Menyikapi Doa Buruk dari Orangtua

Senin, 10 Mei 2021 - 17:32 WIB
loading...
Menyikapi Doa Buruk dari Orangtua
Meskipun mendapat doa keburukan dari orang tua, sebagai anak kita harus tetap berbuat baik kepada mereka dan memohon ampunan kepada Allah untuk kebaikan mereka. Foto ilustrasi/ist
A A A
Di antara doa yang mustajab adalah doa yang diucapkan oleh orang tua untuk anaknya, baik doa kebaikan maupun doa keburukan . Bila doa kebaikan, pasti anak akan bahagia. Bagaimana bila sebaliknya? Bagaimana kita menyikapi doa buruk dari orang tua ini?

Tentang mustajabnya doa orang tua, tercantum dalam beberapa hadis. Salah satunya dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

ثلاثُ دَعَواتٍ لا تُرَدُّ : دعوةُ الوالدِ ، و دعوةُ الصائمِ ، و دعوةُ المسافرِ

“Ada tiga doa yang tidak tertolak: [1] doa orang tua (kepada anaknya) [2] orang orang yang berpuasa [3] doa orang yang sedang safar” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah).



Dalam hadis riwayat lain :

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِه

“Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi: [1] doa orang yang terzalimi [2] doa orang yang sedang safar [3] doa orang tua kepada anaknya” (HR. At Tirmidzi, dihasankan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Lantas bagaimana kita menyikapi doa buruk orang tua ini? Ustadz Fadly Gugul S.Ag, dari Dewan Konsultasi Bimbingan Islam, menjelaskan,ada beberapa hal yang bisa kita sikapi dan lakukan. Di antaranya;



1. Bertaubat kepada Allah

Bertaubatlah kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya taubat, kita sebagai anak kerap kali juga berbuat salah kepada orangtua baik disengaja atau pun tidak, sebagaimana orang tua juga berbuat salah baik di mata kita maupun menurut syariat .

Bagaimanapun, anak tetaplah anak, orang tua punya jasa besar terhadap anaknya yang ditetapkan dan diakui oleh syariat kita yang mulia, banyak sekali ayat dan hadits yang menjelaskan akan hal ini, satu di antaranya: Berkata-kata dengan sopan dan penuh kelembutan, dan jauhi perkataan yang menyakiti hati kedua orang tua adalah bagian dari syariat Islam yang mulia.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al Isra: 23).



2. Doakan ampunan dan kebaikan untuk mereka

Allah Ta’ala berfirman,

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“… dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’” (QS. Al Isra: 24).

3. Jangan Putus Asa

Terus berdoa dengan tulus sembari meminta jalan keluar disertai usaha yang mulia (meskipun usaha hanya sedikit), sandarkan segala keluh kesahmu hanya kepada Allah Yang Maha Pemurah, yakinlah taqdir Allah Ta’ala pasti terjadi, Dan Dia Yang Maha Kuasa tidak pernah berbuat zhalim kepada para hamba-Nya.



Allah Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami” (QS. Al Anbiya: 35).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. Ath Tholaq: 2-3).



Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah Yang Maha Pengasih akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa kepada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rezeki. Rezeki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rezeki yang dimaksud di sini adalah rezeki di dunia dan rezeki di akhirat.

Ada orang berkata, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”



Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rezeki”

Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rezeki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rezeki. Bahkan setiap makhluk akan diberi rezeki sebagaimana Allah Yang Maha Pemberi Rezeki berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya” (QS. Huud: 6).

Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rezeki. Orang kafir tetap diberi rezeki padahal rezeki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.



Sedangkan orang yang bertakwa, Allah Yang Maha Adil memberi rezeki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rezekinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rezeki mereka dari yang syubhat (samar akan kehalalannya alias belum jelas), khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rezeki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rezeki malah akan membahayakan dirinya (sombong lagi kufur nikmat). Sedangkan disempitkannya rezeki malah mungkin sebagai rahmat baginya (rendah hati, terus beribadah dan berdoa kepada Allah Yang Maha Adil lagi Maha Penyayang.

Wallahu A’lam.
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3744 seconds (0.1#10.140)