Muhasabah Idul Fitri, Berikut 2 Hal yang Wajib Kita Benahi

Senin, 17 Mei 2021 - 09:21 WIB
loading...
Muhasabah Idul Fitri,...
Semangat beribadah seharusnya semakin bertambah setelah Idul Fitri karena kita telah digembleng selama bulan Ramadhan. Foto/Ist
A A A
Tanggal 1 Syawal disebut dengan hari raya kemenangan karena merupakan hari puncak dari rentetan ibadah yang telah kita lakukan selama bulan suci Ramadhan. Ada dua hal penting yang wajib kita benahi setelah Idul Fitri.

Muhasabah yang pertama kita benahi adalah memperbaiki hubungan kita dengan Allah Ta'ala. Kita sudah melakukan ibadah puasa Ramadhan, sholat 5 waktu, sholat tarawih berjamaah, tadarus Al-Qur'an, sedekah, zakat dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Artinya, hari Idul Fitri adalah hari kita bersyukur kepada Allah karena telah memudahkan kita mendapatkan banyak nikmat pelajaran selama Ramadhan.

"Maka dari itu jadikan hari ini adalah hari untuk kita bermuhasabah dan mengoreksi diri kita. Ketaatan kita dengan perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Kita harus menjadi semakin lebih baik dan lebih dekat dengan ketaatan kepada Allah," kata Al-Habib Quraisy Baharun dalam tausiyah onlinenya.

Jika selama Ramadhan kita terbiasa dengan menahan diri dari sesuatu yang Allah bolehkan yaitu makan dan minum atau berhubungan dengan pasangan, maka seharusnya diri kita lebih bisa menahan diri dari hal-hal yang Allah larang. Jika selama Ramadhan kita terbiasa dengan sholat tarawih maka setelah Ramadhan seharusnya kita bisa dengan mudah menjaga kewajiban sholat 5 waktu.

Jika selama Ramadhan kita terbiasa dengan membaca Al-Qur'an maka semangat itu juga seharusnya masih kita pertahankan walaupun di luar bulan Ramadhan. Itulah makna hari Ied yang sebenarnya, hari di mana ketakwaan kita kepada Allah semakin bertambah.

Sungguh sangat disayangkan jika setelah Ramadhan ini tidak ada peningkatan apa-apa dalam kualitas ibadah kita. Bahkan Na'udzubillah setelah melewati Ramadhan kita kembali melanggar perintah Allah mengisi dengan kemaksiatan. Jangan sampai kita termasuk golongan yang masuk dalam hadits Nabi, bahwasanya Malaikat Jibril pernah berkata kepada Rasulullah:

يا محمد مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ أَبْعَدَهُ اللهُ, قُلْ آمِينَ (رواه ابن حبان)

"Barang siapa yang mendapatkan bulan Ramadhan tetapi dia tidak mendapatkan ampunan Allah semoga dia jauh dari rahmatNya, maka Nabi pun mengamini doa malaikat Jibril tersebut". (HR Ibnu Hibban)

Muhasabah yang kedua adalah kita benahi dan perbaiki urusan dan hubungan kita dengan sesama. Antara kita dengan orang tua, dengan pasangan kita, tetangga, kawan, sanak saudara dan yang lainnya. Allah mensifati dalam Al-Qur'an tentang orang-orang yang berakal ulil albab dalam firman-Nya:

الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ

"Yaitu orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Dan orang-orang yang menyambung apa yang Allah perintahkan untuk disambung (yaitu silaturahim) dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk".

Silaturahim atau Halal bihalal adalah hal yang sering kita dengar di momen lebaran. Di saat pandemi ini tidak menghalangi kita untuk tetap bisa menjaga silaturahim yang sesungguhnya bukan hanya sekadar berjabat tangan atau basa-basi di media sosial, tetapi harus menyambung hati dan saling cinta karena Allah. Kesungguhan hati yang saling mengkhikhlaskan dan memaafkan sebagaiman sabda Rasulullah berikut:

لَا تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ علَى شَيءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُم ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)

"Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman dengan sesungguhnya sampai kalian saling mencintai. Mau kah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai ? Yaitu tebarkan salam di antara kalian" (HR. Muslim)

Rasulullah juga berpesan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari:

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا فَإنَّهُ لَيسَ هُنَاكَ دِينارٌ ولَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَن يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِن حَسنَاتِه فَإنْ لَم يَكُنْ له حَسنَاتٌ أُخِذَ مِن سَيِّئَاتِ أَخِيه فَطُرِحَتْ عَليهِ (رواه البخاري)

"Barang siapa yang mempunyai kesalahan dengan sesamanya maka mintalah maaf karena di akhirat nanti tidak ada dinar atau dirham untuk menebusnya sebelum kebaikannya diberikan kepada temannya yang dizholimi, jika dia tidak memiliki kebaikan maka dosa teman yang dizholiminya itu diberikan kepadanya." (HR Al-Bukhari)

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Shiyamana Wa Shiyamakum. Semoga Allah menerima amal ibadah kita.

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1542 seconds (0.1#10.140)