Kisah Surat Thaha dan Umar Bin Khattab yang Mengagumkan

Minggu, 01 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Surat Thaha dan Umar Bin Khattab yang Mengagumkan
Ilustrasi kesederhanaan Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu saat menjabat Amirul Mukminin. Foto/dok tangkapan layar Film Omar
A A A
Kisah Surat Thaha dan Umar Bin Khattab tak pernah bosan untuk diulas mengingat hikmah berharga yang terkandung di dalamnya. Diceritakan, Amirul Mukminin yang menjabat khalifah kedua ini memeluk Islam setelah membaca Surat Thaha.

Khalifah Umar memeluk Islam pada bulan Dzulhijjah Tahun ke-6 dari kenabian, yaitu tiga hari setelah Sayyidina Hamzah memeluk Islam. Keislaman Umar juga tidak lepas dari doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dari Ibnu Umar dan juga Hadis Ath-Thabrani dari Ibnu Mas'ud dan Anas bahwa Nabi bersabda: "Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai, Umar bin Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam."

Baca Juga: Kisah Mengharukan Umar Bin Khattab Masuk Islam

Qadarullah, Allah menakdirkan Umar mendapat cahaya Islam, bukan Abu Jahal. Sebelum memeluk Islam, Umar dikenal dengan watak keras dan kepribadian temperamental, namun memiliki harga diri yang tinggi. Beliau memiliki permusuhan kuat terhadap Islam. Banyak kaum muslimin merasakan beragam penganiayaan yang dilakukannya.

Kisah Umar Masuk Islam
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah, suatu malam Umar datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan sholat Rasulullah SAW. Kala itu Rasulullah membaca Surat Al-Haqqah. Umar kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri. "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy."

Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan syair). Lantas Umar berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Rasulullah ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukanlah perkataan dukun), akhirnya Umar berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, Umar tetap saja memusuhi Islam.

Suatu hari, Umar berniat membunuh Rasulullah SAW. Umar berjalan sambil menghunus pedangnya. Dalam perjalanan, Umar bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah An-Nahham Al-Adawi (dalam riwayat lain disebutkan, seseorang dari suku Bani Zahrah atau seseorang dari suku Bani Makhzum). Laki-laki itu berkata, "Hendak ke mana engkau wahai Umar?"
Umar menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Orang itu berkata lagi, "Kalau Muhammad engkau bunuh, bagaimana engkau selamat dari kejaran Bani Hasyim dan Bani Zahrah?"

Umar menjawab: "Menurutku, sekarang ini engkau sudah menjadi penganut As-Shabiah (sebutan terhadap pengikut agama Islam) dan keluar dari agamamu". Orang itu berkata kepadanya, "Maukah aku tunjukkan padamu yang lebih mengagetkanmu lagi, wahai Umar? Sesungguhnya saudara (perempuan) dan iparmu juga telah menjadi penganut As-Shabiah dan meninggalkan agama mereka berdua."

Mendengar itu, Umar langsung bergegas mendatangi saudara perempuannya yang saat itu sedang belajar Qur'an (Surat Thaha) kepada Khabab bin Al-Arat. Umar mendapati Khabbab bin Al-Aratt membawa lembaran Al-Qur'an bertuliskan "Thaha".

Melihat Umar datang, spontan Khabbab menyelinap ke bagian belakang rumah, sedangkan saudara perempuan Umar menutupi lembaran Al-Qur'an tersebut. "Apa gerangan suara bisik-bisik yang aku dengar dari kalian?" kata Umar.

Kemudian saudara perempuan Umar dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa, hanya sekadar perbincangan di antara kami." Umar berkata lagi: "Tampaknya, kalian berdua sudah menjadi penganut ash-Shabiah (sebutan terhadap pengikut Islam)."

Iparnya berkata, "Wahai Umar! Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu berada pada selain agamamu?" Mendengar itu, Umar melompat ke arah iparnya itu lalu menginjak-injaknya dengan keras. Lantas saudara perempuannya datang dan membantu suaminya menjauh darinya, namun dia justru ditampar oleh Umar, sehingga darah mengalir dari wajahnya (dalam riwayat Ibnu Ishaq disebutkan bahwa dia memukulnya, sehingga terluka memar).

Saudaranya berkata dalam keadaan marah, "Wahai Umar ! Jika kebenaran ada pada selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasulullah."

Ketika Umar merasa putus asa dan menyaksikan kondisi saudaranya yang berdarah, Umar menyesal dan merasa iba, lalu berkata, "Berikan yang ada di tangan kalian ini kepadaku dan bacakan untukku!" Saudaranya itu berkata, "Sesungguhnya engkau itu kotor, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya melainkan orang-orang yang suci; oleh karena itu, berdiri dan mandilah!"

Kemudian Umar berdiri dan mandi, lalu mengambil kitab itu dan membaca: Bismilillahirrahmanirrahmin (Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Umar berseloroh, "Sungguh nama-nama yang baik dan suci."
Ketika Umar melanjutkan membaca Surah Thaha hingga sampai pada ayat 14:

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

"Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingstku." (QS Thaha: 14)

Umar berkata: "Alangkah indah dan mulianya kalam ini! Kalau begitu, tolong bawa aku kepada Muhammad !" Saat Khabbab mendengar ucapan Umar, dia pun keluar dari persembunyiannya sembari berkata, "Wahai Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam Kamis: "Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dengan salah satu Al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam."

Waktu itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di rumah. Umar mengambil pedangnya dan menuju rumah Nabi, kemudian mengetuk pintunya. Salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus kemudian mengabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?"

Mereka menjawab, "Umar datang!" Hamzah berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya."

Kemudian Rasulullah menemui Umar dan berkata kepadanya, "Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain, "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."

Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah Nabi langsung bertakbir. Menurut riwayat, Umar adalah orang ke-40 yang memeluk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkata: "Kami senantiasa berada dalam kejayaan sejak Umar bin Khattab masuk Islam."

Demikian kisah Surat Thaha dan Umar Bin Khattab yang mendapat hidayah Islam. Ketika menjabat khalifah kedua, Umar dikenal sebagai pemimpin adil dan bijaksana. Di tangannya, Islam berkembang hingga ke luar jazirah Arab seperti Mesir, Suriah. Persia, dan Irak. Beliau dimakamkan di samping makam mulia Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di Masjid Nabawi Madinah.

Referensi:
Sirah Nabawiyah

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2092 seconds (0.1#10.140)