Renungan: Memeluk Dunia, Belajar dari Burung Pelatuk

Kamis, 15 April 2021 - 04:59 WIB
loading...
A A A
"Dengan iman, kepastian, dan penetapan, seorang bijaksana, seorang insan kamil, dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan orang lain," jelasnya.

Seperti burung pelatuk, dengan mudah dia dapat naik ke atas, mematuk pada setiap titik. Pada saat itu sejatinya ia telah meraih dunia. Ia mematuk dengan sifat-sifat Allah dan ia mendapatkan kebenaran yang diperlukan untuk makanannya. Dia adalah makanan cinta, kebijaksanaan, belas kasih, ketenangan, dan Tuhan.



Seorang bijaksana tidak melekat pada pohon dunia atau menyandarkan diri, pikiran dan keinginan untuk dunia. Dunia ini tidak sulit baginya, karena ia bebas untuk bergerak ke arah manapun yang ia inginkan. Ia menjalani kehidupan dengan ringan karena ia memiliki iman, kepastian, dan ketentuan. Dia hanya mengambil kebenaran, intinya, dari setiap hal. Ini adalah wajar baginya.

Sedangkan sebagian besar dari kita, selalu berambisi dalam setiap urusan dunia dan berusaha merebut itu semua. Maka wajarlah kiranya kita akhirnya banyak mengalami kesulitan ketika kita mencoba untuk memanjat pohon.

Burung pelatuk adalah burung yang halus, dan orang bijak senantiasa bersikap halus. Jika kita telah menjadi bijaksana dan halus, kita akan memahami dunia dan akan mampu memanjat bahkan dapat terbang.

Sebaliknya, jika kita belum mencapai derajat itu, akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan kebenaran. Akan sulit bagi kita mencapai diri berkualitas bahkan sulit mengenal kasih sehingga jiwa kita tak lagi merdeka. Kita akan menderita dan jatuh.

"Apakah kita telah memahami bagaimana manusia menjadi bijaksana tanpa berpegangan pada dunia?" tanya retorik si bijak.

"Guru saya mengatakan, itu sangat mudah bila kita memiliki iman, kepastian, tekad, dan kebijaksanaan. Jika kita juga belajar bagaimana melakukan ini, kita akan lebih indah dari burung pelatuk. Tuhan akan menempatkan mahkota megah-Nya di kepala kita dan memberikan dua sayap dari kebijaksanaan dan iman. Mata kita akan indah dan hati kita akan murni bercahaya putih. Kehidupan kita akan lengkap, dan kita akan memiliki kedamaian."

"Sebaliknya, tanpa memiliki kejaksanaan kita berada dalam kesakitan. Meskipun kita membutuhkan Allah, hikmah dan cinta, kita berpegang erat pada dunia, sehingga kita menjadi menderita."

Semakin kita melekat pada pohon dunia, kita semakin menderita.

Begitulah pelajaran dari burung pelatuk. "Sayangnya, saya sampai kini masih saja berpegang pada pohon dunia karena saya masih khawatir kehilangan. Saya juga mengalami penderitaan itu, jadi mari kita lepaskan pelukan ini, saudaraku... Saya berharap kita saling asah, asih dan asuh sehingga kita sama-sama dapat mencapai derajat burung pelatuk dalam mencapai hakekat makanan kebenaran. Semoga."

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2828 seconds (0.1#10.140)