Hudzaifah bin al-Yaman (1): Pemegang Daftar Orang Munafik Zaman Nabi SAW

Minggu, 24 Oktober 2021 - 12:42 WIB
loading...
Hudzaifah bin al-Yaman...
Hudzaifah bin al-Yaman ra mendapatkan ilmu khusus tentang nama-nama orang munafik, yang Rasulullah berikan khusus untuknya. (Ilustrasi: Ist)
A A A
Hudzaifah bin al-Yaman ra adalah santri Rasulullah SAW yang diberi tahu daftar rahasia tentang orang-orang munafik di sekitar Nabi dan konspirasinya.

“Apakah aku termasuk di antara mereka?” tanya Umar bin Khattab kepada Hudzaifah suatu ketika. Sampai meninggal Hudzaifah tak pernah membocorkan kepada siapa pun tentang rahasia tersebut.



Abu Nasr as-Sarraj, dalam kitabnya yang berjudul Al-Luma’ fi At-Tashawwuf mengatakan, bahwa di antara sahabat-sahabat Rasulullah, ada beberapa orang yang mendapatkan ilmu khusus yang hanya diberikan kepadanya.

Orang-orang tersebut di antaranya adalah Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra dan Hudzaifah bin al-Yaman ra. Ali bin Abu Thalib pernah mengakui, “Rasulullah SAW mengajariku tujuh puluh bab ilmu yang tidak pernah beliau ajarkan kepada siapapun selain aku.”

Sedangkan Hudzaifah bin al-Yaman mendapatkan ilmu khusus tentang nama-nama orang munafik, yang hanya Rasulullah berikan untuknya. Sampai-sampai Umar bin Khattab RA pernah menanyakan pada Hudzaifah, “Apakah aku termasuk di antara mereka?”

Maksud dari riwayat ini adalah, bahkan Umar yang kelak akan menjadi khalifah kedua pun sangat menghargai dan mengandalkan pengetahuan Hudzaifah, bahkan sejauh mungkin melibatkan pengetahuannya.

Di dalam Al-Quran, terdapat sebuah surat yang bernama al-Munafiqun. Isinya menceritakan tentang sifat-sifat orang munafik. Namun surat tersebut tidak menyebutkan siapa saja orangnya secara definitif. Perkara siapa saja orangnya, Rasulullah mengetahuinya melalui malaikat Jibril.

Rasulullah kemudian menyampaikan daftar nama-nama orang munafik yang hidup di masanya itu hanya kepada Hudzaifah, dan memintanya agar tak pernah membocorkan nama-nama itu kepada siapapun dan sampai kapan pun.

Terkait pertanyaan Umar di atas, Hudzaifah tidak menjawabnya, dia bungkam dan tak bergeming. Hingga meninggal dunia, Hudzaifah tak pernah bercerita. Itu sebabnya, Hudzaifah disebut sebagai Sang Penyimpan Rahasia Nabi.



Bakat Istimewa
Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, menjelaskan Hudzaifah adalah seseorang yang memiliki bakat istimewa, yakni kemampuan untuk membaca watak asli seseorang.

Sebelum bertemu dengan Rasulullah pun dia telah memiliki kemampuan untuk melihat jejak-jejak dan gejala orang munafik, bahkan pada saat mereka menyembunyikannya serapat mungkin.

Hudzaifah bin al-Yaman memiliki nama lain (kunyah) Abu Abdallah, dia adalah termasuk di antara para sahabat Nabi yang masuk Islam pada masa awal-awal. Ayah Hudzaifah bernama al-Yaman bin Jabir, namun menurut al-Tabari nama asli ayah Hudzaifah adalah Husail bin Jabir.

Al-Tabari dalam kitabnya berjudul Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk memaparkan keluarga Husail berasal dari Yaman, namun karena keluarga itu terlibat pertikaian dengan sukunya di Yaman, akhirnya mereka mengungsi ke Madinah sebelum kebangkitan agama Islam. Di Madinah, keluarga mereka disebut dengan “al-Yaman”, yang bermakna “orang-orang dari selatan”.

Suatu waktu, Husail bersama kedua putranya, Hudzaifah dan Shafwan, datang menemui Nabi di Makkah. Setelah pertemuan tersebut, ketiganya memutuskan untuk masuk Islam. Setelah masuk Islam, bakat alamiah Hudzaifah untuk membaca watak asli seseorang semakin tajam karena didikan Rasulullah SAW.



Menurut Khalid Muhammad Khalid, terhadap Rasulullah, hati Hudzaifah benar-benar terbuka, tak ada satupun persoalan hidupnya yang dia sembunyikan. Bersama Rasulullah dia tumbuh menjadi orang yang jujur dan mencintai orang-orang yang teguh membela kebenaran. Sebaliknya, dia tidak menyukai orang-orang yang berbelit-belit, gemar riya, culas, dan bermuka dua.

Dia bergaul dan sangat dekat dengan Rasulullah, dan sungguh, tidak ada tempat lainnya yang dapat membuat kepribadian Hudzaifah dapat berkembang dengan pesat, yakni dalam pangkuan agama Islam, di hadapan Rasulullah dan di tengah-tengah banyak sahabat Rasulullah yang menjadi perintis dari ajaran ini.

Mengenai kedekatannya dengan Rasulullah, Hudzaifah berkisah, “Suatu waktu aku melaksanakan sholat dengan Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan. Dia kemudian bangkit untuk mandi dan aku menutupinya.

“Ketika air tersisa di wadah, katanya, ‘Jika mau, engkau bisa menggunakannya untuk mandi, kalau tidak, kamu bisa menambahkan air lagi.’

‘Wahai Rasulullaah,’ aku menjawab, ‘Air sisa milikmu ini lebih kucintai daripada apa pun yang bisa aku tambahkan.’

“Ketika aku mulai mandi, Rasulullah menutupiku. ‘Engkau tidak perlu menutupiku,’ aku bilang. Dia menjawab, ‘Kenapa tidak? Aku harus menutupimu sebagaimana engkau menutupiku?’.” (Bersambung)

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1586 seconds (0.1#10.140)