Agar Terhindar dari Penyakit ‘Ain Menurut Al-Qur'an dan Hadist
loading...
A
A
A
DALAM ajaran Islam dikenal berbagai kekuatan supranatural yang dimiliki oleh sebagian orang. Salah satu di antara berbagai kekuatan supranatural tersebut adalah wujudnya ‘ain .
M. Saifudin Hakim & Siti Aisyah Ismail dalam buku 'Thibbun Nabawi' menyebutkan penyakit ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang hasad (dengki) atau kagum (takjub) kepada anak-anak.
Perihal tentang nyatanya wujud ‘ain ini, ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya:
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ
“Ain itu nyata (Haq), kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya” (HR Muslim).
Orang yang terkena penyakit ain akan mengalami gangguan bahkan kematian. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah dalam fatwanya sebagai berikut:
"Ain dari kata 'aana - ya'iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Syekh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, dalam Fath al-Bari, mengatakan ’ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya” (, juz 10, h. 200).
Sedangkan Al-Munawi dalam Kitab Faid al-Qadir mendefinisikan ’ain adalah pandangan pada sesuatu dalam keadaan lalai dengan rasa kagum kepadanya atau rasa dengki tanpa disertai berdzikir kepada Allah”
Dalam tulisannya di laman resmi Nahdlatul Ulama yang berjudul "Penyakit ‘Ain: Penyebab, Bahaya, dan Doa Terhindar darinya", Ustaz M Ali Zainal Abidin menyimpulkan dari dua pengertian tersebut setidaknya dapat ditarik pemahaman bahwa ‘ain ada dua macam.
Pertama, pandangan dari orang yang memiliki tabiat buruk yang dalam hatinya terdapat rasa hasud, dengki, dan ingin mencelakai terhadap orang yang dipandangnya.
Kedua, pandangan kekaguman atau ketakjuban dari orang yang tidak sedang merasa dengki, tetapi kekaguman tersebut tidak disertai dengan berdzikir pada Allah.
Adanya ‘ain juga secara tersirat disebutkan dalam Al-Qur’an dalam ayat berikut:
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُواْ الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengarkan Al-Qur’an dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila’,” (QS al-Qalam: 51).
Imam Ibnu Katsir mengarahkan maksud dari kata “pandangan” dalam ayat di atas pada pandangan yang disertai dengan kekuatan ‘ain.
Efek dari terkena pandangan ‘ain ini bermacam-macam. Ada yang bisa membuat orang yang dipandang langsung sakit, celaka, atau bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.
M. Saifudin Hakim & Siti Aisyah Ismail dalam buku 'Thibbun Nabawi' menyebutkan penyakit ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang hasad (dengki) atau kagum (takjub) kepada anak-anak.
Perihal tentang nyatanya wujud ‘ain ini, ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya:
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ
“Ain itu nyata (Haq), kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya” (HR Muslim).
Orang yang terkena penyakit ain akan mengalami gangguan bahkan kematian. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah dalam fatwanya sebagai berikut:
"Ain dari kata 'aana - ya'iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Syekh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, dalam Fath al-Bari, mengatakan ’ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya” (, juz 10, h. 200).
Sedangkan Al-Munawi dalam Kitab Faid al-Qadir mendefinisikan ’ain adalah pandangan pada sesuatu dalam keadaan lalai dengan rasa kagum kepadanya atau rasa dengki tanpa disertai berdzikir kepada Allah”
Dalam tulisannya di laman resmi Nahdlatul Ulama yang berjudul "Penyakit ‘Ain: Penyebab, Bahaya, dan Doa Terhindar darinya", Ustaz M Ali Zainal Abidin menyimpulkan dari dua pengertian tersebut setidaknya dapat ditarik pemahaman bahwa ‘ain ada dua macam.
Pertama, pandangan dari orang yang memiliki tabiat buruk yang dalam hatinya terdapat rasa hasud, dengki, dan ingin mencelakai terhadap orang yang dipandangnya.
Kedua, pandangan kekaguman atau ketakjuban dari orang yang tidak sedang merasa dengki, tetapi kekaguman tersebut tidak disertai dengan berdzikir pada Allah.
Adanya ‘ain juga secara tersirat disebutkan dalam Al-Qur’an dalam ayat berikut:
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُواْ الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengarkan Al-Qur’an dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila’,” (QS al-Qalam: 51).
Imam Ibnu Katsir mengarahkan maksud dari kata “pandangan” dalam ayat di atas pada pandangan yang disertai dengan kekuatan ‘ain.
Efek dari terkena pandangan ‘ain ini bermacam-macam. Ada yang bisa membuat orang yang dipandang langsung sakit, celaka, atau bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.