Cara Rasulullah Membaca Al-Qur'an Memukau Sahabat
loading...
A
A
A
Salah satu amalan yang kelak memberi syafa'at (pertolongan) pada hari Kiamat adalah membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya. Dalam hadis lain, Nabi bersabda bahwa setiap huruf yang dibaca dari kitabullah mendapat ganjaran 10 kebaikan dari Allah Ta'ala.
Sebenarnya ada 4 tingkatan membaca Al-Qur'an di antaranya Tahqiq (lambat/pelan); Tartil (perlahan); Tadwir (sedang/antara perlahan dan cepat); dan Hadr (cepat). Adapun ilmu seni (Naghom) membaca Al-Qur'an terbagi dalam 7 varian. Para Qari Indonesia biasanya melantunkan ayat Al-Qur'an dengan maqam Arabiah yaitu Bayati, Hijaz, Shobah, Rost, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand. Masing-masing memiliki kelebihan dan keindahan irama.
Muncul pertanyaan, bagaimana cara Rasulullah صلى الله عليه وسلم membaca Al-Qur'an? Dalam satu hadis yang diriwayatkan Imam Al-Hakim, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu, karena sesungguhnya suara yang bagus (indah) akan menjadikan bacaan Al-Qur'an bertambah bagus pula."
Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah seorang Nabi pembawa risalah sekaligus Qari' terhebat. Dalam satu riwayat disebutkan, beliau mampu mendengungkan suara yang indah tatkala membaca Al-Qur'an. Suatu ketika beliau pernah mendengungkan suaranya dengan irama yang sangat memukau.
"Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Mis'ar dari 'Adi bin Ṡabit dia berkata, "Saya mendengar al-Bara' bin 'Azib berkata, "Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam Salat Isya membaca Surat at-Tin waz-Zaituun dan tidaklah saya mendengar suara yang lebih bagus daripadanya." (HR Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa suara bacaan Nabi terdengar begitu indah dan merdu. Kemerduan suara Rasulullah membuat kagum Al-Barra Ibn Azib hingga menyatakan bahwa tidak ada orang yang mampu menandingi keindahan suara dari bacaan beliau.
Begitu juga dengan unta yang ditunggangi Abdullah Ibn Mughaffal terperanjat karena mendengar keindahan suara Rasulullah ketika melantunkan Surah Al-Fath. Saat itu, Nabi membacanya dengan lembut dan dengan suara mendayu seperti terulang huruf-hurufnya (tarji'),yaitu melafalkan huruf Alif (ا) seperti terulang tiga kali." (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga menyukai suara merdu bacaan Al-Qur'an para sahabatnya. Salah satu sahabat yang dikenal memiliki suara indah adalah Abu Musa Al-Asy'ari. Nabi menjuluki Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu dengan "Seruling Nabi Daud". Suara Abu Musa yang sangat merdu itu membuat Rasulullah kagum dan memujinya.
Perintah Membaca Al-Qur'an dengan Tartil
Kita akan mengulas cara membaca Al-Qur'an dengan tartil sebagaimana pesan Allah dalam Al-Qur'an. Seseorang pernah bertanya kepada Ummul Mu'minin, Ummu Salamah "Bagaimanakah Rasulullah صلى الله عليه وسلم membaca Al-Qur'an?" Beliau menjawab, "Rasulullah menunaikan setiap harakatnya; Fathah, dhammah, dan kasrah dibaca dengan sangat jelas. Juga setiap hurufnya dibaca dengan sangat jelas. Juga setiap hurufnya dibaca dengan terang dan jelas."
Tartil menurut arti kata adalah perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Membaca secara perlahan akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi maknanya.
Membaca dengan tartil itu mustahab, walaupun tidak dipahami artinya. Ibnu Abbas berkata, "Membaca Surat Al-Qari'ah dan Idzaa Zulzilat... dengan tartil lebih baik bagiku daripada membaca Al-Qur'an Al-Baqarah atau Ali Imran tanpa tartil."
Syekh Abdul Aziz menulis di dalam tafsirnya bahwa arti asal tartil adalah membaca dengan terang dan jelas. Sedangkan artinya menurut syar'i adalah membaca Al-Qur'an dengan tertib seperti di bawah ini:
1. Setiap huruf harus diucapkan dengan makhraj yang benar, sehingga ط (tho’) tidak dibaca تَ (ta’) dan ضَ (dho') tidak dibaca ظ (zho).
2. Berhenti pada tempat yang benar, sehingga ketika memutuskan atau melanjutkan bacaan tidak dilakukan di tempat yang salah.
3. Membaca semua harakat dengan benar, yakni menyebut fathah, kasrah dan dhammah dengan perbedaan yang jelas.
4. Mengeraskan suara sampai terdengar oleh telinga kita, sehingga Al-Qur'an dapat mempengaruhi hati.
5. Memperindah suara agar timbul rasa takut kepada Allah, sehingga mempercepat pengaruh ke dalam hati. Orang yang membaca dengan rasa takut kepada Allah, hatinya akan lebih cepat tepengaruh serta menguatkan nurani dan menimbulkan kesan yang mendalam di hati kita.
6. Membaca dengan sempurna dan jelas setiap tasydid dan madnya. Jika membaca dengan lebih jelas, maka akan menimbulkan keagungan Allah serta mempercepat masuknya kesan dalam hati kita.
