Bersabar Menjaga Puasa di Tengah Maraknya Kemaksiatan

Jum'at, 30 April 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah: 183)

Allah tidak mengatakan: "Agar kalian merasa lapar!", atau "Agar kalian merasa haus!" atau "Agar kalian menahan diri dari (menggauli) istri!", tidak. Allah berkata: "Agar kalian bertakwa". Inilah tujuan utama dari puasa. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah merealisasikan hal itu dan menguatkan dengan sabdanya:

من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya".

Jadi, manusia yang berpuasa dari kemaksiatan kepada Allah merupakan puasa yang sebenarnya. Adapun puasa zahir adalah puasa dari semua yang membatalkan puasa. Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa dalam rangka beribadah kepada Allah dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Adapun puasanya hati adalah tujuan yang utama yaitu puasa dari seluruh kemaksiatan kepada Allah. Atas dasar inilah, barangsiapa yang berpuasa dengan puasa zahir fisik saja, namun dia tidak berpuasa hati, maka puasanya sangat kurang.

Sama halnya seperti sholat yang tidak khusyu. Apabila seseorang sholat dengan fisiknya dan belum sholat dengan hatinya, maka sholatnya dinilai tidak sempurna, akan tetapi tetap sah secara zahir, sah tapi sangat kurang.
Demikian hakikat puasa yang sebenarnya. Semoga Allah memberi kita taufik agar dapat bersabar menjauhi kemaksiatan kepada Allah.

Wallahu A'lam

(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2378 seconds (0.1#10.140)