Begini Jawaban Rasulullah SAW Ketika Pamannya Minta Jabatan
loading...
A
A
A
PADA suatu hari, Abbas bin Abdul Muthalib datang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan bermohon dengan penuh harap, "Ya Rasulullah, apakah engkau tidak suka mengangkat aku menjadi pejabat pemerintahan?"
Paman Nabi SAW ini adalah seorang yang berpikiran cerdik, berpengetahuan luas, dan mengetahui liku-liku jiwa orang, namun Rasulullah SAW tidak ingin mengangkat kerabatnya menjadi kepala pemerintahan. Ia tidak ingin pamannya dibebani tugas pemerintahan. la menjawab harapan pamannya itu dengan manis dan penuh pengertian.
"Wahai paman Nabi, menyelamatkan sebuah jiwa lebih baik daripada menghitung-hitung jabatan pemerintahan."
Ternyata Abbas menerima dengan senang hati pendapat Rasulullah SAW tetapi malah Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu yang kurang puas. la lalu berkata kepada Abbas, "Kalau kau ditolak menjadi pejabat pemerintahan, mintalah diangkat menjadi pejabat pemungut sedekah!"
Sekali lagi Abbas menghadap Rasulullah SAW untuk meminta seperti yang dianjurkan Ali bin Abi Thalib itu, lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai pamanku, tak mungkin aku mengangkatmu mengurusi cucian (kotoran) dosa orang."
Rasulullah SAW seorang yang paling akrab dan paling kasih kepada pamannya ini. Namun beliau tidak mau mengangkatnya menjadi pejabat pemerintahan atau pengurus sedekah. Bahkan Abbas tidak diberi kesempatan dan harapan mengurusi soal-soal yang bersifat duniawi, tetapi menekannya supaya lebih menekuni soal-soal ukhrawi.
Untuk yang ketiga kalinya, pamannya itu datang menghadapnya dan berharap dengan penuh kerendahan hati, "Aku ini pamanmu, usiaku sudah lanjut, dan ajalku sudah hampir. Ajarilah aku sesuatu yang kiranya berguna bagiku di sisi Allah!"
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ya Abbas, engkau pamanku dan aku tidak berdaya sedikitpun dalam masalah yang berkenaan dengan Allah, tetapi mohonlah selalu kepada Tuhanmu ampunan dan kesehatan!"
Sesudah Rasulullah SAW menunaikan risalah Allah SWT dengan baik, manyampaikan agamaNya yang lengkap kepada para pewarisnya, maka ia kembali ke rahmatullah dengan tenang. Ternyata Abbas orang yang paling merasa kesepian atas kepergiannya itu.
Abbas hidup terhormat di bawah pemerintrahan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq , kemudian menyusul pemerintahan Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu . (Bersambung)
Paman Nabi SAW ini adalah seorang yang berpikiran cerdik, berpengetahuan luas, dan mengetahui liku-liku jiwa orang, namun Rasulullah SAW tidak ingin mengangkat kerabatnya menjadi kepala pemerintahan. Ia tidak ingin pamannya dibebani tugas pemerintahan. la menjawab harapan pamannya itu dengan manis dan penuh pengertian.
"Wahai paman Nabi, menyelamatkan sebuah jiwa lebih baik daripada menghitung-hitung jabatan pemerintahan."
Ternyata Abbas menerima dengan senang hati pendapat Rasulullah SAW tetapi malah Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu yang kurang puas. la lalu berkata kepada Abbas, "Kalau kau ditolak menjadi pejabat pemerintahan, mintalah diangkat menjadi pejabat pemungut sedekah!"
Sekali lagi Abbas menghadap Rasulullah SAW untuk meminta seperti yang dianjurkan Ali bin Abi Thalib itu, lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai pamanku, tak mungkin aku mengangkatmu mengurusi cucian (kotoran) dosa orang."
Rasulullah SAW seorang yang paling akrab dan paling kasih kepada pamannya ini. Namun beliau tidak mau mengangkatnya menjadi pejabat pemerintahan atau pengurus sedekah. Bahkan Abbas tidak diberi kesempatan dan harapan mengurusi soal-soal yang bersifat duniawi, tetapi menekannya supaya lebih menekuni soal-soal ukhrawi.
Untuk yang ketiga kalinya, pamannya itu datang menghadapnya dan berharap dengan penuh kerendahan hati, "Aku ini pamanmu, usiaku sudah lanjut, dan ajalku sudah hampir. Ajarilah aku sesuatu yang kiranya berguna bagiku di sisi Allah!"
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ya Abbas, engkau pamanku dan aku tidak berdaya sedikitpun dalam masalah yang berkenaan dengan Allah, tetapi mohonlah selalu kepada Tuhanmu ampunan dan kesehatan!"
Sesudah Rasulullah SAW menunaikan risalah Allah SWT dengan baik, manyampaikan agamaNya yang lengkap kepada para pewarisnya, maka ia kembali ke rahmatullah dengan tenang. Ternyata Abbas orang yang paling merasa kesepian atas kepergiannya itu.
Abbas hidup terhormat di bawah pemerintrahan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq , kemudian menyusul pemerintahan Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu . (Bersambung)
(mhy)