Kuah Berbalas Makjun: Lagi-Lagi Abu Nawas Ngerjain Baginda Raja

Minggu, 17 Mei 2020 - 03:40 WIB
loading...
Kuah Berbalas Makjun: Lagi-Lagi Abu Nawas Ngerjain Baginda Raja
Diam kamu, jangan ngomong kepada siapa-siapa, nanti ku beri kau uang seratus dinar, kata khalifah. Ilustrasi/Ist
A A A
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (

Di mata Khalifah Harun al-Rasyid figur Abu Nawas memang lihai, dia tidak hanya lucu tetapi juga bijaksana sehingga tidak dapat dipandang enteng. Di satu pihak hal itu sangat membanggakan khalifah, tetapi di lain pihak, sangat menjengkelkannya, karena ia suka kurang ajar dan tidak tahu diri. Oleh karena itu baginda tidak pernah berhenti memeras otak untuk dapat membalas Abu Nawas.

( )

Pada suatu hari di bulan Rabiulawal, Baginda Raja tersenyum simpul sendiri sambil bergumam, “Awas kau, Abu Nawas, kali ini pasti kena.”

Seperti biasa, setiap bulan Rabiulawal, Sultan Harun Al-Rasyid menyelenggarakan acara Maulid Nabi di istana. Pada saat itu semua pembesar negeri hadir termasuk putra-putra mahkota dari negeri-negeri sekitarnya, tapi Abu Nawas tidak tampak.

( )

“Panggil dia kemari,” perintah Baginda kepada punggawa.

Setelah Abu Nawas datang menghadap, dimulailah acara hari itu. Semua hadirin dipersilahkan berdiri, kemudian masing-masing disirami air mawar yang menebarkan bau sangat harum, kecuali Abu Nawas. Ia disiram dengan air kencing.

( )

Sadarlah Abu Nawas, bahwa dia dipermalukan khalifah di depan para pembesar negeri. Ia bungkam seribu basa, namun di dalam hati ia berkata, “Oke, Baginda, hari ini kau beri aku kuah, esok akan kubalas kamu dengan isinya.”

Selesai upacara, semua orang pamitan kepada baginda dan pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Abu Nawas.

( )

Sejak itu Abu Nawas tidak pernah menginjakkan kakinya ke Istana. Tak kurang Baginda pun rindu berat kepadanya. Karena bagaimanapun Abu Nawas selalu dapat menghibur hatinya. Ada saja celotehan-celotehan Abu Nawas yang membuat suasana balairung jadi hidup.

Ketika Baginda Raja memanggilnya, Abu Nawas tidak bersedia memenuhi panggilan itu, dengan alasan sakit, meski panggilan tersebut disampaikan terus menerus. Setiap kali punggawa datang setiap kali itu pula Abu Nawas bilang sakitnya makin serius.

Baginda pun khawatir dengan sakitnya Abu Nawas, maka ditengoknya Abu Nawas ke rumahnya diiringi beberapa orang petinggi kerajaan.

( )

Mendengar Baginda Raja menuju ke rumahnya, Abu Nawas buru-buru pasang aksi. Mata terpejam, badan tergeletak lemah lunglai. Namun sebelum itu ia telah menyuruh istrinya menyiapkan obat makjun, ramuan obat yang dibuat seperti dodol bulat, dan dua butir di antaranya dibubuhi tinja. Abu Nawas menelan sebutir obat itu ketika baginda sudah sampai di depannya.

“Hai Abu Nawas, apa yang kamu telan itu?” tanya Baginda.

“Inilah yang disebut obat makjun,” jawab Abu Nawas masih dalam posisi telentang. “Resepnya hamba peroleh tadi malam lewat mimpi. Seorang tua menghadap hamba dan berpesan agar obat makjun ini hamba telan dua butir, niscaya sembuh,” setelah Abu Nawas menelan sebutir lagi dan tampak badannya segar layaknya orang sembuh dari sakit.

( )
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2306 seconds (0.1#10.140)