Takut Kepada Makhluk Ghaib? Hati-hati Terjerumus Syirik
loading...
A
A
A
Merasa takut terhadap makhluk ghaib seperti jin, lumrah dialami manusia. Namun, bila rasa takut itu muncul yang tidak beralasan semisal melewati jalan yang gelap, melewati kuburan atau pohon yang angker dengan alasan ada jin atau setan yang akan menganggu atau menakut-nakuti . Bolehkah manusia memiliki rasa takut seperti ini?
Allah telah menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk paling mulia di muka bumi dengan kesempurnaan melebihi makhluk yang lain atas karunia dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Israa’ : 70).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Karena Allah telah mengkhususkan manusia berupa kedudukan dan keutaman yang tidak ada pada makhluk lainnya”
Ahli tafsir terkemuka, Imam Ibnu Katsir rahimahullah, menjelaskan: “Ayat ini menjadi dalil bahwa jenis manusia lebih utama dari jenis malaikat”
Karena itu, manusia sebagai makhluk yang paling mulia, tidak boleh takut dengan makhluk ghaib seperti jin dan setan, apalagi takut yang tidak beralasan. Hanya saja karena manusia lemah imannya dan takut dahulu sehingga mereka atau si jin ini menjadi berani kepada manusia.
Tentang takut yang dirasakan manusia ini, Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwasanya ada banyak ragam takut yang dirasakan manusia. Namun, intinya perasaaan takut yang dialami manusia ada dua macam, yakni takut yang disertai pengagungan dan takut yang merupakan bagian dari tabiat. Imam Ibnu Utsaimin memberikan penjelasannya sebagai berikut:
1. Khauf As Sirri
Yakni takut yang samar. Rasa takut jenis ini disertai dengan rasa rendah diri, merendahkan diri, serta mengagungkan kepada hal yang ditakuti. Karena itulah takut jenis ini hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala. Jika memiliki rasa takut ini kepada selain Allah, maka seseorang jatuh ke dalam dosa syirik yang besar.
Beberapa manusia terjatuh pada syirik ini karena memiliki keyakinan bahwasanya sesuatu selain Allah dapat memberikan manfaat ataupun mudarat. Contohnya, takut kepada berhala, takut kepada wali, atau takut kepada orang mati. Para penyembah kubur termasuk pula di dalamnya. Lalu bagaimana ketakutan pada setan dan jin?
Syekh Shalih Alu Syaikh menjelaskan, jika seseorang takut bahwasanya ia akan ditangkap atau diganggu oleh jin dan setan, maka ia termasuk dalam khauf sirri. Pun seseorang yang memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin memiliki kekuatan yang mengancamnya tanpa sebab. Akibat keyakinan itu, ia kemudian merasa takut pada jin dan setan. Ketakutan ini termasuk dalam jenis khauf as sirri.
Salah satu contoh nyata yang sering terjadi dan ditemui di tengah masyarakat yakni seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, atau melewati kubur dan tempat yang dianggap angker, lalu karena ketakutan itu, ia pamit atau meminta izin hendak lewat. “Mbah, Nyai, permisi... nyuwun sewu... mau lewat,” dan ucapan-ucapan semisalnya.
Kebiasaan masyarakat tersebut ternyata jatuh pada syirik karena memiliki khauf as sirri. Mereka merasa takut karena meyakini akan diganggu jin atau setan jika melewati tempat-tempat yang dianggap ‘berpenghuni’.
Jika disimpulkan, seseorang akan terjatuh pada dosa syirik karena khauf as sirri pada setan dan jin jika memiliki perasaan sebagai berikut;
a. Mengagungkan setan dan jin
b. Merasa rendah kepada jin dan setan
c. Meyakini jin dan setan dapat memberi manfaat atau mudarat secara tidak langsung dan tanpa sebab.
2. Khauf Thabi’i
Allah telah menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk paling mulia di muka bumi dengan kesempurnaan melebihi makhluk yang lain atas karunia dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Israa’ : 70).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Karena Allah telah mengkhususkan manusia berupa kedudukan dan keutaman yang tidak ada pada makhluk lainnya”
Ahli tafsir terkemuka, Imam Ibnu Katsir rahimahullah, menjelaskan: “Ayat ini menjadi dalil bahwa jenis manusia lebih utama dari jenis malaikat”
Karena itu, manusia sebagai makhluk yang paling mulia, tidak boleh takut dengan makhluk ghaib seperti jin dan setan, apalagi takut yang tidak beralasan. Hanya saja karena manusia lemah imannya dan takut dahulu sehingga mereka atau si jin ini menjadi berani kepada manusia.
Tentang takut yang dirasakan manusia ini, Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwasanya ada banyak ragam takut yang dirasakan manusia. Namun, intinya perasaaan takut yang dialami manusia ada dua macam, yakni takut yang disertai pengagungan dan takut yang merupakan bagian dari tabiat. Imam Ibnu Utsaimin memberikan penjelasannya sebagai berikut:
1. Khauf As Sirri
Yakni takut yang samar. Rasa takut jenis ini disertai dengan rasa rendah diri, merendahkan diri, serta mengagungkan kepada hal yang ditakuti. Karena itulah takut jenis ini hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala. Jika memiliki rasa takut ini kepada selain Allah, maka seseorang jatuh ke dalam dosa syirik yang besar.
Beberapa manusia terjatuh pada syirik ini karena memiliki keyakinan bahwasanya sesuatu selain Allah dapat memberikan manfaat ataupun mudarat. Contohnya, takut kepada berhala, takut kepada wali, atau takut kepada orang mati. Para penyembah kubur termasuk pula di dalamnya. Lalu bagaimana ketakutan pada setan dan jin?
Syekh Shalih Alu Syaikh menjelaskan, jika seseorang takut bahwasanya ia akan ditangkap atau diganggu oleh jin dan setan, maka ia termasuk dalam khauf sirri. Pun seseorang yang memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin memiliki kekuatan yang mengancamnya tanpa sebab. Akibat keyakinan itu, ia kemudian merasa takut pada jin dan setan. Ketakutan ini termasuk dalam jenis khauf as sirri.
Salah satu contoh nyata yang sering terjadi dan ditemui di tengah masyarakat yakni seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, atau melewati kubur dan tempat yang dianggap angker, lalu karena ketakutan itu, ia pamit atau meminta izin hendak lewat. “Mbah, Nyai, permisi... nyuwun sewu... mau lewat,” dan ucapan-ucapan semisalnya.
Kebiasaan masyarakat tersebut ternyata jatuh pada syirik karena memiliki khauf as sirri. Mereka merasa takut karena meyakini akan diganggu jin atau setan jika melewati tempat-tempat yang dianggap ‘berpenghuni’.
Jika disimpulkan, seseorang akan terjatuh pada dosa syirik karena khauf as sirri pada setan dan jin jika memiliki perasaan sebagai berikut;
a. Mengagungkan setan dan jin
b. Merasa rendah kepada jin dan setan
c. Meyakini jin dan setan dapat memberi manfaat atau mudarat secara tidak langsung dan tanpa sebab.
2. Khauf Thabi’i