Utbah bin Dhazwan: Memilih Diwafatkan Ketimbang Jadi Gubernur
loading...
A
A
A
Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak agamanya. Dan dia menakuti hal yang serupa terhadap Kaum Muslimin.
Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak mengubah pendiriannya dan membangkitkan dalam jiwanya kesadaran sebagai penguasa, serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri- negeri yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan. Terhadap hal-hal ini Utbah bin Dhazwan menjawabnya dengan katanya: "Aku melindungkan diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah."
Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka: "Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku!"
Dan datanglah musim haji, diwakiikannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergilah menunaikan ibadah haji. Sewaktu ia teiah selesai menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu'minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan.
Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi incaran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri? Tidak, demi Allah tidak kuizinkan untuk selama-lamanya "
Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan. Dan karenanya mau tak mau Utbah bin Dhazwan harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah.
Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arab kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Allah SWT, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya.
Dan do'anya pun diperkenankan Tuhannya. Selagi Utbah bin Dhazwan dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya, maut datang menjemputnya.
Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak mengubah pendiriannya dan membangkitkan dalam jiwanya kesadaran sebagai penguasa, serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri- negeri yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan. Terhadap hal-hal ini Utbah bin Dhazwan menjawabnya dengan katanya: "Aku melindungkan diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah."
Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka: "Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku!"
Dan datanglah musim haji, diwakiikannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergilah menunaikan ibadah haji. Sewaktu ia teiah selesai menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu'minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan.
Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi incaran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri? Tidak, demi Allah tidak kuizinkan untuk selama-lamanya "
Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan. Dan karenanya mau tak mau Utbah bin Dhazwan harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah.
Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arab kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Allah SWT, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya.
Dan do'anya pun diperkenankan Tuhannya. Selagi Utbah bin Dhazwan dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya, maut datang menjemputnya.
(mhy)