Profil Gus Miftah, Berdakwah Saat Usia 21 Tahun

Selasa, 07 September 2021 - 21:10 WIB
loading...
Profil Gus Miftah, Berdakwah Saat Usia 21 Tahun
KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah). Foto/dok Instagram
A A A
Profil Gus Miftah dikenal sebagai Dai yang fokus berdakwah bagi kaum marjinal. Sosok beliau sering dibincangkan publik karena pernah memberikan pengajian di salah satu kelab malam di Bali dan juga gereja.

Metode dakwahnya memang tergolong unik sehingga menuai pro dan kontra. Sebelum populer seperti sekarang, Gus Miftah sudah mulai berdakwah sejak usia 21 tahun. Jebolan dari Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini dikenal sebagai ulama muda Nahdlatul Ulama (NU).

Berikut profil Gus Miftah dilansir dari portal Islam laduni.id dan berbagai sumber:

Kelahiran
Gus Miftah bernama lengkap KH Miftah Maulana Habiburrahman. Lahir 5 Agustus 1981 di Lampung. Beliau merupakan keturunan ke-9 Kiyai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo.

Keluarga
Gus Miftah melepas masa lajangnya dengan menikahi Hj Dwi Astuti Ningsih. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai dua anak.

Mendirikan Pesantren
Pada tahun 2011, Gus Miftah mendirikan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta. Nama pondok tersebut memiliki filosofinya, yaitu bahwa tak ada seorang pun yang berarti di mata Allah selain ketakwaannya.

Perjalanan Dakwah
Perjalanan dakwah Gus Miftah dimulai saat usianya masih 21 tahun. Pada sekitar tahun 2000-an, Gus Miftah sering sholat malam di sebuah musalla sekitar Sarkem, sebuah area lokalisasi di Yogyakarta, kemudian berniatan berdakwah. Saat itu ia ditemani Gunardi atau Gun Jack sosok yang menjadi penguasa pada saat itu.

Bermula dari kegiatan itu, kajian agama mulai rutin digelar oleh Gus Miftah. Meski awalnya banyak tantangan, tapi saat ini sejumlah pekerja dunia malam sudah menerima kehadirannya. Tidak jarang, ketika pengajian sejumlah jemaah meneteskan air mata dan mulai merubah perilakunya secara perlahan.

Perjalanan dakwah Gus Miftah kemudian berlanjut ke kelab malam dan juga salon plus-plus. Awalnya ia masuk lantaran mendapati keluh kesah para pekerja dunia malam yang kesulitan mendapat akses kajian agama. Ketika hendak mengaji di luar mereka mengaku menjadi bahan pergunjingan. Sebaliknya di tempat kerjanya tidak ada kajian agama yang bisa didapatkan.

Berbeda dengan dulu saat mendapat penolakan ketika hendak memberi kajian, kini banyak pekerja malam yang merasa butuh untuk mendapat pengajian. Tidak jarang beberapa banyak pekerja malam kemudian berhijrah menjadi lebih baik. Sejak lima tahun terakhir langkahnya pun didukung oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya asal Pekalongan.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2351 seconds (0.1#10.140)