Perang Khaibar (1): Upaya Menaklukkan Kaum Yahudi di Jazirah Arab

Rabu, 27 Mei 2020 - 06:29 WIB
loading...
A A A
Lepas dari apakah Ghatafan ini sampai membantu pihak Yahudi atau malah menjauhkan diri setelah Nabi Muhammad menjanjikan hendak memberikan harta rampasan perang nanti, namun kenyataannya peperangan ini merupakan perang terbesar yang pernah terjadi; mengingat pula kelompok-kelompok Yahudi di Khaibar ini merupakan koloni Israil yang terkuat yang paling kaya dan paling besar pula persenjataannya.

Di samping itu, pihak Muslimin pun sudah yakin sekali, bahwa selama Yahudi tetap menjadi duri dalam daging seluruh jazirah, maka selama itu pula persaingan antara agama Musa as dengan Islam akan jadi panjang tanpa dapat mencapai suatu penyelesaian. Dengan demikian mereka terjun menyabung nyawa tanpa ragu-ragu lagi.

Sebaliknya, pihak Quraisy dan seluruh jazirah Arab berbaris menonton peperangan ini. Dari kalangan Quraisy sampai ada yang berani bertaruh mengenai kesudahan perang itu dan siapa pula yang akan menang. Kebanyakan Quraisy mengharapkan pihak Muslimin akan mengalami kehancuran, melihat kukuhnya benteng-benteng Khaibar yang sudah terkenal serta letaknya di atas batu-batu karang dan gunung, di samping pengalaman mereka yang cukup lama dalam medan perang.

Dengan persiapan senjata yang cukup kaum Muslimin sekarang sudah berada di depan perbentengan Khaibar. Yahudi juga sedang berunding dengan sesama mereka. Pemimpin mereka Sallam bin Misykam menyarankan, supaya harta-benda dan sanak keluarga mereka dimasukkan ke dalam benteng Watih dan Sulalim, bahan makanan dan perlengkapan dimasukkan ke dalam benteng Na'im, prajurit dan barisan penggempur dimasukkan ke dalam benteng Natat dan Sallam bin Misykam sendiri bersama-sama mereka, mengerahkan mereka dalam peperangan.

Akhirnya, pasukan kedua belah pihak sudah berhadap-hadapan di sekitar benteng Natat dan pertempuran mati-matian sudah pula dimulai.



Dalam hal ini sampai ada yang berkata: "Yang luka-luka dari pihak Muslimin sebanyak limapuluh orang. Apalagi jumlah yang luka-luka dari pihak Yahudi."

Setelah Sallam bin Misykam tewas, maka pimpinan pasukan dipegang oleh Harith bin Abi Zainabin. Ia keluar dari benteng Na'im itu dengan maksud hendak menggempur pasukan Muslimin. Tetapi oleh Khazraj ia dapat dihalau dan dipaksa kembali mundur ke bentengnya.

Pihak Muslimin lalu memperketat kepungannya atas benteng-benteng Khaibar itu sedang pihak Yahudi mati-matian mempertahankan dengan keyakinan, bahwa kekalahan mereka menghadapi Rasulullah berarti suatu penumpasan terakhir terhadap Bani Israil di negeri-negeri Arabin.( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3842 seconds (0.1#10.140)