7. Memenuhi hak ayat-ayat rahmat dan ayat-ayat yang mengandung azab.
"Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS Al- Muzzammil Ayat 4)
Baca Juga: Keutamaan Membaca Al-Qur'an dengan Mushaf
Wallahu A'lam
Sebenarnya ada 4 tingkatan membaca Al-Qur'an di antaranya Tahqiq (lambat/pelan); Tartil (perlahan); Tadwir (sedang/antara perlahan dan cepat); dan Hadr (cepat). Adapun ilmu seni (Naghom) membaca Al-Qur'an terbagi dalam 7 varian. Para Qari Indonesia biasanya melantunkan ayat Al-Qur'an dengan maqam Arabiah yaitu Bayati, Hijaz, Shobah, Rost, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand. Masing-masing memiliki kelebihan dan keindahan irama.
Muncul pertanyaan, bagaimana cara Rasulullah صلى الله عليه وسلم membaca Al-Qur'an? Dalam satu hadis yang diriwayatkan Imam Al-Hakim, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu, karena sesungguhnya suara yang bagus (indah) akan menjadikan bacaan Al-Qur'an bertambah bagus pula."
Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah seorang Nabi pembawa risalah sekaligus Qari' terhebat. Dalam satu riwayat disebutkan, beliau mampu mendengungkan suara yang indah tatkala membaca Al-Qur'an. Suatu ketika beliau pernah mendengungkan suaranya dengan irama yang sangat memukau.
"Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Mis'ar dari 'Adi bin Ṡabit dia berkata, "Saya mendengar al-Bara' bin 'Azib berkata, "Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam Salat Isya membaca Surat at-Tin waz-Zaituun dan tidaklah saya mendengar suara yang lebih bagus daripadanya." (HR Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa suara bacaan Nabi terdengar begitu indah dan merdu. Kemerduan suara Rasulullah membuat kagum Al-Barra Ibn Azib hingga menyatakan bahwa tidak ada orang yang mampu menandingi keindahan suara dari bacaan beliau.
Begitu juga dengan unta yang ditunggangi Abdullah Ibn Mughaffal terperanjat karena mendengar keindahan suara Rasulullah ketika melantunkan Surah Al-Fath. Saat itu, Nabi membacanya dengan lembut dan dengan suara mendayu seperti terulang huruf-hurufnya (tarji'),yaitu melafalkan huruf Alif (ا) seperti terulang tiga kali." (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga menyukai suara merdu bacaan Al-Qur'an para sahabatnya. Salah satu sahabat yang dikenal memiliki suara indah adalah Abu Musa Al-Asy'ari. Nabi menjuluki Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu dengan "Seruling Nabi Daud". Suara Abu Musa yang sangat merdu itu membuat Rasulullah kagum dan memujinya.
Perintah Membaca Al-Qur'an dengan Tartil
Kita akan mengulas cara membaca Al-Qur'an dengan tartil sebagaimana pesan Allah dalam Al-Qur'an. Seseorang pernah bertanya kepada Ummul Mu'minin, Ummu Salamah "Bagaimanakah Rasulullah صلى الله عليه وسلم membaca Al-Qur'an?" Beliau menjawab, "Rasulullah menunaikan setiap harakatnya; Fathah, dhammah, dan kasrah dibaca dengan sangat jelas. Juga setiap hurufnya dibaca dengan sangat jelas. Juga setiap hurufnya dibaca dengan terang dan jelas."
Tartil menurut arti kata adalah perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Membaca secara perlahan akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi maknanya.
Membaca dengan tartil itu mustahab, walaupun tidak dipahami artinya. Ibnu Abbas berkata, "Membaca Surat Al-Qari'ah dan Idzaa Zulzilat... dengan tartil lebih baik bagiku daripada membaca Al-Qur'an Al-Baqarah atau Ali Imran tanpa tartil."
Syekh Abdul Aziz menulis di dalam tafsirnya bahwa arti asal tartil adalah membaca dengan terang dan jelas. Sedangkan artinya menurut syar'i adalah membaca Al-Qur'an dengan tertib seperti di bawah ini:
1. Setiap huruf harus diucapkan dengan makhraj yang benar, sehingga ط (tho’) tidak dibaca تَ (ta’) dan ضَ (dho') tidak dibaca ظ (zho).
2. Berhenti pada tempat yang benar, sehingga ketika memutuskan atau melanjutkan bacaan tidak dilakukan di tempat yang salah.
3. Membaca semua harakat dengan benar, yakni menyebut fathah, kasrah dan dhammah dengan perbedaan yang jelas.
4. Mengeraskan suara sampai terdengar oleh telinga kita, sehingga Al-Qur'an dapat mempengaruhi hati.
5. Memperindah suara agar timbul rasa takut kepada Allah, sehingga mempercepat pengaruh ke dalam hati. Orang yang membaca dengan rasa takut kepada Allah, hatinya akan lebih cepat tepengaruh serta menguatkan nurani dan menimbulkan kesan yang mendalam di hati kita.
6. Membaca dengan sempurna dan jelas setiap tasydid dan madnya. Jika membaca dengan lebih jelas, maka akan menimbulkan keagungan Allah serta mempercepat masuknya kesan dalam hati kita.
7. Memenuhi hak ayat-ayat rahmat dan ayat-ayat yang mengandung azab.
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
"Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS Al- Muzzammil Ayat 4)
Baca Juga: Keutamaan Membaca Al-Qur'an dengan Mushaf
Wallahu A'lam
(rhs)