Qanaah Dalam Kehidupan

Minggu, 21 Februari 2021 - 15:45 WIB
loading...
Qanaah Dalam Kehidupan
Seseorang yang qana’ah menerima apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya, maka dia termasuk orang-orang yang bahagia di dunia dan di akhirat. Foto ilustrasi/ist
A A A
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam mengajarkan umatnya agar selalu berdoa dan meminta perlindungan Allah Ta'ala dari kefakiran. Nabi mengatakan bahwa kefakiran itu adalah seburuk-buruk kemelaratan dan kesengsaraan . Dan Rasulullah pun melarang kita untuk meninggalkan keluarga kita dalam keadaan fakir, meminta-minta manusia.

Seperti yang Nabi katakan kepada Sa’ad bin Abi Waqqash ketika ia ingin mewasiatkan sebagian besar hartanya, maka Nabi mengatakan: “Sepertiga saja, dan itu pun sudah banyak. Seandainya engkau meninggalkan keluargamu dalam keadaan berkecukupan, maka itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan fakir meminta-minta kepada manusia.”



Ceramah Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary di Masjid Al-Barkah, Cileungsi, Bogor, akhir pekan kemarin menjelaskan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk berlindung dan agar kita tidak jatuh kepada kefakiran tersebut. Akan tetapi bukan itu yang paling ditakutkan Nabi atas umat ini, bukan itu masalah umat ini, bukan itu problematika umat. Akan tetapi yang Nabi kawatirkan atas kita semua justru dibentangkan kepada kita dunia, kita berlomba-lomba mengejar dunia itu dan akhirnya kita binasa karena mengejarnya.

Menurut dai yang rutin mengisi ceramah di berbagai kanal dakwah muslim ini menyebutkan, ada tiga status yang ada pada manusia: yang pertama adalah dia dalam kondisi kaya dan berlebihan, yang kedua dia dalam kondisi miskin berkecukupan, dan yang ketiga adalah kondisi fakir (dia kekurangan).



Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam tidak melarang kita menjadi orang yang kaya. Walaupun Nabi dalam banyak konteks nash-nash Al-Qur’an maupun hadis mencela dunia. Seperti di dalam Al-Qur’an, Allah menyebut dunia itu sebagai مَتَاعُ الْغُرُورِ (kesenangan yang memperdaya), مَتَاعٌ قَلِيلٌ (kesenangan yang sedikit), kesenangan yang sebentar.

Demikian pula di dalam hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut dunia itu sebagai suatu yang terkutuk.

الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا

“Dunia itu terkutuk dan terkutuk juga apa-apa yang ada di dalamnya.”

Demikian pula di dalam hadis yang lain Nabi menggambarkan bahwa dunia itu lebih hina di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada bangkai kambing dalam pandangan manusia. Begitu nash-nash Al-Qur’an dan hadis menjelaskan tentang hakikat dunia.



Itu status yang pertama, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyuruh kita dan Nabi berlindung diri darinya.

Kemudian yang kedua yaitu status sebagai seorang yang berkecukupan atau miskin yang hidupnya pas-pasan, yang hidupnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan “kafaf”

رُزِقَ كَفَافًا

“Rezeki yang cukup.” (HR. Muslim)

Kemudian status yang ketiga adalah status fakir, yang mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berlindung dari kefakiran tersebut dan Nabi menyebut kefakiran adalah seburuk-buruk kemelaratan yang bisa membuat seseorang menjadi hina, karena dia terpaksa berhutang kesana-kemari atau dia meminta-minta kepada manusia.



Adapun status sebagai orang yang kafaf (berkecukupan), ini adalah kondisi dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam meminta kepada Allah agar dihidupkan dalam keadaan seperti itu, dimatikan dalam keadaan seperti itu, dan dikumpulkan bersama orang-orang yang keadaannya seperti itu, yaitu orang yang miskin.

Satu doa yang mungkin belum pernah kita baca seumur hidup kita. Yang mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca doa ini:
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2750 seconds (0.1#10.140)