Abu Nawas Jalankan Perintah Baginda Mengajar Lembu Mengaji
loading...
A
A
A
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).
HARI itu Abu Nawas agak santai setelah sibuk memanen kentang. Tiba-tiba pegawai istana datang. “Tuan Abu Nawas …” kata pegawai istana itu sesampai di rumah Abu Nawas. “Tuan Hamba dipersilahkan Baginda Raja datang ke istana hari ini juga.”
Setelah sedikit berdandan, Abu Nawas meluncur ke Istana. Tidak terlalu jauh. Hanya setengah jam saja sudah sampai.
( )
“Hai Abu Nawas...” ujar Sultan begitu Abu Nawas menampakkan batang hidungnya. “Tahukah kamu mengapa kamu aku panggil kemari?"
Abu Nawas hanya cengok saja, menanti titah selanjutnya Baginda.
"Aku minta tolong kepadamu untuk mengajari lembuku supaya bisa mengaji Al-Qur’an. Jika lembu itu tidak dapat mengaji, niscaya aku akan menyuruh mereka membunuh kamu.”
(
)
Abu Nawas garuk-garuk kepala. Akhirnya ia pun menyanggupi. “Baiklah Tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas. “Titah tuanku patik junjung di atas kepala patik,” tutur Abu Nawas takzim.
Selanjutnya Badinda menyurun Abu Nawas pulang dengan menuntun seekor lembu. Sesampai di rumah lembu itu diikat erat-erat pada sebatang pohon kurma.
Esok harinya Abu Nawas mulai memukul lembu itu dengan sebuah cambuk rotan sampai setengah mati. Ketika binatang itu hampir mengamuk, Abu Nawas mengucapkan kata “atau”, “atau”, “atau”.
(
)
Perkataan itulah yang diajarkan Abu Nawas kepada lembu itu sambil tetap mengayunkan cambukannya tanpa henti. Pekerjaan itu ia lakukan setiap hari pagi sampai tengah hari dan dari zuhur sampai maghrib selama beberapa hari sehingga tidak terpikirkan untuk menghadap ke istana.
Setengah bulan kemudian baginda menyuruh seorang hamba melihat ke rumah Abu Nawas, apakah dia mampu mengajari lembu itu mengaji atau tidak.
Apa yang disaksikan oleh hamba sahaya tadi di rumah Abu Nawas, tiada lain cambukan yang dilancarkan oleh Abu Nawas ke badan lembu itu sambil berkata ”atau, “atau, “atau” sampai binatang itu kesakitan setengah mati. Maka dilaporkanlah hal itu kepada Baginda Sultan.
(
)
“Mohon ampun baginda,” kata hamba sahaya itu sesampai di Istana. “Patik lihat Abu Nawas sedang mengajar lembu itu di belakang rumah dengan sebuah cambuk rotan yang besar. Jika tali pengikatnya tidak kuat pastilah lembu itu lepas dan mengamuk, yang diajarkan tidak lain hanyalah tiga patah kata , yaitu “atau”, “atau”, “atau”.
Baginda terheran-heran mendengar laporan itu, setelah berpikir sejenak baginda bertitah, “Panggil kemari Abu Nawas sekarang juga, aku mau tahu apakah lembu itu sudah bisa mengaji atau belum.”
Tidak lama kemudian Abu Nawas pun sampai di Istana, ia pun datang menyembah.
HARI itu Abu Nawas agak santai setelah sibuk memanen kentang. Tiba-tiba pegawai istana datang. “Tuan Abu Nawas …” kata pegawai istana itu sesampai di rumah Abu Nawas. “Tuan Hamba dipersilahkan Baginda Raja datang ke istana hari ini juga.”
Setelah sedikit berdandan, Abu Nawas meluncur ke Istana. Tidak terlalu jauh. Hanya setengah jam saja sudah sampai.
( )
“Hai Abu Nawas...” ujar Sultan begitu Abu Nawas menampakkan batang hidungnya. “Tahukah kamu mengapa kamu aku panggil kemari?"
Abu Nawas hanya cengok saja, menanti titah selanjutnya Baginda.
"Aku minta tolong kepadamu untuk mengajari lembuku supaya bisa mengaji Al-Qur’an. Jika lembu itu tidak dapat mengaji, niscaya aku akan menyuruh mereka membunuh kamu.”
(
Baca Juga
Abu Nawas garuk-garuk kepala. Akhirnya ia pun menyanggupi. “Baiklah Tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas. “Titah tuanku patik junjung di atas kepala patik,” tutur Abu Nawas takzim.
Selanjutnya Badinda menyurun Abu Nawas pulang dengan menuntun seekor lembu. Sesampai di rumah lembu itu diikat erat-erat pada sebatang pohon kurma.
Esok harinya Abu Nawas mulai memukul lembu itu dengan sebuah cambuk rotan sampai setengah mati. Ketika binatang itu hampir mengamuk, Abu Nawas mengucapkan kata “atau”, “atau”, “atau”.
(
Baca Juga
Perkataan itulah yang diajarkan Abu Nawas kepada lembu itu sambil tetap mengayunkan cambukannya tanpa henti. Pekerjaan itu ia lakukan setiap hari pagi sampai tengah hari dan dari zuhur sampai maghrib selama beberapa hari sehingga tidak terpikirkan untuk menghadap ke istana.
Setengah bulan kemudian baginda menyuruh seorang hamba melihat ke rumah Abu Nawas, apakah dia mampu mengajari lembu itu mengaji atau tidak.
Apa yang disaksikan oleh hamba sahaya tadi di rumah Abu Nawas, tiada lain cambukan yang dilancarkan oleh Abu Nawas ke badan lembu itu sambil berkata ”atau, “atau, “atau” sampai binatang itu kesakitan setengah mati. Maka dilaporkanlah hal itu kepada Baginda Sultan.
(
Baca Juga
“Mohon ampun baginda,” kata hamba sahaya itu sesampai di Istana. “Patik lihat Abu Nawas sedang mengajar lembu itu di belakang rumah dengan sebuah cambuk rotan yang besar. Jika tali pengikatnya tidak kuat pastilah lembu itu lepas dan mengamuk, yang diajarkan tidak lain hanyalah tiga patah kata , yaitu “atau”, “atau”, “atau”.
Baginda terheran-heran mendengar laporan itu, setelah berpikir sejenak baginda bertitah, “Panggil kemari Abu Nawas sekarang juga, aku mau tahu apakah lembu itu sudah bisa mengaji atau belum.”
Tidak lama kemudian Abu Nawas pun sampai di Istana, ia pun datang menyembah.