10 Sifat Salik dan Peraih Tujuan Rohani, Menurut Syaikh Abdul Qadir
loading...
A
A
A
Mengenai orang kecil, sang hamba berkata, “Orang ini tak menentang Allah, sedang aku menentang-Nya; sungguh ia lebih baik dariku.”
Mengenai orang besar, sang hamba berkata, “Orang ini telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku.”
Mengenai orang alim, sang hamba berkata, “Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak kuperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui, dan ia bertindak dengan pengetahuan.”
Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata, “Orang ini tak mematuhi-Nya karena tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan kutak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya.”
Mengenai orang kafir, sang hamba berkata, “Entahlah, mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tak beriman.”
Inilah pintu kasih sayang dan ketakutan. Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah.
Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan rohani tercampakkan.
Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama.
"Ia tak menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan," demikian Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
Mengenai orang besar, sang hamba berkata, “Orang ini telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku.”
Mengenai orang alim, sang hamba berkata, “Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak kuperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui, dan ia bertindak dengan pengetahuan.”
Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata, “Orang ini tak mematuhi-Nya karena tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan kutak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya.”
Mengenai orang kafir, sang hamba berkata, “Entahlah, mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tak beriman.”
Inilah pintu kasih sayang dan ketakutan. Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah.
Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan rohani tercampakkan.
Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama.
"Ia tak menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan," demikian Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
(mhy)