberikan rezeki kepada hamba-hambaNya, yang mengatur kehidupan mereka. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah berkata:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي

“Aku akan memperlakukan hambaKu sesuai dengan sangkaannya terhadap diriKu. Aku akan bersamanya apabila ia mengingatKu.”

(Baca juga: Sepuluh Macam Siksaan di Akhirat Bagi Perempuan )

Dai yang rutin mengisi kanal dakwah Rodja tersebut mengatakan, hadis Qudsi di atas menjelaskan bahwa itu adalah keadilan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah akan dekat kepada orang-orang yang mendekatkan diri kepadaNya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bersama hamba selama hamba itu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي

“Jika hambaKu itu mengingatKu pada dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diriKu.”

وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“Apabila ia mengingatKu dalam satu kumpulan, maka Aku akan mengingatnya dalam kumpulan yang lebih baik daripadanya.”

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا

“Jika hambaKu itu mendekat kepadaKu sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta.”

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا

“Jika ia mendekat kepadaKu sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepa.”

وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

“Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari)

(Baca juga: Tidak Thuma'ninah, Dianggap Belum Salat )

Maksud dari hadis ini adalah Allah akan membalas kebaikan hamba lebih daripada yang dilakukan hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya setiap kebaikan Allah balas dengan balasan yang lebih baik daripada kebaikan yang kita kerjakan.

Seorang hamba yang mengingat Allah, maka Allah mengingat hamba itu lebih daripada hamba itu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila hamba itu mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan lebih dekat kepada hamba itu daripada hamba itu mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Balasan Allah lebih baik daripada kebaikan yang dilakukan oleh hamba itu kepada Rabbnya.

(Baca juga: Kekhususan Mendidik Anak Perempuan, Allah Ganjar dengan Pahala Besar )

Ini menunjukkan kepada kita bahwa berbaik sangka kepada Allah itu merupakan dasar keimanan yang perlu dimiliki oleh setiap muslim. Bahwa iman tidak akan tegak, tidak akan berdiri kokoh tanpa tiang ini, yaitu husnuzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tauhid tidak akan lurus kalau tidak dibarengi dengan husnudzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Iman kepada takdir tidak akan sempurna tanpa berhusnudzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ada tiga alasan mengapa seorang muslim wajib berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

1. Perlakuan Allah sesuai dengan sangkaan hambanya

Perlakuan Allah itu sesuai dengan sangkaan hambaNya terhadap diriNya. Dalam hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah mengatakan:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ

“Aku akan mengikuti persangkaan hamba-hambaKu terhadap diriKu. Jika ia berprasangka baik terhadapKu, niscaya ia akan mendapatkan kebaikan (baginya kebaikan seperti yang dilakukan terhadap diriKu). Sebaliknya juga, apabila dia berprasangka buruk terhadapKu, niscaya dia akan mendapatkan keburukan itu.” (HR. Ahmad)

(Baca juga: Mutasi Baru di Afrika Selatan, Virus Corona Incar Anak Muda )

Ini alasan pertama mengapa setiap muslim wajib berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tentunya ini merupakan dasar dari iman kepada takdir.

2. Allah sangat menyayangi hambanya

Allah adalah Rabb yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Itulah kalimat pertama pembuka surat Al-Fatihah dan pembuka surat-surat yang lainnya. Dimulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bahwa Allah itu kasih dan sayang kepada hamba-hambaNya. Bahkan kasih sayang Allah atas hamba-hambaNya melebihi sayang mereka atas diri mereka sendiri.

Itulah mengapa tiap hamba wajib berbaik sangka terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah lebih sayang kepada diri kita daripada kita menyayangi diri kita sendiri. Buktinya Allah turunkan perintah dan larangan untuk kebaikan kita, tapi apa yang kita pilih untuk diri kita? Kita melanggar perintah dan larangan itu yang sebenarnya itu untuk kebaikan, tetapi kita justru menghendaki keburukan atas diri kita. Itu bukti yang nyata bahwa Allah lebih sayang kepada kita daripada kita terhadap diri kita sendiri.

