Iblis Menipu Manusia dengan yang Indah, Ini Ikrarnya di Hadapan Allah Ta'ala
loading...
A
A
A
Memutarbalikkan fakta adalah pekerjaan iblis dan pengikut-pengikutnya. Mereka menipu manusia, mengiming-imingi sesuatu yang ternyata itu palsu. Mereka menyebut sesuatu dengan selain namanya. Itu salah satu makar dan tipu daya iblis. Iblis menyebut barang-barang yang haram dengan nama-nama yang indah untuk menipu manusia.
Inilah ikrar iblis di hadapan Allah Ta'ala:
“Aku akan hiasi yang buruk itu menjadi baik…” (QS. Al-Hijr : 39)
"Menghiasi sesuatu yang buruk menjadi terlihat indah, itulah pekerjaan iblis dalam menipu manusia,sehingga manusia terpedaya,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary.
Sebaliknya, hal-hal yang baik disebut dengan sebutan-sebutan yang buruk. Ketaatan disebut suatu kemunduran dan lain sebagainya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita untuk menyembah setan:
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu jangan menyembah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (QS. Yasin : 60)
Apakah orang itu ruku’ sujud di depan setan? Mungkin tidak, tapi dia menuruti apa yang dibisikkan setan, dia menunjukkan ketundukan mutlak kepada setan, dia mengikuti apa yang dibisikkan oleh setan kepadanya.
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, ada sedikit manusia yang bisa membedakan mana bisikan malaikat dan mana bisikan setan. Tentunya ada alat untuk bisa membedakannya, yaitu ilmu. Dengan ilmu kita bisa membedakan godaan setan atau bisikan malaikat.
Karena ada malaikat yang menyertai kita, mereka adalah pendamping yang baik bagi anak Adam. Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan mereka untuk menyertai anak Adam. Tapi kadang-kadang bisikan halus setan itu lebih terdengar, khususnya terhadap orang-orang yang jahil.
Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kita untuk menjadikan setan sebagai musuh. Salah satunya adalah menyelisihi segala sesuatu yang menjadi kebiasaan setan. Setan makan dan minum menggunakan tangan kiri, maka kita pakai tangan kanan. Setan tidak tidur siang, maka kita tidur. Demikian kita menyelisihi setan dalam segala hal.
"Maka jangan lepaskan sensor ilmu dari hati kita. Karena kalau sensor ini tidak bekerja, kita mudah mengikuti bisikan setan,"urainya.
Iblis yang selalu sibuk mengacaukan pikiran anak Adam adalah korban pertama dari kekacauan pikirannya sendiri. Ketika dia membuat satu analogi yang keliru. Ia merasa lebih lebih utama daripada Adam karena asal-usul. Padahal keutamaan tidak dilihat dari asal-usul penciptaan. Tapi keutamaan itu anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah meninggikan siapa yang Dia kehendaki dan merendahkan siapa yang Dia kehendaki.
Allah menciptakan iblis dari api dan menciptakan Adam dari tanah. Iblis merasa api lebih baik dari tanah. Itulah kekacauan logika iblis. Dengan kekacauan logika iblis ini ia menolak perintah Allah. Maka bahaya mencampuri syariat dengan logika. Karena banyak hal-hal yang terkadang belum sampai logika kita kepada syariat itu. Oleh karena itu jangan dikorbankan syariatnya, tapi yang dikorbankan adalah pikiran kita yang masih dangkal.
Wallahu A'lam
Inilah ikrar iblis di hadapan Allah Ta'ala:
… لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“Aku akan hiasi yang buruk itu menjadi baik…” (QS. Al-Hijr : 39)
"Menghiasi sesuatu yang buruk menjadi terlihat indah, itulah pekerjaan iblis dalam menipu manusia,sehingga manusia terpedaya,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary.
Sebaliknya, hal-hal yang baik disebut dengan sebutan-sebutan yang buruk. Ketaatan disebut suatu kemunduran dan lain sebagainya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita untuk menyembah setan:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu jangan menyembah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (QS. Yasin : 60)
Apakah orang itu ruku’ sujud di depan setan? Mungkin tidak, tapi dia menuruti apa yang dibisikkan setan, dia menunjukkan ketundukan mutlak kepada setan, dia mengikuti apa yang dibisikkan oleh setan kepadanya.
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, ada sedikit manusia yang bisa membedakan mana bisikan malaikat dan mana bisikan setan. Tentunya ada alat untuk bisa membedakannya, yaitu ilmu. Dengan ilmu kita bisa membedakan godaan setan atau bisikan malaikat.
Karena ada malaikat yang menyertai kita, mereka adalah pendamping yang baik bagi anak Adam. Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan mereka untuk menyertai anak Adam. Tapi kadang-kadang bisikan halus setan itu lebih terdengar, khususnya terhadap orang-orang yang jahil.
Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kita untuk menjadikan setan sebagai musuh. Salah satunya adalah menyelisihi segala sesuatu yang menjadi kebiasaan setan. Setan makan dan minum menggunakan tangan kiri, maka kita pakai tangan kanan. Setan tidak tidur siang, maka kita tidur. Demikian kita menyelisihi setan dalam segala hal.
"Maka jangan lepaskan sensor ilmu dari hati kita. Karena kalau sensor ini tidak bekerja, kita mudah mengikuti bisikan setan,"urainya.
Iblis yang selalu sibuk mengacaukan pikiran anak Adam adalah korban pertama dari kekacauan pikirannya sendiri. Ketika dia membuat satu analogi yang keliru. Ia merasa lebih lebih utama daripada Adam karena asal-usul. Padahal keutamaan tidak dilihat dari asal-usul penciptaan. Tapi keutamaan itu anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah meninggikan siapa yang Dia kehendaki dan merendahkan siapa yang Dia kehendaki.
Allah menciptakan iblis dari api dan menciptakan Adam dari tanah. Iblis merasa api lebih baik dari tanah. Itulah kekacauan logika iblis. Dengan kekacauan logika iblis ini ia menolak perintah Allah. Maka bahaya mencampuri syariat dengan logika. Karena banyak hal-hal yang terkadang belum sampai logika kita kepada syariat itu. Oleh karena itu jangan dikorbankan syariatnya, tapi yang dikorbankan adalah pikiran kita yang masih dangkal.
Wallahu A'lam
(wid)