Fira'un (Ramses II) Dalam Al-Qur'an: Sombong, Kejam, dan Tiran

Senin, 02 Agustus 2021 - 14:21 WIB
loading...
Firaun (Ramses II) Dalam Al-Quran: Sombong, Kejam, dan Tiran
Ilustrasi/Ist
A A A
Fira'un (Ramses II) dalam Al-Qur'an digambarkan sebagai seorang hamba yang angkuh dan sombong. Fira’un adalah gelar bagi sang penguasa tirani dari rezim tunggal yang pernah berkuasa di Mesir. Di era Nabi Musa AS , Fir'aun yang berkuasa adalah Ramses II.



Fira’un mengklaim dirinya sebagai tuhan bagi bangsa Mesir. Kesuksesan dirinya membangun Mesir membuat dirinya sombong. Akibat kekuasaan yang absolut dan tercapainya kemakmuran yang tinggi di Mesir menumbuhkan keangkuhan dan kesombonganya dirinya. Klaim tersebut direkam dalam Al-Quran:

فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ

“(Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi." ( QS anNazi’at [79]: 24 )

Setelah itu, Fir’aun tak segan-segan menyiksa orang-orang yang percaya pada tuhan Nabi Musa AS.

Sifat sombong lain yang ada pada Fir’aun adalah mengklaim bahwa seluruh negara Mesir adalah miliknya sendiri, sebagaimana dalam QS al-Zuhruf [43]: 51;

وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?”.( QS. az-Zuhruf [43]: 51 )



Sifat tersebut adalah sifat kekuasaan tirani dan karakteristik fenomena Fir’aun yang masih bertahan hingga saat ini. Seorang tiran tidak selalu mengklaim secara terang-terangan bahwa dia adalah penguasa negeri dan penguasa penduduk negeri, akan tetapi bisa diketahui dari kualifikasi bentuk kekuasaan yang terdapat dalam dirinya.

Sebaliknya, kita akan mendapatkan manusia yang hidup di bawah hegemoni kekuasan tirani itu memiliki karakteristik tertentu, yakni masyarakat tersebut adalah komunitas yang teralienasi, baik dari sistem atau institusi yang ada di dalamnya. Karena itu, Allah SWT memasukkan mereka dalam kategori fasiqin.

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ

“Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasiq ”.( QS. az-Zuhruf [51]: 54 )

Selanjutnya, sifat tirani dari Fir’aun adalah suka mengadu domba.

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka”. ( QS Al-Qashas : 4 )

Ayat di atas melambangkan cita-cita yang rendah, yang mendasarkan kontak manusia dengan sesama manusia pada penindasan dan eksploitasi. Fir’aun memecah belah dan memelaratkan para masyarakat, dan menonjolkan kepentingan-kepentingan kelas. Mereka menghancurkan kekuatan kreatif manusia dan mencekik pertumbuhan mereka.



Fir’aun sebagai penguasa yang menjalankan sistem tirani yang mempunyai potensi lebih untuk berbuat kerusakan dari pada kebaikan.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1576 seconds (0.1#10.140)