(Baca juga: MUI Sampaikan 7 Poin Tausiyah Akhir Tahun 2020, Ini Isinya )

Setiap orang tentu akan berusaha untuk melakukan yang paling baik untuk dirinya sendiri. Dan Allah memperlakukan kita lebih daripada memperlakukan diri kita sendiri. Tapi begitulah manusia, karena nafsunya, karena keburukan yang ada di dalam dirinya, mendorongnya untuk berbuat buruk. Maka kita berlindung dari keburukan perbuatan-perbuatan kita, dari keburukan jiwa-jiwa kita.

Dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melihat seorang tawanan perempuan yang terpisah dari bayinya. Seorang ibu kehilangan bayi, ini adalah ibu yang malang, dia pasti sangat terpukul dan bersedih. Tidak ada kesedihan yang melebihi kesedihan seorang ibu kehilangan anak.

Setiap kali melihat bayi di tengah-tengah tawanan itu ia langsung meraih dan mendekat ke dadanya, dia kira itu bayinya. Maka perempuan itu terus berkeliling mencari bayinya. Tatkala telah menemukannya, ia langsung mendekat lalu menyusuinya. Nabi lalu berkata kepada para sahabat: “Apakah menurut kalian wanita itu tega melemparkan anaknya ke dalam api?” Mereka menjawab: “Tidak Wahai Rasulullah.” Maka Nabi berkata: “Demi Allah, sungguh sayangnya Allah kepada para hamba jauh lebih besar daripada sayangnya wanita itu kepada bayinya.”

(Baca juga: Sejalan dengan Muhammadiyah, Bank Syariah Indonesia Ingin Majukan UMKM )

Maka Allah katakan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah turunkan Al-Qur’an ini, Allah turunkan syariat untuk agar manusia itu menjadi lebih baik kehidupan.

طه ﴿١﴾ مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ ﴿٢﴾

“Thaahaa. Tidaklah Kami turunkan Al-Qur’an agar membuat kamu jadi susah.” (QS. ThaHa: 1-2)

Allah turunkan Al-Qur’an ini untuk kemudahan hidup manusia, karena Allah sayang kepada hamba-hambaNya. Allah perintahkan kita kepada yang baik-baik dan mencegah kita dari hal-hal yang buruk, Allah turunkan perintah dan larangan, Allah turunkan hukum halal dan haram, semua itu untuk kebaikan umat manusia. Allah haramkan beberapa makanan-makanan yang mudharat; babi, bangkai, darah, itu karena mengandung keburukan-keburukan.

Demikian syariat ini diturunkan Allah sebagai wujud kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hambaNya.

3.Allah sangat gembira dengan taubat hambanya

Ketika seorang hamba berbuat dosa, melanggar apa yang Allah perintahkan, melakukan apa yang justru Allah larang, tidak mengindahkan aturan halal dan haram, tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban, berbuat dzalim baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala marah, tapi Allah akan sangat gembira apabila hamba itu mau bertaubat.

(Baca juga: Libur Hari Natal, Jabodebek Diprakirakan Turun Hujan Siang dan Malam Hari )

Selama nyawa belum sampai ke kerongkongan, selama matahari masih terbit dari sebelah timur, belum terbit dari sebelah barat, maka Allah masih membuka pintu taubat bagi hamba-hambaNya. Sebesar apapun dosa itu, sampai dosa syirik sekalipun, ini adalah dosa yang paling Allah benci, Allah akan ampuni hamba itu selama hamba itu mau minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka Allah menyeru orang-orang yang beriman:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّـهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Juga firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّـهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

Allah mengajak kita untuk bertaubat kepadaNya dan Allah akan menerima taubat hamba-hambaNya. Karena salah satu nama Allah adalah At-Tawwab dan dibarengi dengan nama Ar-Rahim. Allah Maha Menerima Taubat lagi menyayangi hamba-hambaNya.

(Baca juga: Libur Nataru, Penumpang Kapal Turun Hingga 60% Akibat Pandemi COVID-19 )

Artinya Allah menerima taubat itu, Allah akan menghapus hukuman ataupun balasan yang harusnya diterima oleh hamba itu dengan taubatnya. Maka Nabi mengatakan:

التَّوْبَةُ تَجُبُّ مَا قَبْلَهَا

“Taubat itu akan menghapus apa-apa yang terjadi sebelumnya (yaitu dari kesalahan-kesalahan kita).” (HR. Bukhari)

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1518 seconds (0.1#10.140)